Bekas Luka

By EnfiA99

1M 81.2K 1.6K

Riri meninggalkan semua masa lalunya dengan hati yang hancur. Setelah bertahun-tahun mencoba menata hatinya... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Pengumuman
Pengumuman

Bab 20

25.4K 2.4K 59
By EnfiA99

Happy Reading!!!!

Riri mengusap perutnya dengan senang, kandungannya sudah memasuki Minggu ke-35, sebentar lagi dia akan bertemu dengan bayinya.

"Kamu senang kan bentar kita lagi bertemu? Tapi Mama jauh lebih senang." Ucap Riri pada bayi dalam kandungannya. Sejak mengandung bayinya Riri memang sudah ingin dipanggil Mama. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk bertemu bayinya dan mendengar panggilan dari anaknya. Riri dan Bayu bahkan sudah mengisi penuh kamar untuknya. Berbagai buku tentang mengasuh anak juga sudah dibacanya. Mereka sangat menantikan kehadirannya.

Suara mobil memasuki pekarangan rumah. Suaminya sudah pulang. Beberapa saat kemudian langkah kaki itu mendekatinya dengan cepat. Diletakkannya beberapa buku mengasuh anak di meja depannya.

Bayu mengecup kening Riri, lalu kemudian menunduk untuk berbicara dengan bayinya.

"Hei, Kamu sehat kan? Kangen papa nggak? Mulai besok papa bakal nemanin kamu seharian di rumah. Kamu senang kan?" Bayu mengecup lembut perutnya, rona bahagia terlihat jelas di wajahnya. Bayu juga sangat suka berbincang dengan bayinya hampir setiap saat dia akan mengajak bayinya berbicara.

"Beli buku lagi?" Ucap Riri pada Bayu.

"Iya, kali ini aku beli buku tentang cara menidurkan bayi." Jawab Bayu dengan antusias.

Jika ada yang membaca buku kehamilan dan cara merawat anak lebih banyak dibanding Riri, maka itu adalah Bayu. Hampir setiap mereka ke toko buku pandangan Bayu tidak beralih dari buku tentang kehamilan dan mengasuh anak. Selain itu lebih dari separuh isi kamar bayi mereka dibeli oleh Bayu. Bahkan ada barang-barang untuk anak berusia lima tahun ke atas.

"Bukanya udah kebanyakan ya mas?"

"Nggak apa-apa, mas pengen baca. Nanti saat bayi kita lahir kamu bisa tidur nyenyak ketika dia bangun di tengah malam. Biar anak kita nanti mas yang menidurkannya."

"Beneran ya?" Riri mengecek buku lain yang dibeli Bayu. "Terus ini buku MPASI, kan buat anak usia 6 bulan?" Heran Riri.

Cengiran muncul dari bibir Bayu, "Persiapan saja." Ucapnya santai.

Riri tahu Bayu sangat mencintai anak mereka. Bayu bahkan hampir tidak pernah lembur lagi selama kehamilan Riri. Banyak pekerjaan yang dibawa Bayu pulang ke rumah. Walaupun Bayu masih sering menerima pesan dan telepon dari Cindy dibelakangnya, Bayu tidak pernah mengabaikan Bayinya lagi. Hanya sekali saat Riri melihat Bayu di rumah sakit bersama Cindy.

Hal itu membuatnya yakin bahwa Bayu akan lebih memilih Bayi mereka di banding Cindy dan bayinya. Tidak apa-apa kalau bukan Riri yang dipertahankan oleh Bayu. Sakit yang dirasanya tidak akan dirasakan oleh bayinya. Dia akan selalu menjadi prioritas Bayu dan Riri. Mungkin nanti Riri akan berani menanyakan pilihan Bayu.

Dan itu pasti setelah dia yakin Bayu akan memilih Riri dan Bayinya.

*****

Ruangan yang bisanya sepi itu sekarang penuh dengan kebisingan.

"Lo pindah kesini cuma bawa badan ya? gila aja isi kulkas lo cuman air putih. Nggak ada makanan, Setidaknya buat tamu kayak kami." Gerutu Bimo yang sedang melihat isi kulkas di apartemen Bayu.

"Pesan saja. Atau nggak Lo pergi sekarang. Cari makan di tempat lain" Jawab Bayu datar. Malas mendengar gerutuan dari tamu tidak diundang tersebut.

"Gue udah pesan," Sahut Rian. "Lo habis dari jogja? Gue ke kantor lo kemarin." Tanya Rian.

"Hm." Jawab Bayu yang mengambil sebuah rokok lagi.

"Mau cepat mati Lo?! Udah berapa bungkus hari ini?" Omel Rian.

Bayu tidak peduli. Lagi pula dia tidak merokok sebanyak itu. Hanya saat sedang penat saja.

Setelah menumpahkan tangisnya pada Riri kemarin, Bayu tidak mengatakan apapun. Dia hanya melahap nasi goreng buatan Riri yang sudah lama dirindukannya. Ditemani oleh Riri yang duduk di depannya. Hal-hal yang seharusnya tidak hilang dari hidupnya.

Riri pun tidak mengatakan apapun mereka hanya menangis menumpahkan kesedihan mereka. Itu yang pertama kalinya. Karena saat kehilangan bayinya Bayu lebih sering menangis sendirian. Tidak ingin menunjukan tangisnya pada Riri yang saat itu sangat terpukul. Amarah, rasa bersalah, kehilangan, kesedihan, semua itu ditahannya sendiri agar bisa menjadi penopang untuk Rumah tangga mereka. Namun ternyata hal itu tidak cukup, karena nyatanya rumah tangga mereka tetap berakhir dengan kehancuran.

"Gue diteror sama Cindy sejak kemarin. Lo ketemu dia?" Tanya Bimo yang sudah duduk di sampingnya.

Bayu menghentikan hisapan rokoknya, "Di luar rumah bokap gue. Sekarang dia di Jakarta?" Bayu tidak habis pikir ternyata Cindy juga menyusulnya ke Jakarta kemarin.

"Iya. Sorry nih ya. Lo jangan marah." Ucap Bimo hati-hati.

"Apaan?" Bayu memiliki firasat buruk.

"Gue keceplosan bilang Lo tinggal di apartemen Riri. Habisnya Cindy ngotot buat minta bantuan gue nanya alamat Lo yang baru. Jadi gue bilang aja, lupain Bayu soalnya dia sekarang sudah tinggal bareng Riri." Bimo mundur berusaha membela diri melihat tatapan tajam dari Bayu.

"Sialan! Harusnya lo sibuk ngurus anak Lo, jangan malah ladenin Cindy." Maki Rian.

"Belum tentu itu anak gue ya." Elak Bimo. Bayi itu kan belum lahir jadi belum pasti bahwa itu anaknya.

Rian malas meladeni Bimo. Memilih bertanya pada Bayu.

"Jadi gimana?"

Bayu memijat dahinya, "Nggak masalah, Fellisa juga pasti sudah mengatakan hal itu pada Cindy. Gue akan mengatasinya." Dia baru menyadari bahwa Cindy pasti sudah tahu bahwa Bayu sudah bertemu Riri dari sepupunya. Pantas saja ayahnya mendesak Bayu untuk seger menikah dengan Cindy. Merek ingin menghalangi kebahagiaannya lagi.

Bayu tidak akan membiarkan masalah Cindy menjauhkannya dari Riri lagi.

*****

Riri menatap bunga yang sedang bermekaran di taman kompleks apartemennya. Tempat ini hanya pernah beberapa kali dikunjunginya walau jarak dari apartemennya hanya perlu beberapa menit berjalan kaki untuk sampai. Bayu mengiriminya bunga karena tahu persis Riri memang menyukai beragam jenis bunga.

Penat di kepalanya sedikit berkurang. Kepalanya penuh dengan berbagai hal yang terjadi ketika Bayu muncul lagi di hidupnya. Penuh tangis. Namun Riri merasa lukanya sedikit terobati, melampiaskan amarah yang dipendamnya ternyata membantunya untuk sedikit lebih baik. Walau satu luka tidak kunjung sembuh. Entah mungkin karena Riri terlalu merindukannya.

Dia benar-benar merindukan bayinya.

Riri memejamkan matanya mencoba menghapus perih yang menjalar ketika mengingat satu luka yang sama sekali tidak berani Riri dan Bayu ungkit lebih jauh.

"Hiks...hiks...hiks.."

Suara sesegukan anak kecil membuat Riri membuka matanya, dialihkannya perhatiannya pada sekelilingnya namun tidak ditemukannya siapapun. Apa karena dia terlalu memikirkan bayinya?

"Hiks...hiks...hiks.." Suara yang semakin terdengar itu mengalihkan perhatian Riri, dia langsung bangun untuk mencari sumber suara. Setelah mencari beberapa saat dia menemukan seorang gadis kecil sedang menangis sendirian.

Riri mendekati gadis kecil itu, "Hei, kenapa nangis?" Tanya Riri.

Namun tidak dijawab, Riri akhirnya berjongkok untuk menyamakan tinggi badannya dengan gadis kecil itu. Air matanya masih mengalir deras namun hanya sesegukan kecil yang terdengar. Sepertinya dia menahan suara tangisnya agar tidak terdengar. Wajahnya imut dan cantik sekali. Kelopak matanya mengedip beberapa kali ketika melihat Riri.

"Kamu kenapa nangis? Mamanya dimana?" Tanya Riri lembut. Gadis itu terlihat takut padannya.

"Nte, capa? Hikks.." Matanya yang berbinar itu mengamati Riri.

Riri tersenyum lembut, "Nama Tante Riri, nama kamu siapa?"

"Hiks, nama aku Diyya," Ucap gadis kecil itu lucu.

"Oh, Diyya sekarang mamanya dimana?

"Bukan Diyya tapi diiyya." Anak itu sudah berhenti menangis dan cemberut pada Riri.

Riri mengerutkan kening, berpikir sebentar, "Dira?"

"Iya, Diyya." Angguk gadis kecil itu puas.

Riri menatap gadis lucu di depannya, bukankah usia gadis ini sekitar 3 tahunan.

Akankah gadis kecilnya saat itu menjadi selucu dan secantik anak ini?

Riri menekan dadanya menghalau perih, "Kita cari mama nya Dira dulu ya? Mama Dira pasti sedih nggak ketemu Dira." Ucap Riri mencoba menggenggam tangan gadis kecil itu.

"Mamah ndak cedih, mama Ndak suka Diyya." Ucap gadis itu berkaca-kaca seakan ingin menangis.

Riri menatap gadis kecil yang terlihat sangat sedih itu. "Mau digendong aja?" Tanyanya pada Dira berusaha menghibur gadis itu

Dira terlihat ragu, sepertinya ingin digendong namun malu untuk mengatakannya.

Riri langsung mengulurkan kedua tangannya, menggendong gadis kecil itu. Tubuhnya tidak seberat itu, walaupun pipinya terlihat gembul, tapi tubuhnya tidak terlalu berisi.

"Nte, Diyya nggak beyat?" Ucap gadis itu malu-malu.

"Nggak kok." Ucap Riri memeluk Dira. Mata Riri sudah berair, dia sungguh merindukan bayinya. Pelukan ini seharusnya bisa diberikannya pada bayinya. Apa bayinya akan marah sekarang karena dia menggendong anak lain?.

Riri mengeratkan pelukannya, namun suara ringisan dari gadis itu membuat Riri menghentikan pelukannya, "Tante peluknya kekencangan ya? Maafin Tante ya." Namun Dira tidak menjawab dan justru memeluknya lebih erat. Riri mengusap pelan punggung Dira, berpikir akan mencari kemana orang tua anak ini. Mereka pasti khawatir.

Belum sempat Riri mencari orang tua Gadis kecil ini, terdengar beberapa suara yang meneruskan nama Dira. Riri berjalan mendekati sumber suara. Dira sepertinya juga mendengar suara yang memanggilnya, dia terus melirik ke sana kemari.

"Om Bayuuu.."Teriakan antusias dari gadis kecil itu ketika menemukan orang yang memanggil namanya menghentikan langkah Riri. Begitu pula kedua orang yang berada tidak jauh darinya. Mata laki-laki yang mencari Dira itu kemudian membelalak menyadari kehadiran Riri, sedangkan wanita di sampingnya hanya terdiam.

"Mamah," ucap gadis itu pelan dan namun tidak melepaskan pelukan eratnya pada leher Riri.

Hah. Riri sungguh ingin tertawa saat ini. Menertawakan dirinya sendiri. Kamu sangat lucu Riri. Dia menatap gadis yang berada di dalam pelukannya dengan pandangan kosong. Riri menggigit kuat bibirnya menahan amarah yang menggelegak dalam dirinya. Bodohnya dia tertipu oleh Bayu. Bukanya kemarin dia sudah hampir luluh setelah melihat tangis Bayu. Sekarang lihat apa yang ada dihadapannya ini.

Sebuah keluarga dengan anak gadis kecil yang lucu?

Sebuah keluarga yang selalu ingin diberikannya pada bayinya. Sebuah keluarga yang menjadi impiannya. Membuatnya menahan segala luka agar keluarga itu terwujud. Otaknya berhenti berpikir, situasi ini menghentikan aliran darah ke kepalanya.

Mereka berbahagia?

Sekarang Riri lah yang orang asing?

Pengganggu?

Riri merasa menggigil akibat dingin yang menjalar di seluruh tubuhnya. Seluruh luka itu seakan terpampang nyata di hadapannya.

Sampai jumpa Minggu depan.

Jangan Lupa Vote dan Komen, Ya!! Kritik dan Saran Juga dipersilahkan.

Jum'at, 17 Februari 2023

Continue Reading

You'll Also Like

583K 39.8K 47
Lyla tidak berminat menikah. Namun, siapa sangka ia harus terjebak dalam pernikahan dengan sahabatnya sendiri? "You're a jerk, Hanan." "And you're tr...
437K 25.6K 30
Story Kedua Neo Ka🐰 Duda Series Pertama By: Neo Ka Gayatri Mandanu itu ingin hidup simpel, tidak ingin terlalu dikekang oleh siapapun bahkan kadang...
689K 1.8K 22
WARNING!!! IAM COMEBACK AWASSS BASAHH!! Jangan Dibaca semuanya sesat Sudah ada peringatan!!! kalau bermaksud me-REPORT cerita gw mending skip
394K 48.1K 57
TAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Jatuh hati sendiri: check! Patah hati sendiri: double check! Status hubungan dengan A...