Possessive Gio

Par vxxcaa69

1.1M 29.5K 2.7K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] 18+ [BAGI YANG BELUM CUKUP UMUR MENDING CARI CERITA LAIN DAH JANGAN BACA CERITA... Plus

[1]
[2]
[3]
[4]⚠️🔞
[5]
[6]⚠️🔞
[7]
[8]
[9]
[10]⚠️🔞
[12]⚠️🔞
[13]
[14]
cast
[15]⚠️🔞
[16]⚠️🔞
[17]⚠️🔞
[18]
[19]
info
[20]
[21]
[22]
[23]⚠️🔞
sorry, bkn update
[24]⚠️🔞
[25]
info mazeh
info lagi
[26]
[27]⚠️🔞
[28]⚠️🔞
[29]⚠️🔞
[30]⚠️🔞
[31]
[32]⚠️🔞
[33]⚠️🔞
[34]⚠️🔞
[35]
[36]
[37]
[38] ⚠️🔞
[39]
[40]
[41]⚠️🔞
spoiler aa
[42]

[11]⚠️🔞

36.9K 719 12
Par vxxcaa69

Bab 11[punishment]

Happy reading:)

______________________________________

___________________________


Sudah 5 hari berlalu dan Rania masih berada di rumah sakit. Rania begitu jenuh berada di ruangan berbau obat-obatan ini sepanjang hari. Kegiatan yang dilakukannya hanya diam terbaring di ranjang, kadang Gio duduk di sebelahnya, tanpa melakukan apapun. Wajahnya sangat tak bersahabat.

Rania sangat bersyukur karena selama 5 hari ini Gio puasa mencium bibirnya. Lehernya pun sudah tidak dihisap lagi oleh laki-laki itu.

Entah mengapa dengan Gio, Rania pun tak tahu.

Kini Rania tengah memakan makan siangnya. Dari pagi tadi hingga siang ini Rania tak melihat Gio. Rania berpikir mungkin laki-laki itu sekolah. Karena biasanya cowok itu akan datang ke kamar inap Rania pagi-pagi sekali, dan berbicara sendiri dengan kekesalan.

Rania tak mengerti, memang apa salahnya? Sehingga membuat Gio selalu berkata jahat seolah ia membencinya. Padahal ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Semua orang pun tahu, yang membuatnya terbaring di rumah sakit ini karena Gio.

Rania mengernyit bingung ketika melihat obat yang di sediakan berbeda dari biasanya. Tapi ia masa bodoh. Rania meminum obat baru itu seperti biasanya.

Lagi-lagi Rania menautkan alisnya bingung. Obat yang diminumnya terasa manis sekali seperti madu. Padahal dari obat-obat sebelumnya yang ia minum, semuanya terasa pahit.

Rania mendorong makanannya yang berada di atas kasurnya. Biasanya nanti akan ada suster yang mengambilnya. Dan Rania kembali seperti hari-hari sebelumnya, duduk diam di ranjangnya.

Ceklek...

Rania terperanjat kaget. Mengapa suster kali ini tidak sopan sekali, biasanya mereka akan mengetuk pintu terlebih dahulu. Akan tetapi yang datang ke kamar inapnya kali ini bukan suster, melainkan Gio.

"Sudah makannya?" tanya Gio padahal jelas-jelas ia bisa melihat mangkuk dan gelas semuanya kosong.

"Udah."

Gio mengambil nampan itu dan meletakkannya di nakas. Lalu duduk di tepi ranjang sambil menatap Rania lekat. "Kau tahu? Aku sudah 5 hari tidak menciummu."

Rania hanya diam mendengarkan, seperti biasa.

"Mau tahu tidak alasannya?" walaupun malas Rania tetap mengangguk.

"Karena mulutmu bau obat, aku tak suka. Kalau menciummu pasti akan ada rasa pahit."

"Kau tahu? Aku sangat hebat bukan? Tidak menyentuhmu selama 5 hari. Padahal setiap di dekatmu, di bawah sana selalu terbangun."

Lagi, Rania hanya mendengarkan.

"Tapi itu semua aku lakukan demi kamu. Aku mengesampingkan nafsuku hanya untuk membuatmu cepat sembuh dengan tidak menyentuhmu seperti pertama kali kau sadar waktu itu. Haha saat itu aku sudah tidak tahan menahan nafsuku, makanya aku melakukannya."

"Dan sekarang kau sudah merasa baikan?" tanya Gio sambil tersenyum smirk.

Rania mengangguk saja. Tapi entah mengapa perasaanya terasa tidak enak.

"Bagus."

"Kakak mau ngapain?" tanya Rania panik karena Gio menaiki ranjang dan mengukungnya. Seperti di drakor-drakor saja.

"Mau menghukummu," jawab Gio. Wajah mereka sangat dekat sekali.

"Kak aku masih sakit."

"Kata siapa kamu sudah sembuh?"

Tanpa lebih lama lagi Gio segera menyambar bibir Rania. Gio menarik Rania yang tengah bersandar untuk lebih merapat ke tubuhnya, merengkuh tubuh mungil ini erat hingga dada mereka saling menempel.

Rania yang tak siap tidak bisa mengelak karena kakak kelas itu sudah terlebih dahulu menciumnya. Tangan Rania yang diinfus menyulitkan pergerakannya. Tapi ia memanfaatkan tangannya yang tak diinfus digunakan untuk mendorong bahu Gio.

Gio membuka paksa bibir Rania lalu melesakkan lidah panasnya dalam mulut favoritnya itu. Gio menghisap lidah Rania dan memaksa bibir manis ini tetap terbuka. Satu tangannya meremas pinggang Rania, lalu tangan yang lain menarik tubuh Rania lebih dekat dengannya.

"Emhh.. ka-kak mmh."

Gio begitu menyukai suara Rania yang terbungkam oleh ciumannya. Walau Rania meminta berhenti, ia malah menganggap Rania meminta dirinya untuk tidak berhenti.

Lidah Gio menari-nari dalam mulut Rania, membuat suara kecapan terdengar. Rania yang tak ahli berciuman sesekali tersedak. Ciuman Gio kali ini berbeda sekali. Ciuman ini lebih menuntut dan kasar, membuat Rania kesulitan.

"Ud-dah.. kakh." Rania mengerang antara kesal dan sesak.

Penolakan Rania membuat Gio semakin bersemangat. Kini tubuhnya sudah di tarik oleh Gio sampai-sampai tubuh mereka tidak ada jarak. Rania tidak nyaman karena dadanya menempel sekali, tapi tidak bagi Gio. Ia malah kesenangan.

Akhirnya Gio menghentikannya. Napas tersengal bersahut-sahutan. Gio tersenyum smirk melihat bibir Rania memerah merona, dan bertambah besar atau biasa disebut bengkak. Apalagi di bibir Rania terdapat air liur mereka, membuatnya menjadi mengkilap.

Gio kembali melumat bibir Rania. Dan sudah tentu ciuman ini akan berakhir lama. Rania mengerang, antara kesal dan nikmat. Rania tidak munafik, ia mengakui bahwa berciuman itu enak. Mulutnya dan akal sehatnya menolak ciuman Gio, tapi tidak dengan tubuhnya. Ia menginginkan lebih.

Perlahan-lahan Gio menidurkan Rania di ranjang dengan masih berciuman. Mereka saling berciuman ralat hanya Gio saja yang mencium bibir Rania.

Rania melenguh ketika Gio melembutkan lumatannya dari yang tadinya kasar menjadi lembut dan nikmat. Gio menggenggam tangan Rania yang mungkin butuh meremas sesuatu. Lalu tangannya yang menganggur mulai membuka kancing piyama Rania.

"Ah." desah Rania ketika Gio selesai membuka kancingnya lalu tangan Gio meremas payudaranya lembut.

"Mhh."

Rania tak bisa mengendalikan desahannya yang semakin menjadi-jadi karena Gio meremas payudaranya bergantian. Biasanya ia tidak begini, dulu ia tidak merasa senikmat ini ketika Gio meremas dadanya. Sebab saat itu ia begitu ketakutan sehingga yang ada dalam pikirannya hanya pemikiran tentang bagaimana caranya menghentikan Gio.

Tok tok tok..

Bunyi ketukan pintu mengagetkan Rania. Namun Gio masih belum melepaskan ciuman sepihak ini. Rania kembali mendorong-dorong bahu Gio panik dengan satu tangan saja, tapi cowok itu tetap tenang.

Gio memperdalam ciumannya dan menindih Rania sampai-sampai tubuh Rania tenggelam di ranjang ini, lalu kepalanya memiring untuk lebih leluasa melumatnya.

Tangan Gio mulai menurun, dari dada Rania merambat ke perutnya lalu tangan Gio mendarat di paha Rania. Karena paha Rania masih di balut dengan celana panjang khas rumah sakit, ia jadi tak suka. Maka tangan itu masuk ke dalam celana Rania, lalu mengelus paha Rania yang lembut.

Tok tok tok..

"BOLEH MASUK GAK NIH?"

Sekali lagi, pintu di ketuk. Orang di luar sana berteriak meminta ijin masuk. Dari suaranya seperti suara Daniel.

Dalam ciumannya Gio tersenyum miring. Gio mengangkat kaki Rania ke pundaknya, lalu tangan Gio mengelus betis Rania terus merambat melewati paha lalu berhenti di vagina Rania yang terbungkus celana dalam.

Rania panik, ia menggerakkan tangannya yang digenggam Gio brutal. Ia ingin lepas, padahal jelas-jelas kakak kelas itu tahu mereka kedatangan tamu.

Jari Gio menyelip masuk kedalam CD Rania. Lalu jari Gio mengelus vagina Rania secara langsung.

"Emhh.." Rania memberontak dengan menggerakkan kepalanya memiring ke kanan dan ke kiri, tapi Gio tak bisa di berhentikan. Ia akan berhenti oleh kemauannya sendiri.

Ceklek..

"Astaga!"

"OH MY GOD!"

"Anjing!"

"Demi sempak Sasuke, mata gue ternodai!"

Pekikan satu-persatu terdengar. 2 perempuan dan 2 laki-laki menatap kaget pada kegiatan seorang laki-laki dan perempuan di ranjang. Rere, Resya, Draka dan Daniel begitu terkejut melihat pemandangan 21+ secara live. Bukan kali ini saja mereka menjenguk Rania, sudah sedari 2 hari yang lalu. Kala itu hanya Rere dan Draka.

Namun ketika itu Rania merasa janggal pada Gio dan Draka. Karena yang Rania lihat mereka berdua selalu bertatapan dengan aura permusuhan yang kentara. Tak jarang Rania merasa merinding tatkala atmosfer ruangan terasa mencekam.

Rere masih belum sembuh dari kelumpuhannya, sekarang kalau mau bepergian ia selalu memakai kursi roda. Saat itu, ketika Rania mendengar berita Rere lumpuh ia menangis tersedu-sedu. Rania sangat merasa bersalah, Rere lumpuh karenanya.

Barulah Gio berhenti. Ia mengeluarkan tangannya dan menurunkan kaki Rania. Guo menyeringai puas, kemudian beranjak bangun lalu berjalan menuju sofa dan duduk dengan tenang. Tidak mempedulikan perbuatan yang dibuatnya tadi.

Wajah Rania sangat memerah bak kepiting yang di rebus. Rania menarik selimut lalu menenggelamkan dirinya, Rania sangat malu bertemu dengan mereka

Draka kembali menormalkan ekspresinya. Ia mendorong kursi roda Rere, gadis itu masih sangat terkejut. Begitupula Daniel, ia menarik Resya agar beranjak dari ambang pintu. Tapi sebelum itu, ia mengecup bibir Resta yang menganga dan melumatnya sedikit.

"Cewek Lo masih sakit Gio, sabar dikitlah. Gue tau Lo butuh kepuasan, tapi gak sekarang juga. Kasian cewek Lo. Nyolo aja si," ucap Daniel yang sudah mendudukkan dirinya dan Draka di sofa sebelah Gio.

"Bacot.*

"Jehh si anying."

Daniel dan Gio kembali mengobrol sambil merokok. Draka masih tetap tidak mau berbicara dengan Gio, dan Gio

Tapi aura permusuhan antara Gio dan Draka masih terus saja berlanjut. Entah sampai kapan mereka bermusuhan. Baik Gio maupun Draka sama-sama tidak mau mengalah. Tapi yang pasti, ini semua salah Gio.

Tapi salah mereka juga, karena cowok selalu salah.

"Ra?" panggil Rere.

Kedua gadis yang masih terkejut itu berdiri di samping ranjang, ralat hanya Resya saja. Mereka menatap gumpalan selimut itu dengan ekspresi kaget dan bingung bercampur dalam wajah mereka.

"..."

Tidak ada jawaban. Rere dan Resya saling berpandangan sebentar. Tiba-tiba Resya menyadari mengapa Rania menutupi tubuhnya.

"Rania gak usah malu. Kita gak papa kok, malah aku yang malu ngeliat kejadian tadi."

"Iya Ra, gak papa lah. Kita kesini mau ngejenguk Lo, tapi malah di tutup gitu mukanya."

"Aku malu," suara yang sangat kecil terdengar.

"Gak usah malu," ucap Resya.

"Ayoklah buka, Ra."

Tapi Rania begitu malu. Rania ingin memutar waktu, tolong.

"Ih Rania enggak sopan tau, ada yang jenguk kamu juga." ucap Resya.

"Tau lo."

"Maaf, tapi malu."

"Astaga capekk."

***

tbc

1487 kata

Hay kangen aku tidack?
Pasti kangen lah cuma kalian malu mengakui, ye kan?
Gue mah tahu, kan cenayang.

Btw dapet cerita gue darimana sih?

Jujur gue gak pernah promosi cerita ini di medsos manapun, karena males gitu. Gue nulis ini cuma buat meluangkan waktu gue dan mengembangkan bakat gue yang terpendam ini eak.

Tapi... Boleh gak kalian promosiin cerita aku?

Biar makin banyak pembacanya
Dan semoga juga makin banyak yang ngevote and komen.

Kebanyakan silent reader tauuu (⁠・ั⁠ω⁠・ั⁠)

Oke babe?
Promosi in yaa.

Aku sejauh ini gak pernah minta apapun kan?
Bahkan gak pernah tuh nulis kata "vote cerita ku ya" or "komen yang banyak."
Saya tuh cuek sama yang begitu, cuma ada pembaca aja udah seneng banget. Tapiii lebih seneng kalo banyak yg vote, tapiiiii lebih lebih lebih seneng lagi kalo banyak yang komennn

I love komenan kalian huwuw huhu(⁠ ⁠≧⁠Д⁠≦⁠)

Sekian terima Taeil:)

Minggu, 19 Februari
(13:20)

Salam hangat penulis
@vxxcaa69
Pencet ini ya
👇👇

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

866K 131K 46
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
Love Hate Par C I C I

Roman d'amour

2.6M 186K 34
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
6M 314K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
519K 37.6K 38
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...