Wanita yang Tak Pernah Bisa T...

By kkenzobt

62.4K 1K 87

A Woman Who Can Never Be Satisfied ⚠️ 18+ Mengandung adegan dewasa dan kata kasar. . . Dahulu kala pernah ada... More

00
01
03 🔞
04 🔞
05 🔞
06
07
08 🔞
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21 END

02 🔞

8.5K 79 1
By kkenzobt







Hestia menopang dagunya sembari memainkan gelasnya. Pikirannya sedang melayang entah kemana dan itu membuat Julius—sang bartender, sangat penasaran.

"Apakah pria yang terakhir kali seburuk itu?" Tanyanya pada Hestia yang masih tak menatapnya. Helaan nafas terdengar dari bibir indah Hestia dan itu membuat Julius semakin ingin tau apa yang sedang dipikirkan Hestia.

"Hei," Hestia mengarahkan telunjuknya dan menggerakkannya, memanggil julius untuk semakin mendekat.

Tanpa protes, Julius pun mendekat. Betapa terkejutnya ia saat Hestia menarik tengkuknya dan mencium bibirnya. Ia tak akan protes jika itu hanya kecupan biasa, tapi sayangnya itu adalah sebuah ciuman yang dalam dan basah.

"Shit! Apa yang kau lakukan? Aku sudah punya pacar." Umpat Julis saat Hestia menyudahi ciumannya.

Hestia mendorong pelan Julius tanpa minat. Lalu ia kembali menopang dagunya dan hanyut dalam pikiran, membiarkan Julius dengan tanda tanya besar.

Sebenarnya Hestia masih memikirkan tentang kejadian kemarin dimana ia mencium seorang pria di pinggir jalan. Ya, pria yang memiliki aura makluk suci itu entah kenapa tak bisa lepas dari benaknya. Sensasi saat bibirnya berciuman sangat terasa walaupun pria itu sangat kaku dan tak membalasnya. Tapi anehnya, Hestia seakan merasakan sensasi yang sangat ia dambakan selama ini.

Sepertinya Hestia harus memastikannya. Ia harus berhubungan badan dengan pria itu. Tapi dimana ia bisa menemukannya? Kekuatannya tak bisa menemukan orang.

Tiba-tiba Hestia berdiri karena mengingat sesuatu. 'Direktur' ya, sang supir menyebutnya direktur. Apakah dia direktur di kantor itu?

Dengan sebuah senyum dan langkah bersemangat, Hestia pergi dari bar dan semakin membuat Julius menatapnya aneh. Terkadang pria itu benar-benar tak bisa mengerti Hestia.

Tak butuh berjalan lama, Hestia telah tiba di depan sebuah kantor. Matahari belum lama terbenam dan orang-orang masih banyak berkeliaran. Beberapa pegawai yang keluar dari kantor terlihat menatap Hestia dengan pandangan yang berbeda-beda. Pasalnya wanita itu menggunakan dress malam yang sangat mencolok untuk berada di sebuah kantor. Dia menggunakan dress berwarna nude mendek dengan belahan di pahanya dan punggung yang terbuka.

Hestia masuk ke dalam kantor dan menuju resepsionis. "Apakah direktur ada?"

Wanita yang ada di balik meja resepsionis tak langsung menjawab, ia mengamati penampilan Hestia yang lebih mirip seperti penampilan wanita club. Tapi pada akhirnya wanita itu menjawab walaupun dengan nada sedikit ketus. "Beliau sudah pulang."

Benarkah? Apakah kemarin pria itu sedang lembur sehingga ia bertemu dengannya lebih malam?

"Besok dia datang jam berapa?"

Wanita tadi semakin melihat Hestia dengan tatapan curiga. "Anda bisa langsung menghubungi sekretaris beliau untuk jadwalnya."

"Beri aku nomornya."

"Maaf tidak bisa."

"Kenapa?"

Dalam hati wanita tersebut ingin menjawab 'karena kau wanita aneh yang ku yakin tak memiliki urusan bisnis apapun dengan atasan.' Tapi wanita tersebut hanya tersenyum singkat. "Anda bisa datang besok pagi."

Pada akhirnya Hestia tak mendapatkan apapun dan ia datang kembali di pagi harinya. Kali ini ia menggunakan pakaian yang lebih santai. Berbalut rok jeans mini dengan kemeja putih transparan, Hestia memasuki kantor. Ia kembali ke resepsionis dan bertemu dengan wanita yang sama.

"Jadi sekarang direktur ada?" Tanya Hestia.

"Apakah anda sudah membuat janji?"

"Kau bilang aku bisa menemuinya hari ini."

"Maaf anda tidak bisa menemuinya jika belum membuat janji."

Hestia menatap wanita yang sedang mempermainkannya itu. "Hei," Hestia membuat isyarat dengan telunjuknya agar wanita itu lebih mendekat. Mata mereka bertatapan beberapa detik dan sebuah kilatan ungu muncul di manik mata sang resepsionis.

"Hubungi dia dan katakan ada yang mau bertemu dengannya."

"Baik." Dengan patuh, sang resepsionis tersebut menghubungi seseorang. Dan tak lama Hestia mendapat jawaban. "Anda bisa menemui Mr Torey di lantai 10."

Hestia tersenyum manis. "Terima kasih." Ucapnya dan langsung pergi menuju lift. Wanita resepsionis itu mengerjab beberapa kali dan menoleh ke kanan kiri, ia merasa tadi baru saja berbicara pada seseorang tapi tak ada siapapun di hadapnnya.

Lift Hestia berhenti di lantai 10, ia keluar dan melihat ruangan dengan kaca, di sana duduk seorang pria yang Hestia yakin bernama Mr Torey. Tapi ia melewatinya dan menuju pintu bertuliskan direktur.

Hestia mengetuk pintu tersebut dan saat mendapat jawaban, ia pun masuk. Sebuah senyuman terukir di bibir Hestia saat melihat pria yang malam itu ia cium. Awalnya pria itu tak memperkatikan kedatangannya, tapi suara sepatu hak tingginya membuat pria itu akhirnya beralih dari layar laptopnya.

"Kau? Kenapa kau bisa ada di sini?" Nimir sangat ingat wajah wanita gila yang tiba-tiba menciumnya itu. Tapi kenapa dia bisa masuk ke kantornya? Tidak, bahkan ke ruangannya?!

Langkah Hestia terlihat pasti melewati meja kerja Nimir dan berhenti di sebelah kursinya. Hestia menunduk dan menaruh tangannya di sandaran kursi Nimir. "Ayo having seks denganku."

"Menjauh dariku dan keluar dari sini." Tangan Nimir sudah akan meraih gagang telfon tapi ditahan oleh Hestia. Tanpa permisi, ia mendorong kursi roda Nimir menjauhi meja kerja dan langsung duduk di pangkuannya, menginci Nimir untuk tetap berada di tempat.

"Siapa kau? Dan apa motifmu?" Nimir masih terlihat bersabar menghadapi wanita yang menurutnya gila itu. Dia sama sekali tak mengenalnya dan bagaimana bisa mereka ada di posisi seperti ini sekarang?

"Motifku? Aku hanya ingin merasakan ini." Hestia menyentuh milik Nimir yang terbalut celana kain.

Kening Nimir mengerut. Sekarang ia tau bahwa wanita yang duduk di pangkuannya itu selain gila juga sangat mesum.

"Aku bisa melaporkanmu dengan tindakan pelecehan."

Mendengar berbagai omelan Nimir membuat Hestia menghela nafas malas. Ia mengalungkan tangannya di leher Nimir dan semakin mendekatkan tubuhnya. "Tak bisakah kita hanya melakukannya? Kau tak perlu bergerak karena aku bisa melakukannya sendiri."

Hestia tersenyum tipis sebelum mencium bibir Nimir sekilas. Tangan wanita itu melonggarkan ikat pinggang Nimir dan menurunkan resleting celana, memperlihatkan gundukan yang terbalut celana dalam.

Nimir sudah akan menghentikannya namun tubuhnya sama sekali tak bisa bergerak. "Apa yang kau lakukan padaku?!" Tanyanya, menatap Hestia dengan tajam. Tubuhnya kaku, bahkan tangannya sama sekali tak bisa bergerak, seakan ada yang menahannya.

Hestia menurunkan celana dalam Nimir, mengeluarkan milik Nimir yang masih lemas. Tangannya dengan gemulai membelai benda itu, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Nimir.

"Ukuranmu tidak buruk." Bisiknya disertai kecupan ringan di pipi yang membuat Nimir menyipit.

Nimir masih berusaha menggerakkan tubuhnya saat tangan Hestia mulai mengocok miliknya. "Sialan! Hentikan! Ughh.." seberapa banyak pun Nimir berusaha, tubuhnya sama sekali tak bisa mengikuti kehendaknya.

Nafasnya mulai berat ketika tangan Hestia berhasil membuat bagian bawahnya bangun. "Ku pastikan setelah ini kau tak akan bisa selamat."

Mendengar kalimat Nimir malah membuat Hestia bersemangat. "Kita lihat saja nanti." Hestia melepaskan celana dalamnya dan memposisikan duduknya tepat di atas milik Nimir.

Jantung Nimir berdegup cepat. Ia tak ingin melakukannya tapi ia hanya bisa pasrah ketika miliknya mengenai bibir kewanitaan Hestia.

Tubuh Nimir terasa kaku dan matanya menyipit saat wanita itu menurunkan posisinya, membuat Nimir bisa merasakan miliknya masuk ke lubang lembab itu.

"Ugh.."

Hestia menghentikan gerakannya, ia menarik ke atas saat milik Nimir telah masuk setengah lalu dalam sekali sentak ia berhasil memasukkan seluruhnya.

"Angghhhh.." Nimir mendesah. Tubuhnya bergetar dan rasa aneh menyelimuti miliknya yang tertanam di tubuh Hestia.

"Lihatlah wajahmu." Hestia menyentuh pipi Nimir dengan memberikan tatapan menggodanya. "Kau terlihat sangat lucu. Aku yakin ini bukan pertama kalinya bagimu." Pinggul Hestia bergerak ke atas dan kembali turun.

Mata Nimir mengernyit, menatap wajah menyebalkan Hestia. Wanita itu terus menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan milik Nimir.

"Ugh.." Nimir memejamkan matanya. Tubuhnya masih tak bisa bergerak. Rasanya bagian bawahnya terus bergejolak.

"Kau mau keluar?" Hestia kembali mengecupi pipi Nimir. Kepala pria itu tertunduk di pundak Hestia dengan nafas terengah dan mata menggelap.

Pinggul Hestia masih terus bergerak. "Shit! Unghhh.." Nimir menggigit leher Hestia saat ia mendapat pelepasannya.

"Mmahhhh.." Hestia mendesah, merasakan cairan Nimir yang memenuhi merutnya. Rasanya begitu deras seakan pria itu sudah lama tak mengeluarkannya.

Kepala Nimir masih bersandar di pindak Hestia. Ia mengatur nafasnya yang berat. Matanya sedikit terbuka, menampilkan fakta bahwa ia sedang tak bermimpi. Apa yang sebenarnya sedang ia lakukan?





Bersambung...





Udah tersedia juga versi ebook di Play store & Play books
Keyword: kkenzobt

Continue Reading

You'll Also Like

908K 9.4K 17
short story for 17+ 18+ 19+ 21+ random story. so, please be wise!
55.7K 994 199
*Bukan milik saya! *Baik atau buruknya pilah pilih sendiri. *18+ Pengarang: Shirley Pengantar singkat Hujan turun sepulang sekolah hari itu, dan ser...
3.1K 261 5
Cerita dibuat pada tahun 2012. Pertama kali di upload di facebook. Di republish di 2022 *** Ini bukan cerita romansa. Ini cerita tentang keluarga
639K 3.2K 3
WARNING!!! 21+🚫 ⛔Sebagian Part Diihapus!!!⛔ Tersedia di Playstore & Play Books!! [Bijaklah dalam membaca] Banyak Adegan Yang Tidak Sepantasnya Diba...