•◦⚜◦•
"𝑇ℎ𝑒𝑟𝑒 𝑎𝑟𝑒 𝑛𝑜 𝑜𝑡ℎ𝑒𝑟 𝑔𝑖𝑟𝑙𝑠 𝑙𝑖𝑘𝑒 𝑦𝑜𝑢, 𝑠𝑤𝑒𝑒𝑡ℎ𝑒𝑎𝑟𝑡."
•◦⚜◦•
Aku pasti sudah gila!
Athena merutuki dirinya sendiri.
Ia dan Judah belum lama dekat dan ia sudah ingin menceritakan semua tentang dirinya termasuk dark past nya.
Mereka hampir belum mengenal satu sama lain. Athena merasa nyaman di dekat Judah, itulah yang mendorong hatinya untuk mencoba terbuka. Hatinya seolah merasa sudah mengenal Judah.
Athena tidak perlu terburu-buru. Akan ada waktunya. Entah itu cepat atau lambat bahkan tidak terduga kapan.
Athena tidak berpikir ia akan jatuh begitu cepat yang hanya di awali percikan ketertarikan.
She is falling for him.
Ia ingin menikmati rasa suka ini hanya untuknya sendiri. Menunggu waktu yang tepat, bersamaan mengharapkan Judah memiliki rasa yang sama.
Athena melirik ke arah Judah yang duduk di sebelahnya. Dalam diam menatapnya dengan binar kagum. Bagaimana tidak jika Judah dengan sedikit usaha hanya berdiam diri mampu terlihat makin keren dan tampan.
Judah sedang fokus pada buku matematikanya. Pensil yang ada di tangan kanannya, sesekali jarinya memainkan pensil dengan mulus atau mengetuk-ketuk ujung pensil di bukunya tiap kali berpikir sebelum menulis jawabannya.
Dari jendela di dekat mereka duduk di dalam perpustakaan. Hembusan angin pelan menerpa rambut Judah yang terlihat lembut.
Sinar matahari yang cahayanya bagaikan golden itu mengenai wajah Judah, menambah pesonanya.
Meski fokus, ekspresi Judah tenang dan kalem. Judah kadang kali terlihat kaku, dingin dan datar. Seperti membangun penjagaan dirinya untuk tidak runtuh dan waspada.
Right now, he put his guard down.
Tidak ada siapapun di perpus, hanya mereka berdua. Mengerjakan tugas dari guru yang absen. Sunyi melingkupi mereka namun memberikan kenyamanan karna kehadiran satu sama lain.
Tanpa menoleh ke Athena, Judah berucap, "I can feel your stare, sweetheart."
Oops, sepertinya Athena keblablasan memperhatikan Judah.
Ia pun langsung memalingkan wajahnya saat Judah menoleh dan menunduk, berpura-pura fokus pada bukunya.
"Engga, " sangkal Athena.
Judah menarik pelan dagu Athena untuk melihatnya. Two blue eyes collide. Each one drowning.
"I like it. Keep your eyes only on me. Stare at me whatever and whenever you want, sweetheart, " senyum Judah.
Bagaimana jantung Athena tidak berdetak cepat jika mendengar suara, senyum dan ucapannya yang manis?
"Are you also doing the same to me?" tanya Athena.
Kalau Judah ingin matanya hanya untuknya apakah Judah juga melakukan hal yang sama kepadanya? Athena tidak ingin membayangkan Judah memperhatikan perempuan lain.
Jantung Judah sejenak berhenti mendengar pertanyaan Athena. Ia mengerti apa maksudnya dan itu membuatnya di buat pusing bukan main oleh kesenangan.
Athena yang menggemaskan, Judah ingin memberikan kecupan di setiap wajah Athena sambil menjawab 'I'm yours' tapi tentu saja Judah tidak bisa melakukannya.
Meski Judah ingin bermain api, tidak dibiarkan menyentuh Athena. Saat ini ada pergolakan di hatinya, berusaha menekan keinginannya.
"Of course, sweetheart, " jawab Judah.
"Are you afraid that I will staring at other girls?"
Tidak di duga, Judah kira Athena akan mengatakan tidak, ternyata Athena mengangguki ucapannya.
"As your friend, I'm afraid you're close to the wrong girls, " ucap Athena.
Judah memalingkan wajahnya ke depan. Menyenderkan punggungnya di sandaran kursi sambil tangannya memegang buku.
Dengan fokus matanya pada buku, Judah menyauti ucapan Athena.
"There are no other girls like you, sweetheart."
"Like me? What is that mean?"
"Means, I'm not very close to other girls. Only you. You are the first girl I want to close with."
Athen tertawa pelan, "no way, " ucapnya tidak percaya.
Judah menaikkan kedua bahunya, "terserah kamu percaya atau tidak. I'm telling the truth."
Judah sukses membuat Athena diam seribu bahasa. Athena memilih kembali melihat bukunya. Angka-angka di buku tidak lagi menarik, melainkan ucapan Judah.
"I don't believe you. What about Sarge?"
"What about him?" tanya Judah balik.
"You said, he is your baby boy. Berarti kamu pernah dekat dengan ibunya Sarge."
Judah meletakkan bukunya di meja. Menegakkan tubuhnya dan duduk menyamping ke arah Athena.
"I told you, Sarge tidak punya ibu. Aku menemukannya tergeletak di dalam kardus di sebuah taman."
Athena menatap Judah terkejut lalu berubah jadi sedih.
"I'm sorry, " ucapnya yang berempati kepada Sarge yang di buang.
Judah menahan senyumnya melihat Athena yang lucu karna salah paham. Gadis itu mengira, ia beneran memiliki seorang anak. Sama seperti tempo yang lalu.
Waktunya untuk membersihkan kesalahpahaman.
"Do you want to meet him?"
"When?"
"Hmmm...." dehem Judah sambil berpikir.
"Today?" tanyanya.
"Hari ini aku ada latihan ballet, " jawab Athena.
Judah mengambil ponselnya di saku jaketnya dan memberikannya ke Athena.
"Put your number in it. Sehabis latihan. Kabarin kalo kamu udah selesai."
Athena tersenyum dan mengangguk. Ia mengetikkan nomor ponselnya dan memberikan kembali kepada Judah.
Judah tersenyum setelah mengetik nama pada nomor kontak Athena.
Setelah itu, menaruh ponselnya di meja dan melihat Athena balik mengerjakan tugasnya.
"Kamu udah selesai ngerjainnya?" tanya Athena.
"Udah, " jawab Judah.
"Kamu cepat ngerjainnya, " Athena mengaitkan rambutnya kebelakang telinganya saat angin sedikit bertiup.
"Turn around, Bella."
Athena menatap Judah bingung tapi tetap di lakukan. Bergerak ke samping, membelakangi Judah yang bersamaan mengeluarkan scrunchie pink dari saku jaketnya.
Belum sempat Athena bertanya kenapa. Ia merasakan tangan Judah memegang rambutnya.
Judah mengumpulkan jadi satu rambut Athena. Rambutnya terasa halus di tangan Judah dan terlihat berkilau sehat. Aroma manisnya vanilla tercium di indra penciuman Judah. Harum yang ia sukai dari Athena.
Judah mengikat rendah rambut Athena menjadi ponytail yang rapi.
"Aku pinjamin srunchieku kepadamu."
Athena berbalik menatap Judah.
"Ini kan scrunchieku."
"Sweetheart, the day you gave it to me. It became mine."
"Mana ada yang kayak gitu."
Judah tersenyum miring dan menaikkan bahunya.
"Make sure you give me back with another scrunchie. Any color is fine. I'm not picky, " ucap Judah.
"I will give you the blue one. It's my favorite color, " ucap Athena, menatap mata Judah lekat.
"Aku ga tau kamu bisa mengikat rambut."
"It's simple. There's nothing I can't do."
Athena tersenyum seraya memutar bola matanya lalu kembali mengerjakan tugasnya.
Dengan bertopang dagu, Judah memperhatikan Athena.
Ini pertama kalinya Judah menyentuh rambut seorang perempuan selain adiknya.
In the past, his mama taught him how to tie Nayla's hair when she didn't have time.
He is proud of his skill.
Because of that, he can tie Athena's hair.
He's so happy.
Hope you enjoy the story so far, beautiful❤️
Any Idea what are good ship names for Judah and Athena? :3