Male lead Antagonist

By Raraayyy16

663K 46K 7.9K

[ BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] @rryaxx_x8 Adrea tidak percaya dengan yang namanya transmigrasi. Mun... More

Prolog
🍂Part 1
🍂Part 2
🍂Part 3
🍂Part 4
🍂Part 5
🍂Part 6
🍂Part 7
🍂Part 9
🍂Part 10
🍂Part 11
🍂Part 12
🍂Part 13
🍂Part 14
🍂Part 15
🍂Part 16
🍂Part 17
🍂Part 18
🍂Part 19
🍂Part 20
🍂Part 21
🍂Part 22
🍂Part 23
🍂Part 24
🍂Part 25

🍂Part 8

28.2K 1.8K 111
By Raraayyy16

°Selamat membaca📖°

   KERUTAN samar dikening Dery muncul ketika netranya menyorot pada gadis yang berdiri mematung disana. Ekspresi adiknya erwh.. Entahlah Dery juga tidak mengerti. Dan apa-apaan dengan keadaan adiknya ini? Dery seakan melihat pengemis yang diminta untuk dikasihani.

Sementara Adrea, bola matanya membulat memusatkan seluruh perhatian pada pria bertubuh tegap dengan tinggi badan sekitar 180 lebih. Jika terus melihat hal-hal seperti ini akankah masa depannya cerah? boleh teriak gak sih?

Terlalu sibuk dengan segala pikiran diotak mungilnya, Adrea bahkan tidak sadar bagaimana ekspresi wajahnya saat ini, air liurnya bahkan sebentar lagi akan menetes kalau saja seseorang tidak menegurnya.

"N-non? Non sakit?" Suara Bi Nima kembali menarik kesadaran Adrea ke realita. Tersadar, Adrea segera menyeka sudut bibirnya yang sedikit berair lalu kembali menguasai diri agar tidak menimbulkan keanehan. Udah terlanjur, Adrea merutuki kebodohannya barusan dengan memukul pelan keningnya. Sudah Adrea bilang, ia lemah. Paling lemah dengan pria tampan yang sayangnya hanya ciptaan tangan seseorang, begitu sempurna. Adrea tidak bisa menjabarkan perasaannya, sial tapi menguntungkan.

Adrea menggeleng pelan menjawab pertanyaan Bi Nima tadi. Matanya justru terfokus kepada Dery yang kini mulai mendekat. Bi Nima mengelengkan kepala memaklumi tingkah anak majikannya, wanita paruh baya itu kemudian pergi melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

'Tenang Adrea, Lo udah punya SIM. Maju Lo bang! Gue udah Vaksin Ke-tiga!' Jerit Adrea dalam hati.

Adrea gugup saat Dery sudah berdiri berhadapan dengannya. Ia mendongak, menatap rupa pria itu sekilas lalu membuang muka kesamping. Takut sekaligus jaga-jaga kalau sampai mimisan.

"Lo balik bareng Veno?" Tanya Dery kembali.

Adrea menoleh, berfikir sejenak. Apa yang dimaksud Dery pria yang mengantarnya pulang tadi? Adrea rasa begitu, ia juga belum mengetahui namanya.

Memilih menganggukan kepala sebanyak tiga kali sebagai respon dari pertanyaan Dery.

Dery mengulurkan tangan meraih rambut Adrea membuat sang empu terkejut. Ia mengangkat rambut adiknya lalu mengusapnya dengan jari telunjuk dan ibu jari. Jika kalian berfikir akan ada adegan romance, maka kalian salah besar karna setelah Adrea kembali mendongak yang ia dapati ekspresi jijik dari pria itu. Zonk woi!

Padahal Adrea sempat tersipu karna berfikir Dery mencium rambutnya rupanya pria itu malah menampilkan ekspresi jijik saat menyentuh bagian tubuhnya itu. Lihatlah! Bagaimana cara dia memegang rambutnya, Dery seperti menyentuh kotoran. Itu sangat menyebalkan dimata adrea.

Hancur sudah penilaiannya terhadap Dery. Aku kecewa mas..

"Lo habis ngapain aja si? Gembel banget astaga, gw hampir gak ngenalin lho." Ujar Dery menelisik penampilan Adrea dari atas sampai bawah. Tuhkan! Pasti kecebur diempang tebak Dery.

Adrea mendengus, menyentak tangan besar itu agar menjauh dari rambutnya."Jan sentuh!" Titahnya membuat Dery mencibir dengan tampang ingin dilempari panci.

Adrea memutar bola matanya malas lalu dibuat kaget kembali saat wajah Dery sudah berada tepat dihadapannya. Pria itu membungkukkan sedikit tubuhnya menyamai tinggi badan Adrea yang tak seberapa. Adrea meneguk ludah menyadari jarak diantara mereka.

"L-lo mau apa?" Tanya adrea gugup saat Dery semakin mengikis jarak. Pria itu memiringkan kepalanya, pikiran Adrea mulai kemana-mana tanpa sadar matanya terpejam.

"Bau." Satu kata yang meluncur dari pria didepannya menghancurkan segalanya. Adrea membuka mata. Syok dan malu, bisa-bisa ia berfikir Dery akan menciumnya. Dasar otak sialan! Untuk kedua kalinya harga diri Adrea dipermainkan oleh tingkah Dery yang tak bisa ia pahami. Lu ke geeran si re.

Dery memundurkan badannya melihat reaksi dari Adrea. Ia menutup mulut menahan tawa melihat wajah adiknya.

"Mikir apa lo, ha? Wah, gue gak nyangka otak lo udah gak polos lagi." Kata Dery semakin mengolok-olok Adrea. Sebuah kesenangan tersendiri untuknya melihat kekesalan Adrea yang cukup menghibur.

Mendengus dengan perasaan dongkol, Adrea melotot menginterupsi agar Dery berhenti menertawakannya. Bukannya takut Dery malah semakin ingin membuat Adrea kesal padanya.

"Serius, gini ya gue kasih tau." Dery merangkul Adrea lalu kembali melanjutkan ucapannya."Lo punya duit, Lo punya kuasa. Sumpah re badan lo bau mayat. Temen lo hebat bisa tahan seharian sama lo." Tuhkan! Adrea sudah feeling Dery tidak akan berhenti begitu saja. Sekarang malah menghinanya dengan perumpamaan yang tidak jelasnya itu.

Plak!
Plak!
Plak!

Dengan geram Adrea menampar dada pria itu lalu mendorongnya menjauh. Cukup sudah Dery mengatainya, Adrea sudah tak tahan. Dery mana tau apa yang ia lalui sampai berpenampilan seperti ini, telinganya pengap mendengar orang menyebutnya gembel kesekian kalinya.

"Pergi lo sana! Dasar setan! nyebelin banget lo cungkring!" Desis Adrea lalu berbalik hendak pergi. Ia sudah malas adu mulut dengan Dery.

"Langsung mandi ya adikku sayang. Kasian nanti gak ada yang ngenalin lo lagi." Kata Dery sedikit berteriak saat Adrea mulai menaiki tangga.

"Bodoamat! Gak ngurus!" Dery terkekeh kecil mendengar balasan adiknya itu. Ia lalu ikut pergi meninggalkan ruang tamu, sebaiknya ia juga mandi.

   °•°•🍁•°•°

Adrea cukup kesulitan hingga dibuat berkeliling mencari dimana kamar si pemilik tubuh. Untung saja ia menemukan apa yang ia cari saat matanya menangkap sebuah pintu berwarna coklat dengan nama pemilik kamar.

Mengayunkan kaki mendekat, Adrea meraih knop pintu hingga terbuka sedikit. Ia mengintip pelan kedalam dari celah pintu, lalu membuka lebar pintu tersebut hingga ia bisa melihat desain dalam kamar. Cukup bagus, Adrea menyukainya.

Perlahan ia berjalan masuk kedalam, matanya tak henti memperhatikan setiap sudut kamar. Ada beberapa lukisan yang terpajang didinding, sudut ke sudut netra Adrea menyorot sebuah buku bersampul biru. Cukup tebal tapi yang membuatnya tertarik, ada selembar foto yang terselip disana. Manusia memang tak luput dari yang namanya penasaran begitu juga dengan Adrea, tangannya terulur begitu saja meraih buku itu.

Menarik foto itu pelan, didalam foto tersebut ada seorang gadis yang menoleh kesamping dengan bibir tersenyum. Adrea mengenalnya, karna gadis itu adalah ia sendiri. Tapi jika diperhatikan difoto itu ada sosok gadis juga disampingnya, kenapa ia tau? Karna ada potongan tubuh tepat berdiri disamping Adrea. Namun foto ini seperti sengaja dirobek. Jika diperhatikan lebih detail ada sosok lain juga yang ikut masuk kedalam foto hanya saja karna pakaiannya ia menyatu dengan background.

"Si Adrea natap orang ini kan?" Tebak Adrea karna memang tatapan Adrea difoto sangat jelas tertuju pada sosok berhoodie hitam tersebut. Siapa orang itu? Aish.. ini yang membuat ia kesulitan jika Adrea isdet tak meninggalkan ingatannya sama sekali. Akan sulit bagi Adrea hidup diantara tokoh penting dinovel. Ia juga tidak tau apakah Adrea figuran memiliki musuh atau mungkin jauh lebih menakutkan dari ini?

Adrea hanya bisa berdoa dan mengandalkan isi novel untuk saat ini. Semoga ia tidak bertemu antagonis pria! Karna itulah satu-satunya yang ia takutkan. MATI! kata itu seakan terus memperingatinya. Ia harus lebih waspada, apa Adrea harus menjauh dari Dery juga?

Tak terasa senja telah hilang digantikan dengan sinar bulan dimalam hari yang menerangi langit yang gelap. Anggota keluarga sudah mulai berkumpul diruang makan untuk melakukan makan malam bersama. Terlihat Richard dan Maria selaku ayah dan ibu dari tiga anak yaitu Veera, Dery, dan Adrea. Keduanya sudah berada dimeja makan menunggu dua anaknya yang belum terlihat hanya Dery saja hadir. Veera dan Adrea belum menunjukkan batang hidungnya.

Maria menoleh pada Dery sebelum mengatakan tujuannya anaknya itu berdiri."Dery paham. Laksanakan Baginda ratu." Dery membungkuk memberi hormat ala kerajaan, mendalami diri seolah seorang pangeran. Ia lantas segera pergi memanggil saudarinya. Kedua paru baya itu hanya tersenyum dengan tingkah aneh anaknya.

Beralih pada Dery. Pria itu kini berdiri didepan pintu berwarna putih, kamar kakaknya Veera. Dery mengambil ancang-ancang sebelum mengetuk pintu itu disertai suara teriakan merdunya. Sebelum tangannya menyentuh badan pintu, pintu itu tiba-tiba terbuka. Dery hampir tersungkur kedepan kalau saja seseorang tidak menahannya.

"Ughh" Lenguh Dery saat wajah tampannya ditahan dengan tangan yang masalahnya- bau dipenciumannya. Entah habis memegang apa hingga tangan Veera terasa lengket diwajahnya.

"Ih! Gak niat banget lo kak. Kenapa harus muka gue? Tangan lo juga kenapa lengket gitu rasanya?" Protes Dery seraya mengusap wajahnya menghilangkan jejak tangan Veera.

Veera memutar bola matanya."Udah untung gak gue biarin lo nyium lantai."

"Gak asik. Mending ke Rere aja." Ucap Dery membalikkan tubuh meninggalkan Veera yang tak habis pikir dengan tingkah adik lelakinya itu. Veera akhirnya memilih turun kebawah lebih dulu.

Sementara Adrea, ia tersenyum pongah didepan kaca meneliti lengkuk tubuhnya, seharian tadi tidak bercermin sekalinya bersitatap dengan benda itu mulutnya tak berhenti berdecak kagum. Tubuh Adrea figuran begitu ideal, wajah kecil yang imut, mata besar, hidung mancung, bibir tipis seksi, bulu mata dan alis tebal. Oh Meigot! Bahkan kulit ini begitu halus, bersih tidak ada penyakit jerawat dan segala macam. Sangat berbeda dengan dirinya dulu, jerawat, kusam, kurus, Adrea sangat tidak terurus. Mendapatkan tubuh seperti ini sudah menjadi impiannya hanya saja dulu terhalang duit.

"Kalau muka model begini, cari cowok gampang. Gak usah dicari hihi." Cengirnya.

Tok
Tok
Tok

"Kera betina! Buruan! Makan! Mau mati lo!" Pekik Dery mengedor-gedor pintu kamarnya dari luar. Adrea berdecak, dasar penganggu.

Adrea berjalan membukakan pintu."Hah? Apaan?"

"Makan anjirr! Buru napa!" Desak Dery.

Memberikan tatapan sinis pada Dery lalu menutup pintu kamarnya, memilih berjalan duluan. Kini pikirannya terganggu, makan malam bersama berarti semua anggota keluarga ada kan?

Adrea mengigit kuku ibu jarinya gugup. Bagaimana ia akan bersikap kepada orangtua Adrea isdet agar tidak terlihat mencurigakan? Ia jadi takut berhadapan dengan mereka. Membayangkan orangtua dinovel yang ia baca mereka gila, sangat gila. Bahkan tak segan melukai anaknya, Adrea hanya takut mendapati orangtua si pemilik tubuh tak jauh dari yang ia pikirkan. Kalau memang benar lebih baik tidak punya, daripada ada tapi menyakitkan. Ngeri sekali hidup didunia yang tidak bisa mempercayai seorangpun.

'Kok gue jadi nervous gini si?'

30 Juni 2023

Balas dendam Adrea part berikutnya ya

Komen untuk part ini?👉

Budidayakan vote jangan ketinggalan, kalau komennya rame lanjut

Follow akun wp uthor gess

See you
Raraayyy16

Continue Reading

You'll Also Like

492K 33.1K 34
Elena Diamond, seorang budak cinta yang sangat mencintai Xavier Baskara. Namun, tidak semuanya cinta berakhir indah. Elena mati saat mencoba menabrak...
650 125 22
"Kata mereka aku adalah seseorang yang jumawa, padahal memang begini adanya aku terlahir dengan jiwa monasrita." kata Anaphalis Javanica. Anaphalis J...
Colourful By loviendlolo

Science Fiction

15.5K 1.6K 38
[SLOW UPDATE] Sienna adalah perempuan satu-satunya dari keluarga ayah dan ibu. Siapa saja yang ingin menjalin hubungan dengannya, harus berjanji untu...
494K 37.1K 33
••Alethea Andhira Gadis cantik yang memiliki kehidupan sederhana. Sosoknya yang cantik tidak membuatnya memiliki banyak teman karena status sosialnya...