ASAVELLA [TERBIT] ✓

By jerukminii

8.1M 593K 47.1K

Aku terlalu bahagia mengisi hari-harinya. Sampai aku lupa, bukan aku pengisi hatinya. ••••• Cover by pinteres... More

Asavella 🍁
Asavella 🍁2
Asavella 🍁3
Asavella 🍁4 +
Asavella 🍁5
Asavella 🍁6
Asavella 🍁7
Asavella 🍁8
Asavella 🍁9
Asavella 🍁10
Asavella 🍁11
Asavella 🍁12
Asavella 🍁13
Asavella 🍁14
Asavella 🍁15
Asavella 🍁16
Asavella 🍁17
Asavella 🍁18
Asavella 🍁19
Asavella 🍁20
Asavella 🍁21
Asavella 🍁22
Asavella 🍁23
Asavella 🍁24
Asavella 🍁25
Asavella 🍁26
Asavella 🍁27
Asavella 🍁28
Asavella 🍁29
Asavella 🍁30
Asavella 🍁31
Asavella 🍁32
Asavella 🍁33
Asavella 🍁34
Asavella 🍁35
Asavella 🍁36
Asavella 🍁37
Asavella 🍁38
Asavella 🍁39
Asavella 🍁40
Asavella 🍁41
Asavella 🍁42
Asavella 🍁43
Asavella 🍁44
Asavella 🍁45
Asavella 🍁46
Asavella 🍁 47
Asavella 🍁48
Asavella 🍁49
Asavella 🍁50
Asavella 🍁51
Asavella 🍁52
Asavella 🍁53
Asavella 🍁54
Asavella 🍁55
Asavella 🍁56
Asavella 🍁57
Asavella 🍁58
Asavella 🍁60
Asavella 🍁61
Asavella 🍁62
Asavella 🍁63
Asavella 🍁64
Asavella 🍁65
Asavella 🍁66
Asavella 🍁67
Asavella 🍁68 pt.1
Asavella 🍁 68 pt.2
Asavella 🍁69 pt.1
Asavella 🍁 69 pt.2
Asavella 🍁70 (A)
Asavella ending?
ENDING ASAVELLA
EPILOG
ARKHAN : AKU JUGA PERNAH BAHAGIA
VOTE COVER ASAVELLA
OPEN PRE ORDER ASAVELLA

Asavella 🍁59

74.1K 6.3K 127
By jerukminii

Manakala berbohong adalah hal yang tidak berdosa dan justru didapatkannya pahala. Mungkin, laki-laki satu ini memilih untuk diam bersama aluna alur yang membuatnya masih bisa bernapas dan melihat tiap hari mata teduh sang gadis; Asavella.

Bibir Yuga bergetar hebat. Gigi kecil yang tersusun rapi di sana saling bertaut keras. Seakan tidak mampu memulai semuanya. Sebab itu akan menjadi akhir dari dirinya yang sudah lama berperan dengan tokoh Brian Claudius Permana. Laki-laki dengan karakter penuh cinta pada sang gadis.

Di lain itu semua, ia rusak total dan mengubah karakter Brian Claudius menjadi watak yang keras kepala seperti Yuga Claudius. Laki-laki jahat tak kenal dosa dan tidak puas dengan cintanya dikala sedang terombang-ambing akan takdir.

Sehingga semuanya membenci Brian Claudius.

Tarikan napas panjang terlihat dari dada ramping Yuga. Terlihat birai tipisnya yang mengatup kini terbuka kecil untuk memulai percakapan.

“Yang pertama, selamat ulang tahun semestanya, Brian. Terima kasih telah terlahir di dunia tanpa membenci lakonmu yang tidak pernah ada tawa pada tiap lembarnya.”

Susunan kata yang sempurna dari Yuga seraya mempersembahkan sembilan tangkai mawar yang disimpan di punggungnya. Tapi Bunga mawar merah yang diberikan adalah bunga kering yang setiap kelopaknya akan lepas satu persatu. Bunga yang tidak mempesona lagi.

Asavella menerima sembilan bunga mawar kering tersebut dari tangan sang lelaki. Tak lupa, ia menerbitkan senyuman. Ini adalah hal yang ditunggu di hari ulang tahunnya. Hanya ucapan kata ‘selamat ulang tahun’ dari laki-laki yang ia suka.

Tidak ada hal istimewa yang Asavella nanti dihari ulang tahunnya kala itu. Hanya Brian. Brian lah hadiah dan doa yang selalu ia langitkan kepada semesta.

Tatkala senyuman itu tiba-tiba memudar begitu saja. Bahkan angin sore ini melambangkan akan adanya hujan yang datang.

"A-asa...."

“A-aku, Yuga Claudius Permana, menyampaikan kata terima kasih kepadamu karena telah mencintai sosok sepertiku yang tak lain  Brian Claudius Permana.”

“Dan a-aku ju-ju-juga … ingin mengatakan permintaan maaf atas nama Brian Claudius Permana yang tidak bisa datang saat ulang tahunmu kala itu.”

“D-dia sudah pergi satu tahun lalu karena kecelakaan.”

Asa tersenyum kecewa seraya menggeleng. "Plis jangan bercanda soal kematian, aku tahu soal kecelakaan mu yang jatuh dari motor. Kamu buta dan kamu di operasi dan kamu sekarang berdiri di hadapanku, galucu bawa-bawa ke—"

"Sa, aku bukan dia. Brian udah mati. Semua itu cuma pengalihan isu. Dia yang minta." timpal Yuga mengeraskan suara.

“Dan … bunga itu, bu-bunga yang dibeli Brian di kala akan menemui mu untuk terakhir kali.” Tidak tahan berkata lebih jauh lagi. Bagaimana ia menyimpan penuh hati-hati bunga terakhir tersebut sampai layu dan kering.

Deg!

Sembilan bunga mawar kering tersebut sekarang jatuh pada genggaman Asavella.

“Dan satu tahun itulah, aku yang melakoni dan menghidupkan nama Brian Claudius Permana karena satu amanah yang berujung ditaruhnya rasa kepada langitnya.”

"Aku yang sering bersamamu selama ini. Bukan dia."

Yuga mencoba memberanikan diri menggenggam kembali tangan Asavella yang disambut rintikan hujan dan angin laut yang menerpa lembut kulit mereka.

“Aku pernah memperingati mu beberapa kali bahkan beberapa pertanyaan, bagaimana jika aku ini bukan Brian yang kamu kenal? Namun selalu ku selipkan kata pada dialog ku jika itu hanyalah sebuah candaan.”

“Walaupun pada akhirnya, sekarang, dengan pengakuan ini, aku akan mendapatkan kebencian darimu, aku tidak mempermasalahkan. Tapi, aku takut jika kamu pergi dari aku, Sa.”

Yuga mengangguk yakin. “Kamu enggak pernah salah kok, tiap kamu menilaiku, setiap aku berkata kasar, bahkan mengeluarkan tutur kata yang merobek hatimu bagaikan belati. Sebab aku bukanlah Brian yang pintar menahan cemburu, emosi dan mengendalikan tiap kalimat jahat.”

“A-aku hancur, Sa. Tiap buat kamu terluka karena ucapanku yang diam-diam merusak mentalmu. A-aku merasa gagal dan enggak bisa menjaga mu seperti amanah, Brian.”

“Mengandalkan wajah yang mirip dengannya itu enggak cukup. Aku yang punya alergi sama kucing, harus ku terjang supaya bisa main sama kucing. Aku yang enggak suka jeruk harus aku paksa suka dan lama-lama jadi beneran suka. Dan … sama halnya yang awalnya aku enggak bisa bagi rasa cintaku dengan mu lama-lama aku mencintaimu.”

“Aku pacaran dengan jysa sudah lama, Sa. Sebelum aku bisa melihat dunia dan mengenalmu melalui wajahmu.”

"Selama ini, aku hanya tahu sedikit tentangmu dari dia. Aku bahkan rela membaca buku diary Brian supaya aku tahu hal apa yang kamu suka dan enggak suka, Sa," jelasnya begitu mendetail.

“Barangkali aku menolak donoran mata Brian, aku bakalan terjauh dari amanahnya dan aku enggak akan memikul rasa dosa sebesar ini.”

Isakan kali ini bukan terdengar dari Asavella melainkan yang lolos dari mulut Yuga.

“Udah lama aku menunggu momen di mana aku bisa melihat dunia dan melihat seseorang yang aku cintai karena menerimaku tanpa melihat fisikku yang cacat kala itu. Tapi satupun pendonor tidak ada yang cocok. Bahkan … punya almarhum ayah ku sendiri.”

“Tapi di tengah sakaratul maut Brian, dia bilang jika dia enggak ada, setidaknya salah satu organ tubuhnya ada di sekeliling ku. Supaya aku dan bunda masih bisa merasakan kehadirannya.”

"Asal kamu tahu, melibatkan banyak orang untuk menutup identitasku itu beban, Asa. Munafik kalo aku melakon peran ini enggak jatuh cinta sama kamu. Bunda bahkan memperingati ku berulang kali dia milik adikku dan enggak akan bisa jadi milikku!"

Dada Yuga begitu sesak berulang kali ia memukul dadanya. Bahkan kali ia tidak berani menatap gadis milik kembarannya.

“GUE HANCUR TIAP LIAT GUE SENDIRI ASAVELLA!! ARGH!!!” teriakan Yuga begitu nyaring tepat hujan deras bersamaan ombak sedang datang.

"HANCUR GUE, SA! HANCUR!"

“GUE HANCUR SEJADI-JADINYA TIAP LIAT DIRI GUE YANG SEAKAN MELIHAT BRIAN SI BRENGSEK YANG NITIP AMANAH SEBESAR INI!!”

“GUE BAHKAN CEMBURU SAMA BRIAN TIAP NAMANYA SELALU TERUCAP DARI MULUT LO DAN BUKAN NAMA GUE!!!” keluh Yuga sesekali menendang air laut.

“GUE HANCUR! HANCUR!!”

Isakan Yuga begitu terdengar jelas di telinga Asavella. Bagaimana juga, mereka menahan rasa dingin tanpa mereka sadari mereka berdua tengah menggigil.

Napas laki laki tersebut terlihat naik turun secara cepat. Kali ini ia menunjuk berulang kali ke arah Asavella. “Tiap gue liat lo, tiap gue ketemu lo, tiap gue bersama lo dan bahkan tiap gue liat diri gue sendiri di depan kaca, gimana kalo lo tau gue bukan Brian. Dan tiap malam gue mikir, kalo lo pergi dari gue ..., gunanya gue lihat dunia ini apa, Asa? Harus jalan dengan siapa lagi kalo lo gaada di samping gue?”

"Gue putusin orang lama karena gue rasa cinta gue habis ke orang baru!"

"Dan orang baru itu lo, Asa. Lo!"

"Tapi lo sakiti hati gue, Lo ciuman sama Saka gue jaga Lo mati-matian buat enggak ada hubungan dewasa di umur kita yang terbilang remaja!"

"Lo harus tahu gue cemburu! Gue cemburu, Sa. "

Yuga mengusap wajahnya dan mengusap kebelakang rambutnya kebelakang. Ia mulai merajut beberapa langkah untuk bisa satu titik dengan Asavella. Tatkala ia meraih tangan Asavella begitu erat.

Suaranya berhenti sejenak beberapa menit. Sekadar menguatkan diri untuk bisa melanjutkan dialog.

“Biarkan aku menerima karma ini dengan mencintaimu dikala sudah tidak ada lagi rasa cintamu padaku atas pengakuan ku dan kesalahanku.”

Yuga merapikan rambut Asavella dan mencoba menarik tubuh Asavella pada dekapannya. Naasnya, Asavella membentengi diri untuk tidak berada dalam dekapan Yuga.

Sakit.

Rasanya sakit ketika gadis yang di hadapannya menolak pelukannya.

“Asa, aku, datang dengan hati. Bukan karena logika. Aku begitu menyayangi mu dengan jiwa bukan karena nafsu. Tapi kedatanganku juga kehancuran mu.”

“Asavella …,”

“Aku Yuga dan bukan Brian.”

Barangkali Yuga bisa melihat bagaimana sosok Asavella menangis mungkin ia akan menghentikan semua kata jujurnya atau sama sekali tidak mengatakan di hari ini. ya. gadis itu tengah menangis namun hujan menutupnya dengan sempurna. Diamnya menjadi tanda sesak yang tidak bisa siapapun deskripsikan melalui sebuah kata-kata.

Dilain sisi, Yuga sedikit lega. Tapi di tengah hujan ini, ia bisa mendapati gadisnya menunduk dan kemudian menarik senyum tipis.

“Bian, kamu jadikan pangkas rambut ku sampai habis?” tanya Asavella yang masih menyebut Yuga dengan panggilan Brian.

Yuga menggeleng. “Aku Yuga, Asa.”

“Aku bukan Brian.”

“Kamu dengerin aku kan dari tadi?”

Kali ini Asavella menarik tangan Yuga, “Temani aku lari-lari, yuk!” ajak Asavella yang bermula langkah larian kecil menjadi kencang di menabrak hujan bersama sosok laki-laki yang ikut lari pada genggaman tangan Asavella.

"Sa...." lirih Yuga seraya menggeleng namun Asa tidak mendengarkan itu.

Lariannya semakin kencang. Berulang kali Yuga menarik ke belakang untuk berhenti tapi Asavella masih berlari dengan sesekali kadang menoleh ke belakang dengan tawaan paksa yang bisa terlihat jelas dari diri bola matanya.

Mereka berlari lari sampai hujan berhenti. dan lihatlah, kali ini meraih tangan Yuga yang lain.

“Temani aku berputar-putar melihat semesta, yuk!”

Yuga merasakan ayunan tangan dan bagaimana mereka bergenggaman sembari berputar dalam satu lingkaran yang kemudian Asavella melepaskan satu tangannya. Sementara tangan yang masih menggenggam tangan milik Yuga di naikkan ke atas—tubuh Asavella berputar sempurna sementara Yuga terdiam melihat bagaimana gadis itu sekarang menari.

Sekarang Asavella mengakhiri dan menjatuhkan tububuhnya bersamaan dengan Yuga di atas pasir pantai yang basah. Netra bulat Asavella menatap langit-langit yang semula kosong tiba-tiba di isi beberapa bintang dan bulan sabit yang mulai menampakkan sinarnya.

Tawaannya menjadi keras dan berujung pada isikan.

“A-asaa ….” Yuga yang menoleh ke samping menangkap gadis itu mengusap wajahnya. Seakan menghapus buliran air mata yang tidak bisa berhenti.

“A-aku bu-bukan Brian.”

Asavella mengangguk mantap. Netranya tidak menatap lawan bicaranya. Ia menatap langit-langit kosong yang tidak ada bintangnya.

“Aku sudah tahu, Kak Yuga.”

Yuga mendengar terkejut seraya alis yang saling bertaut tajam. “Se-sejak kapan?”

“Sejak kepergianmu dan kembalimu secara tiba-tiba berubah 360 derajat.”

"Sifatmu yang sering aku pertanyakan ditiap malam, kak."

Asavella menarik napas dan membuang berat, kemudian beranjak duduk. “Aku tidak ada tenaga saat ini untuk mengungkapkan apa yang ada di otakku dan pengakuan mu yang buat aku ingin membunuh diri ku saat ini.”

“Jangan berekspetasi tinggi, seperti cerita-cerita buatan penulis yang aku baca dimana tokoh utama laki-laki mengungkapkan hal menjijikkan dengan penuh dosa kepada tokoh utama perempuannya. Dan kemudian, tokoh utama perempuan itu menjerit histeris dan amarahnya meledak seperti gunung api Mauna Loa.”

“Barangkali aku bisa seperti itu, saat ini akan aku lakukan. Tapi dengan adanya semua ini, meluapkan emosi dan mengurasnya tenaga pada tempurung ini, apa akan mengembalikan keadaan seperti semula?”

"Kalo aku bisa me-menangis hari ini, aku akan teriak paling kencang sekencang mungkin. Sesak yang menggebu-gebu seakan tengah memekik ku begitu erat."

Asavella bangun—duduk dengan lutut yang tertekuk. Menatap dua bintang yang bersinar sementara bintang-bintang lain mulai meredup hilang. Yuga juga ikut bangun dan memposisikan tubuhnya dekat dengan Asavella dengan kaki menyilang.

“Jujur, aku udah gaada tenga lagi, buat marah meledak-ledak sampai nangis yang bener-bener sesak di tenggorokan buat ngejelasin gimana perasaan aku soal semua ini.”

Asa menompangkan dagunya pada lututnya dan mendekap kakinya erat. “Sekarang aku lebih ke diem yang tiba-tiba air mata keluar sebagai tanda bicara tanpa bersuara.”

Yuga terkesiap. Ia menunduk dan melakukan hal sama. Bagaimana ia menekuk kakiknya dan menjadikan dekapan kecil. “Aku juga gamau kaya gini, Sa.”

“Gaada yang mau diposisi seperti ini," timpal gadis itu.

"Berat itu sudah pasti. Bahkan pikiran memotong umur juga selalu menghantui bayang-bayangku. Tenaga yang sudah tidak lagi ada untuk ngomongin hidupku apalagi kamu,” tanggap Asavella menepis air matanya kasar.

Just need time to rest from everything,” sambung Asavella.

Yuga beranjak berdiri. Menarik lembut—mengajak berdiri tubuh Asavella. “Kita pergi makan dulu, ya?”

"Dari berangkat kamu bilang belum makan," lanjutnya.

Asa menggeleng. “Aku udah kenyang dengan penderitaan serta berbagai masalah yang datang tanpa henti. Ditambah pengakuan mu yang harus ku simpulkan orang terdekatku lah pembunuh sebenarnya.”

"Mungkin yang dibilang papah benar, aku cuma manusia usang yang menyusahkan hidup orang."

"Tapi ..." Asa menjeda sejenak. Menoleh ke arah Yuga menatap penuh kecewa.

“Bagaimana kakakku bisa betah denganmu? Dan bagaimana aku menuduhnya karena dia merebut mu dari ku kala itu?"

"Bagaimana juga kabar resmi kalian menjadi pasangan masih melekat dan kecemburuan ku ditingkat batas kesabaran. Dan bagaimana rasa cemburu ku ketika melihatmu mementingkan kekasihmu daripada aku yang hanyalah orang baru? Dan alasan putusnya hubungan mu dengan Jysa karena aku orang baru?”

“Otak dangkal mu begitu bikin aku mual. Bagaimana kamu bisa mencintai orang baru jikalau orang lama begitu setia dan tidak mengkhianati mu?”

“Sebab aku mencintaimu, Asa,” sela Yuga yang benar-benar keras kepala.

"Cinta mana yang sedang kamu bicarakan?"

“Tidak ada cinta karena perihal keserakahan! Mencintai dua gadis dalam satu hati. Kamu Tuan atau seorang peternak gadis, ha?” tanya tegas penuh tekanan yang memekik Yuga Claudius.

“Bahkan kata bajingan kata yang masih terbilang sopan untuk mu, Kak.”

Asavella berdecak. “Lihat, kamu membuatku berbicara seakan aku orang jahat di matamu. Dan melakukan dialog seperti tokoh perempuan paling menderita karena kepolosannya yang terbutakan oleh harapan dan cinta.”

“Dan, ya. Selain merusak nama saudara kembarmu, sosokmu telah merebut gadis milik saudaramu sendiri. Gamalu?" Asa menaikkan alis kanannya.

"Punya otak di pakai dan punya mata digunakan. Otakmu kosong seperti patrick dan mata kamu buta tertutup dosa.” Kata-kata mencolos hati keluar dari birai manis Asavella.

“Sa, maaf.”

Asavella memejam mata. “Maaf yang tidak bisa termaafkan.”

“Aku bahkan lebih mengenalmu dengan Bian daripada nama asing, Yuga. Aku bahkan tidak pernah tahu jika Bian memiliki kembaran tapi laki-laki jahat itu selalu bercerita jika dia memiliki kakak yang begitu mirip dengannya, hanya saja untuk mebedakannya cuma dari luka goresan di mata.”

Asa terdiam. merenung dan membuat sekali lagi tempurungnya bekerja hebat.

“Bisakah kamu mengabulkan satu permintaanku?”

Tentu saja! Laki-laki yang bernama Yuga ini  tanpa basa-basi mengangguk.

“Hancurlah dengan segala sesal. Sebab hal itu yang sedang aku langitkan di malam ini.”

“Tentu, Asa. Doamu akan di dengar lautan dan disampaikan pada semesta,” sahut Brian tanpa menyangkal. Ia merestui doa sang gadis itu.

“Tapi …” Asa menggantung kata-katanya. Menatap dalam netra Yuga yang benar-benar melihat bayang-bayang Brian di dalam netra Yuga Claudius.

“Jika aku yang hancur terlebih awal darimu. Maka ciptakan cerita ini dengan penutupan yang bahagia, dimana dirimu diterima banyak orang.”

"Dan satu lagi. Jangan pernah temui aku. Aku membencimu bahkan dia yang sudah pergi dariku."

ฅ⁠^⁠•⁠ﻌ⁠•⁠^⁠ฅ

Next???

yakali next doang nih. jangan lupa follow dan votenya plis juseyooo(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)



Continue Reading

You'll Also Like

2.9K 312 30
"Sepasang neraka, yang berusaha mencari surga." -nurhmanis in Bad Beloved. Dijodohkan dengan ketua genk motor yang sudah mempunyai pacar? Sialan...
2.8K 2.3K 22
Dia Queen Anesa smit kerap di sapa Queen, orang lain melihatnya sosok yang sempurna. nyatanya hidupnya tak sesempurna itu, bayak sekali teka teki ya...
762K 14.8K 53
Garis Waktu; sebuah perjalanan menghapus luka karya Fiersa Besari berisikan quote-quote yang ada di dalamnya selamat membaca yaa 😊😊
6.1K 3.6K 16
Ryan & Kinan Ini merupakan cerita fiksi. Tidak menceritakan kehidupan seseorang di dunia nyata. Semuanya hanyalah sebuah karangan yang di dasarkan pa...