DARKENED

By kkenzobt

51.4K 2.5K 185

⚠️ 18+ Mengandung adegan dewasa dan kata kasar. . . Saat kecil cita-cita Ashlyn adalah menjadi peneliti yang... More

00
01
02
03
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17

04

3K 136 3
By kkenzobt




Ashlyn melihat makanan yang baru saja diberikan oleh penjaga. Entah ini sudah berapa lama waktu berlalu, tapi ia masih terkurung di penjara yang gelap dan lembab. Sendirian.

"Sial sampai berapa lama kita harus memberinya makanan." Keluh salah satu penjaga.

"Tugas memberi makan lebih mudah daripada kau harus ikut berperang." Balas penjaga satunya.

"Kau benar. Dari mana makhluk-makhluk aneh itu muncul."

"Ku dengar pasukan kita kualahan menghadapi mereka."

Sepertinya sedang ada peperangan. Ashlyn tak tau segenting apa keadaan, tapi melihat keadaannya yang masih mendapatkan makan setiap hari membuktikan bahwa kerajaan ini masih berdiri.

Ashlyn memakan rotinya. Tiba-tiba ia mengusap air matanya karena mengingat ayahnya dan orang-orang dipusat penelitian. Ayahnya sudah berusaha untuk menyelamatkan nyawanya tapi Ashlyn malah berakhir menjadi orang tak berguna seperti ini.

"Kau menangis lagi." Suara berat terdengar dari keheningan penjara.

Ia melihat sosok di sel seberang yang duduk dalam kegelapan. "Maaf." Ucap Ashlyn pelan. Dulu ia sempat dimarahi oleh pria itu karena menangis terlalu keras. Dan itu membuatnya terganggu.

Pria yang bersandar dalam kegelapan itu melihat Ashlyn. Ia tak mengerti dosa apa yang dilakukan gadis kecil itu hingga berakhir mendekam di penjara sepertinya. Terlebih level penjara ini cukup berat.

"Siapa namamu?" Tanya pria itu.

"Ashlyn."

"Kau ingin keluar dari sini?"

"Ya. Aku tak bisa diam di sini dan mengabaikan pengorbanan mereka."

"Berikan aku alat makanmu."

Ashlyn melihat sendok dalam sup nya. Ia mengambil sendok tersebut dan melemparnya ke sel seberang. Apakah dengan sendok ia bisa keluar dari sini?

Pria tadi mengambil sendok Ashlyn dan membengkokannya. Ia membuat sedemikan rupa hingga bisa digunakan untuk membuka gembol sel.

Ashlyn menatap tak percaya ketika sel di seberangnya benar-benar terbuka. Bagaimana bisa dia melakukannya?

Pria berambut hitam legam itu keluar dan berdiri di depan sel Ashlyn. Ia membuka gembok tersebuk dan membuka pintu sel.

Ashlyn berdiri dan berjalan keluar. Dia benar-benar bisa keluar. Tanpa kata, pria itu melangkah lebih dulu.

"Tunggu sebentar." Ashlyn mengambil las labnya yang tersimpan di sudut sel lalu mengikuti pria tadi.

"Kau menyihir?" Pria itu bertanya ketika melihat Ashlyn memakai gelang belenggu.

"Iya."

Sekarang pria itu sedang menebak seberapa hebat sihir Ashlyn hingga bisa menjadi ancaman bagi kerajaan?

"Kenapa mereka bisa keluar?" Dua penjaga yang tadi memberi merka makan pun langsung menarik pedangnya. Tapi pria berambut hitam dengan cepat begerak. Dengan menggunakan sendoknya ia meyayat titik vital penjaga dan membuat mereka terkapar.

Ashlyn baru pertama kali melihat orang sekuat itu. Dia membuang sendok yang sudah tak berbentuk lagi itu dan mengambil pedang milik penjaga.

"Anu, tuan.." Ashlyn memanggil ragu.

"Kau bisa memanggilku Diego."

"Jika kau bisa bebas dengan mudah kenapa selama ini kau hanya diam?"

Diego melangkah menaiki tangga. "Mereka tak pernah memberiku alat makan."

Ya, Diego adalah tahanan yang dihukum penjaga seumur hidup karena penghianatan terhadap anggota kerajaan. Ia membunuh beberapa bangsawan dan menumpahkan darah di kerajaan. Ia ditakuti oleh banyak orang karena kemampuan berpedangnya. Mereka tau bahwa Diego bisa bebas dengan mudah jika diberi alat yang berbahaya. Dan mereka menggolongkan alat makan adalah alat berbahaya jika berada di tangan seorang Diego.

Sepertinya Diego adalah orang yang bisa diandalkan karena ia tahu jalan keluar di istana yang besar itu. Cahaya matahari terasa sangat menyilaukan saat Ashlyn melihatnya langsung. Sepertinya sudah setahun ia tak menghirup kebebasan.

Tapi apa itu? Kobaran api terlihat di beberapa titik kota. Para kesatria kerajaan berbondong-bondong keluar istana.

"Apa itu?" Gumam Ashlyn ketika melihat sosok hitam berbentuk manusia yang sedang melawan para kesatria.

Ashlyn terdiam cukup lama. Mereka tak hanya satu, tapi ada beberapa dan sepertinya ia pernah melihat mereka. Samar-samar ia bisa mendengar suara aneh.

Ashlyn meraih ujung baju Diego dan meremasnya. Ashlyn sepertinya tau monster apa itu. Mereka adalah sosok yang ada di tabung yang ada di laboratorium. Kenapa mereka bisa ada di sini? Bukankah laboratorium telah hancur?

"Bunuh mereka!" Monter itu berteriak dengan bahasa asing yang entah kenapa Ashlyn pahami.

"Musnahkan mereka!"

"Bunuh!"

"Bunuh!"

Ashlyn memejamkan matanya. Ia menutup telinganya, tak ingin mendengar suara teriakan itu. Ayah.. kenapa? Apa yang sebenarnya sedang kau buat?

Diego melihat reaksi Ashlyn. Tubuh kecil itu terlihat ketakutan. "Kau tau makhluk apa itu?"

Ashlyn sedikit mendongak untuk melihat wajah lawan bicaranya. Ia menggeleng kecil, karena dirinya tak begitu yakin dengan monster yang ia lihat.

Diego sudah akan pergi namun Ashlyn kembali menarik baju pria itu. "Kau mau ke mana?"

"Menemui seseorang."

Ah, sepertinya Diego tak seperti dirinya. Pria itu memiliki orang lain dan tempat untuk kembali. Sedangkan dirinya sudah tak memiliki apapun. Keluarga, teman, tempat tinggal. Semuanya telah hilang.

"Bolehkah aku ikut denganmu?" Suara Ashlyn terdengar pelan, ia takut Diego akan menolaknya karena ia hanyalah orang asing.

"Terserah."

Tapi ternyata Diego cukup menerima kehadirannya. Ashlyn mengikuti langkah Diego yang lebar. Ia bahkan harus sedikit mempercepat jalannya agar tak tertinggal.

Keduanya keluar dari area istana dan menuju ke gang kumuh. Di sana ada sebuah pintu dan Diego membukanya. Ashlyn bersembunyi di balik tubuh Diego saat melihat tempat itu banyak orang.

Mereka menghentikan aktivitasnya dan melihat ke arah pintu, di mana Diego berada.

"Apa itu kau Diego?"

"Diego kembali!"

"Itu Diego!"

"Hai Diego!"

Ashlyn semakin bersembunyi di belahang Diego karena orang-orang di sana terlihat bar-bar. Sangat berbeda dengan lingkungan di pusat penelitian.

"Kau membawa ranting bersamamu?" Seorang pria entah sejak kapan sudah berdiri di samping Ashlyn. "Apakah ini untuk kayu bakar?" Pria itu mengamati wajah Ashlyn dan membuatnya bersikap waspada.

"Hentikan Sham." Diego bersuara, meminta pria di sebelahnya itu untuk tidak menakuti Ashlyn.

Mata Sham melihat ke pergelangan tangan Ashlyn. "Oh dia penyihir?"

"Apa? Diego membawa penyihir?" Suara beberapa prang kembali terdengar bersahutan.

"Penyihir?"

"Dimana penyihir?"

Diego melihat ke belakangnya. "Sampai kapan kau akan bersembunyi?"

Tangan Ashlyn masih memegang ujung baju Diego. Perlahan wanita itu menunjukkan wajahnya dan orang-orang di sana menatapnya dengan pandangan yang beranekaragam.

"Kau bisa menghilangkan belenggunya?" Tanya Diego pada Sham.

"Tentu." Sham meraih kedua tangan Ashlyn dan membaca sebuah mantra. Pola sihir keluar dari pergelangan tangan Ashlyn dan tak lama belenggu yang menahan kekuatan sihir Ashlyn pecah.

"Terima kasih." Ashlyn tersenyum, berterima kasih. Karena belenggu itu ia sama sekali tak bisa melakukan apapun.

"Oh, kau punya mana yang cukup banyak." Mata Sham menelusuri tubuh Ashlyn. "Kau peneliti?"

Ashlyn mengangguk kecil dan hal itu membuat mata Sham menggenggam tangan Ashlyn. "Aku tak menyaka masih ada penyihir peneliti di kerajaan ini. Kau harus memeriksanya."

Tiba-tiba Sham menariknya pergi. Ashlyn ingin memperotes dan menatap Diego untuk meminta bantuan, tapi sepertinya pria itu tak peduli.

Sham membawa Ashlyn jauh ke dalam ruangan. Mereka menuruni tangga dan terdapat beberapa pintu di sana. Tapi ada satu puntu yang terkunci rapat bahkan di segel dengan sihir.

"Aku tidak berharap banyak padamu, tapi setidaknya periksalah dia." Sham membuka segel tersebut dan membuka semua gembok yang menahan. Pria itu membuka pintu, hawa dingin menyeruak menerpa Ashlyn.

Di sana di tengah ruangan seorang pria terduduk dengan rantai yang mengikat kaki tangannya bahkan lehernya. Pria berkulit pucat itu menunduk hingga Ashlyn tak bisa melihat wajahnya. Hanya rambut silver yang tampak.

Jari jemari pria pucat itu bergerak, seakan merasakan kehadiran orang. Ia mendongak dan mata Ashlyn bertatapan dengan mata biru sedingin es.

"Dia sedang tenang. Kau bisa mendekat."





Bersambung...

Continue Reading

You'll Also Like

441 50 5
Aku hanya ingin mati. Pergi dari dunia yang kejam ini. Warn⚠️ 17+ Ada sedikit bahasa yang mungkin sedikit 'vulgar' Cerina ini murni FIKSI dari hasil...
6.9K 230 13
Warning 21+ Area khusus untuk dewasa Adult + Fantasi + Romantis. Bercinta dengan Sang Iblis. Ketidaktahuan Lalysa membuatnya masuk kedalam keputusasa...
3.3M 316K 87
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya.
2.2K 230 6
[MATURE] [UP ONCE IN A WEEK] "Ah... sekarang aku tahu bagaimana caranya membungkam mulut berisik yang selalu menggangguku ini," lirih Jiyong tepat di...