What should we do?

By Secrettaa

337K 32.3K 5.3K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan singkat di lampu merah justru menjad... More

PROLOG
ARJUNA ARTAWIJAYA
ARIKA ANGELINA
1 | PERTEMUAN PERTAMA
2 | CEMARA
3 | PERMINTAAN ARIKA
4 | 00:00
5 | VAMPIR
6 | PECAL AYAM
7 | HUKUMAN
8 | INSIDEN DI TAMAN
9 | TAMU SPESIAL
10 | MALL
11 | SEKOLAH
12 | TEMAN BARU
13 | BAD MOOD
14 | PAGI BAHAGIA
15 | ROOFTOP
16 | NATAYA BAGASKARA DAN DUNIANYA, ANGKASA
18 | TIDAK BISA DITEBAK
19 | TETAP TEMAN
20 | I LOVE YOU
21 | SUNSET
22 | SEMUA PERLU JEDA
23 | SALAH PERASAAN
24 | PROMISE
25 | IT'S OKAY
26 | PULANG
27 | PARTY
28 | BEAUTIFUL NIGHT WITH BEAUTIFUL GIRL
29 | SHE'S COME
30 | FAMILY SECRET
31 | BACK TO SCHOOL
32 | MY LOVE
33 | LOOKING NIGHT SKY
34 | CAN WE ALWAYS TOGETHER?
35 | PEOPLE'S HAVE PAIN
36 | I'M SORRY
37 | SUNSET
38 | SELAMAT TIDUR
39 | MEET AGAIN
40 | YOU MUST STILL LIFE
SEE YOU

17 | ARJUNA VS ARION

4.4K 362 11
By Secrettaa

KALIAN SUKA WARNA APA?

ME:BIRU🐳

KALIAN SUKA KPOP NGGAK?

KALAU SUKA, KALIAN LEBIH SUKA BOYGRUP ATAU GIRLGROUP?

SPAM 🍌DULU YAAA

VOTE DAN KOMEN SEIKHLASNYA, TAPI AKU MAU MAKSA KALIAN BUAT SPAM AHAHA CANDA

JANGAN LUPA SENYUM DAN BAHAGIA🐰

Follow wp Secrettaa
Ig : @aleeeeeeeee_0019

Jangan lupa vote+komen

🌻HAPPY READING🌻


Terhitung sudah dua minggu Arika bersekolah di Arjuna High School. Gadis pecinta kuning dan buah pisang itu selalu bersemangat setiap harinya. Temannya juga semakin banyak, mulai dari teman seangkatan bahkan sampai kakak kelas dan juga adik kelas. Bagi Arika semua adalah teman, tidak peduli dengan perkataan atau tatapan beberapa siswi yang tidak menyukainya sebab ia dengan mudah bisa berteman dengan Arjuna.

"Arika, ikut ke kantin nggak?" Vira si gadis berhijab dengan senyum manis itu menghampiri meja Arika dan Zila.

"Arika doang nih yang ditanya, gue enggak?"

Vira tampak tak mempedulikan Zila, ia hanya menatap Arika menunggu jawaban. Ia masih kesal dengan sahabatnya yang satu ini sebab semalam bertamu ke rumahnya tanpa tahu waktu dan hanya untuk menganggu waktu tenangnya saja.

"Astaghfirullah Vira, lo masih ngambek soal semalam?"

"Woi, Zil. Lo 'kan kristen!" teriak Niko saat mendengar Zila yang begitu lantang mengucapkan istighfar.

"Eh, iya gue lupa." Zila menutup mulutnya yang memang suka sekali keceplosan. Mungkin karena sudah lama berteman dengan Vira membuatnya tanpa sadar mengingat ucapan yang sering sahabatnya itu katakan.

"Zila sama Vila ke kantin beldua aja, Alika mau ke pelpus. Dadah!" Arika keluar dari kelas seraya melambaikan tangan pada kedua temannya yang sekarang sibuk entah membicarakan apa.

"Gara-gara lo nih, Arika jadi nggak mau ke kantin!" tuduh Zila pada Niko.

"Lah, kok gara-gara gue. Aneh banget si jadi cewek."

"Ngomong apa lo barusan?!"

"Apa lo, gue nggak ngapa-ngapain ju--"

"Demen banget sih lo berdua ngoceh."

"Tau, ada aja yang didebatin."

"Diam lo berdua!" teriak Zila dan Niko secara bersamaan yang ditujukan untuk Belvan dan Vira, membuat beberapa anak 11 IPA 2 yang belum beranjak terkekeh melihat itu semua.

"Ngapain lo ngikutin gue?!" sewot Zila seraya menggandeng tangan Vira menuju kantin.

"Dih, kepedean banget lo. Orang gue sama Belvan juga mau ke kantin! Siapa juga yang mau ngikutin ce--"

"Lo bisa diem nggak sih, mulut lo kalau nyerocos ngalahin cewek tau nggak," bisik Belvan penuh penekanan dengan sebelah tangan membungkam mulut Niko.

"Anjing, tangan lo bau busuk Belvan!!" Niko menatap penuh permusuhan pada Belvan yang sama sekali tidak merasa bersalah.

Pada akhirnya Zila, Vira, Belvan dan Niko pergi ke kantin bersama. Entah sejak kapan, tapi yang pasti setelah Arika menjadi murid baru di kelas mereka keempat remaja itu terlihat semakin dekat. Sepertinya karena Arjuna yang terus mendekatkan diri pada Arika, teman-temannya menjadi saling dekat juga. Mereka yang awalnya saling cuek, bahkan tak jarang bertengkar tentu masih sama, hanya bedanya mereka tidak pernah menganggap hal itu serius seperti dulu.

Bicara soal Arjuna, laki-laki itu diam-diam mengikuti si gadis berbandana kuning yang tidak lain adalah Arika Angelina. Memperhatikan Arika dan memastikan gadis itu baik-baik saja dari jauh sudah menjadi hobi Arjuna sejak pertemuan pertama mereka.

Arjuna tidak pernah seperti ini sebelumnya, ia yang dikenal sebagai laki-laki yang sulit didekati dan memiliki banyak penggemar, kini justru diam-diam menaruh rasa pada Arika. Ah, tapi semua orang sepertinya sudah tahu bahwa Arjuna Artawijaya jatuh cinta pada gadis cadel kelewat polos bernama Arika Angelina. Siapa yang tidak tahu, jika setiap hari Arjuna tidak pernah melepaskan tatapannya pada sosok pecinta pisang itu.

Banyak yang kecewa, terutama para siswi AHS yang lebih dulu mendekati Arjuna, tapi Arika yang statusnya siswi baru justru tanpa repot-repot mendekati Arjuna bisa membuat laki-laki itu dekat dengannya. Banyak yang tidak suka pada Arika tentu saja, tapi mereka tidak berani berbuat nekat karena tidak mau dikeluarkan dari Arjuna High School. Sebab AHS tidak akan mentolerir yang namanya perundungan.

Arjuna ikut masuk ke dalam perpustakaan ketika Arika sudah lebih dulu masuk ke sana. Ia mencari-cari di mana gadis itu berada cukup lama, tapi ternyata yang dicari tengah tertidur di meja paling pojok. Tempat yang tentu saja tidak akan terlihat oleh penjaga perpustakaan.

Cantik. Batin Arjuna ketika melihat gadis yang biasanya tidak bisa diam itu tertidur pulas. Ia mengambil tempat di samping Arika, hanya duduk diam sembari terus memperhatikan wajah yang tampak damai itu. 

Cukup lama Arjuna dalam posisi tersebut, sampai pandangannya tak sengaja melihat bekas kemerahan di leher sang gadis. Tangannya mengepal kuat, tapi Arjuna cepat-cepat menetralkan amarahnya. Bukan bermaksud tak sopan, tapi Arjuna hanya ingin memastikan. Rambut hitam yang terurai itu ia jauhkan sedikit agar tidak menutup leher Arika.

Arjuna mencoba melihat lebih jelas takut apa yang ia lihat tadi hanya sebuah kesalahan, tapi setelah ia lihat sedekat ini ternyata itu benar-benar sebuah kissmark. Siapa yang berani berbuat tak senonoh pada gadis kelewat polos ini?

"Hiks ... Bang Al m-maaf. Belhenti cium lehel Alika, s-sakit...."

Tangan Arjuna kembali mengepal ketika melihat Arika tak nyaman dalam tidurnya. Apalagi sepertinya gadis itu bermimpi buruk. Arjuna jadi tahu alasan Arika pagi ini tampak murung dan tak bersemangat seperti biasanya. Pasti ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada Arika, begitulah pikirnya awalnya.

Namun, setelah tahu hal tidak beres itu apa, rasa-rasanya Arjuna ingin memukul siapa saja yang berani berbuat hal tak senonoh tersebut pada gadis polos ini.

Bel masuk sudah berbunyi, tapi Arjuna masih setia menemani Arika yang sekarang terlihat lelap dalam tidurnya. Sebelah tangan Arika tampak erat menggengam jari-jari Arjuna. Tidur dalam posisi duduk seperti ini pasti tidak nyaman, tapi daripada membangunkan Arika sekarang Arjuna lebih memilih ikut memejamkan matanya.

"K-kak Juna ...." Arika yang baru saja membuka mata begitu kaget ketika yang pertama ia lihat adalah sosok Arjuna. Sadar tangannya masih menggengam jemari laki-laki itu, Arika pun bergegas melepas tautan dan menegakan tubuhnya cepat.

"Kak Juna kenapa bisa di sini? Kak Juna nggak ke kantin? Kak Juna kenapa pelpusnya udah sepi, udah bel kayaknya ya."

Melihat Arika panik dan terus mengoceh tidak jelas, tanpa aba-aba Arjuna langsung menarik tubuh itu ke dalam pelukannya. Dapat ia rasakan tubuh yang lebih kecil itu menegang beberapa saat. Bahkan, Arika tidak membalas pelukannya.

Sedangkan Arika yang mendapat perlakuan seperti itu entah kenapa rasanya ia ingin menangis sekarang. Arika hanya takut jika Arjuna juga sama dengan abangnya. Tanpa bisa dicegah, akhirnya ia menangis juga.

"Kenapa nangis, gue buat lo takut ya. Maaf karena gue lancang peluk lo," bisik Arjuna seraya melepaskan pelukannya, tapi Arika justru semakin memeluknya erat.

"T-takut, A-alika takut Kak Juna ...." Hanya gumaman itu yang terus Arjuna dengar. Entah berapa kali Arika mengatakan takut dalam pelukannya.

Arjuna cukup tahu apa yang membuat gadis polos ini ketakutan. Meski tidak tahu siapa pelaku pastinya, tapi ia sudah punya satu nama.

Cukup lama Arika menangis dan ketika Arjuna sadar bahwa gadis dipelukannya tak lagi menangis, ia justru dibuat kaget bukan main.

"Arika? Hei, sadar." Arjuna menepuk-nepuk pipi chubby yang sekarang terlihat sedikit kurus itu.

"Apa sih Kak Juna, Alika cuma melem doang. Capek habis nangis." Pengakuan polos Arika membuat  Arjuna bernapas lega.

"Lo bikin gue khawatir tau nggak, tiba-tiba nangis terus diam. Gue kira lo pingsan."

Pelukan keduanya sudah benar-benar lepas sekarang. Arika sibuk mengusap sisa air mata dan merapikan tatanan rambutnya. Ia menatap tak enak pada seragam Arjuna yang tampak basah. "Makasih ya Kak Juna udah bialin Alika nangis sampai bajunya basah."

Arjuna tak menjawab, tatapannya masih terfokus pada sang gadis yang kini sudah berdiri. "Lo mau cerita?" tanya Arjuna dengan suara lembut penuh perhatian.

"Cerita aja kalau lo lagi ada masalah, gue bakal dengerin."

Ada keraguan dalam manik Arika ketika bertatapan dengan Arjuna. Sadar jika ia terlalu memaksa, Arjuna pun paham sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat untuk gadis berbandana kuning itu bercerita. Perlahan ia ikut bangkit dari duduknya, lalu menatap manik itu sekali lagi.

"Yuk, ke kelas. Nanti kita bisa telat," ajaknya seolah beberapa menit yang lalu tidak ada hal serius sampai membuat suasana di sana terasa canggung. 

"Kak Juna duluan aja, Alika kebelet pengen ke toilet dulu. Dadah!"

Sepertinya pergi tanpa mendengarkan jawaban dari sang lawan bicara sudah menjadi kebiasaan Arika. Terkesan tak sopan, tapi apalah daya. Arjuna juga tidak bisa marah, meski ia seringkali menerima itu semua. Baginya, apapun yang Arika sembunyikan perlahan akan terlihat, entah cepat atau lambat. Arjuna yakin jika suatu saat nanti Arika akan lebih sering bercerita padanya dibanding memendam semuanya sendiri seperti sekarang.

What should we do?

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, suasana di sekitar Arjuna High School juga tampak sepi karena jam pelajaran sudah berakhir lama. Namun, gadis berbandana kuning itu masih betah duduk di dalam kelasnya. Hanya duduk melamun, tanpa tahu mau melakukan apapun atau beranjak dari sana.

"Eh, Nak Arika belum pulang?" Penjaga AHS yang memang sudah lumayan kenal dengan Arika pun mengurungkan niatnya untuk mengunci kelas.

Arika menatap jam di depan kelasnya dan betapa kagetnya dirinya setelah sadar bahwa jam sudah menunjukkan jam lima, bergegas ia merapikan buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Lalu beranjak dari sana.

"Maaf ya pak, gala-gala Alika bapak nggak jadi ngunci pintunya," ucapnya setelah berdiri tepat di depan laki-laki paruh baya itu.

"Enggak pa-pa, Nak Arika pulang sama siapa? Dijemput atau bagaimana?"

"Em, Alika telepon om supil aja. Alika duluan ya, Pak. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati ya, Nak."

Arika berjalan menyusuri koridor yang terlihat sepi, tapi ketika melewati lapangan menuju gerbang ia dibuat kebingungan dengan dua orang yang begitu ia kenali tampak saling memukul. Tanpa berpikir dua kali Arika pun menghampiri keduanya.

"Bang Al, Kak Juna stop! Jangan belantem lagi!!" teriaknya seraya berdiri di tengah keduanya yang masih saling menatap tajam.

Keadaan keduanya sama-sama kacau, beberapa lebam serta baju tampak kusut menjadi akhir dari perkelahian. Tidak ada yang terlihat baik diantara keduanya.

"Lo balik sama gue." Setelah cukup lama diam, Arjuna membuka suara. Mengatakan ajakan untuk pulang bersama pada gadis yang kini sibuk membongkar tas kuning miliknya.

"Nih, buat Kak Juna." Arika memberikan beberapa plester dino. Ini seperti de javu bagi Arjuna yang hanya bisa pasrah menerima benda itu ketika tangan mungil Arika memaksanya untuk mengambil.

Arion yang masih menetralkan rasa sakit di bagian sudut bibirnya hanya menatap sinis sosok di depannya. Tanpa persetujuan dari Arika, sebelah tangannya sudah bertengger di pinggang ramping itu, memeluknya posesif. Tidak peduli dengan sang adik yang terlihat tak nyaman.

"Dia balik sama gue." Ucapan penuh penekanan dari sosok di sampingnya berhasil membuat tubuh Arika menegang. Bahkan, dalam beberapa saat ia seperti lupa cara bernafas dengan benar.

"Enggak. Dia balik sama gue. Lo nggak pantas disebut abang setelah apa yang lo lakuin sama dia!" Arjuna masih keras kepala dan tidak menyerah begitu saja, baginya membiarkan Arika pulang dengan laki-laki brengsek itu sama saja membuat Arika kembali jatuh ke dalam lubang yang sama.

"Lo nggak berhak ngatur dia. Dia adek gue dan satu hal lagi, kalau lo nggak tau apa-apa jangan banyak bicara."

Melihat Arjuna yang sepertinya kembali ingin memukul sang abang, Arika bergegas berdiri di depan Arion. Menatap balik manik yang akhir-akhir ini selalu menatapnya teduh, ah atau memang dari awal pertemuan mereka manik itu selalu terlihat teduh, hanya padanya saja. "U-udah Kak Juna, Arika balik dulu. Besok kita ketemu lagi kok, Kak Juna nggak usah khawatir."

"Gimana gue nggak khawatir Arika, abang lo itu brengsek! Dia 'kan yang udah lecehin lo?!"

Arika diam membatu, tidak tahu harus merespon bagaimana karena ucapan Arjuna benar adanya. Ia hanya terdiam dengan air mata yang perlahan mengalir dari pipi nya.

"Lo ngomong apa hah?! Gue nggak pernah lecehin adik gue sendiri." Pengakuan Arion semakin membuat Arika tidak bisa menahan air matanya. Bulir bening itu terus mengalir.

Arion merasa amarahnya akan kembali meluap jika ia tidak segera pergi dari sana. Untuk itu ia langsung menarik sang adik agar mengikuti langkahnya. Membawa tubuh mungil yang hanya pasrah itu memasuki sebuah mobil putih. Meninggalkan Arjuna yang terus saja berteriak meminta agar Arika segera keluar dari sana.

"Berhenti nangis, udah gue bilang kemarin malam kalau gue mabuk dan nggak sengaja! Lo bisa berhenti nangis nggak sih, anjing!"

Dengan masih sesegukan Arika berkata, "Bang Al nyelemin, jangan bentak Alika...."
_
_
_

MENURUT KALIAN GIMANA SAMA PART INI?

MAKIN PENASARAN ATAU ENGGAK? ATAU UDAH KETEBAK?

SIAPA YANG KAYAK ARIKA, KALAU LAGI SEDIH PASTI HARUS MENYENDIRI?

SPAM NEXT DULU👉

Follow instagram author ya : aleeeeeeeee_0019
Dan mampir juga ke tiktok authorta

Thanks for reading and i hope you are still with me until the end chingudeul💗

Kam, 16 Februari 2023
14:11

Dipublikasikan:
Jum, 10 Maret 2023
16:37

Continue Reading

You'll Also Like

10.6M 675K 43
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...
296K 13.5K 18
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓡𝓲𝓼π“ͺ𝓷�...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 75.3K 34
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
843K 102K 13
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...