π—§π˜„π—Άπ—»π˜€ π—¨π—»π—Άπ˜ƒπ—²π—Ώπ˜€π—²

By Aegi_Na

444K 41K 2.7K

Keberadaan Dafin sangat berharga untuk Dean. Begitu pula sebaliknya. Sepeninggalan kedua orang tua mereka, me... More

PROLOG
01-DEAN&DAFIN
02-BELANJA
03-STAY WITH U
04-FRIENDS
05-BOBA
CAST
06-MPLS
07-POSESIF DEAN ARCHE
08-ABOUT LILA
09-SISI YANG BERBEDA
10-JUST FOR U
11-KEPUTUSAN DEAN
12-NIGHTMARE
13-HEALING
14-FUTSAL TIME DAN RENCANA DAFIN
15-CAFE
16-SISI YANG LAIN
17-HUKUMAN ATAU BAIKAN?
18-DAFIN BINGUNG
20-KENANGAN MASA LALU [2] (FLASHBACK)
21-JANJI DEAN&DAFIN
BONCHAP

19-KENANGAN MASA LALU (FLASHBACK)

11.4K 1.2K 88
By Aegi_Na

5 Februari 2023

Hai hai~~
Author kembali lagi😎
Terimakasih untuk dukungan kalian sejauh ini❤

Sebelum baca, author mohon sama kalian untuk ambil hal positif dari book ini dan tinggalin hal negatifnya.

⚠Typo bertebaran~
⚠Mengandung kata kasar yang tidak baik ditiru
⚠Book ini bergenre Brothership/Bromance
⚠Bukan BxB

Author minta tolong untuk tidak salah lapak ya temen-temen. Ditekankan sekali lagi jika cerita ini adalah genre brothership^^.

Silahkan jika kalian ingin mencari cerita genre lain, tapi tolong jangan dicerita ini ya, karena bisa membuat kesalahpahaman^^

Terimakasih🙏

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Happy Reading~


"Happy Birthday anak kembar Mommy dan Daddy!!"

"Iyeyy!!!"

"Thanks Mom Dad."

Sorak gembira terlantun di rumah sederhana milik keluarga kecil ini. Mereka merayakan hari kelahiran dengan suka cita.

Anak kembar yang memakai piyama sama itu meniup lilin berbentuk angka 10 setelah memanjatkan doa. Kantuk yang awalnya menyerang telah menguap begitu saja ketika netra melihat beberapa kado di sodorkan dihadapan mereka.

"Mommy..." lirih anak berambut coklat dengan binar mata berkaca-kaca.

"Kenapa sayang?"

"Hikss." Tangannya menggapai-gapai ingin digendong.

Mommynya yang bingung hanya menuruti permintaan anaknya. Menggendong seperti koala dengan tangan yang beberapa kali mengecek kening dan leher anaknya.

"Dapin kenapa? Nggak nyaman ya badannya? Sesek lagi?"

Sang anak enggan menjawab. Ia hanya menyandarkan kepalanya di pundak sang Mommy sambil sesekali sesegukan.

"Dad, coba liat kado yang dibuka Dapin. Mungkin ada debu nya?"

Daddy mengecek dan mengerutkan kening. "Nggak ada debu. Mainannya bersih. Dapin kenapa nak? Dean? Tau Dapin kenapa?"

Sang anak yang lain hanya mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. Ia memilih mengeluarkan mainan mobil dengan remot kontrol yang menjadi hadiahnya.

Ditengah situasi kebingungan itu, Dapin mengangkat kepalanya. Wajah manisnya penuh air mata dengan pipi dan hidung yang memerah. Ia tatap Mommy dan Daddy bergantian.

"Mainannya...hiks.."

"Dapin nggak suka mainannya? Mommy sama Daddy bisa beliin yang baru."

Dafin segera menggeleng dengan cepat.

"Mainannya mahal.."

Mommy dan Daddy segera menyemburkan tawa. Sekarang kedua orang tua itu mengerti. Anaknya hanya merasa tidak enak harus mendapatkan mainan yang menurutnya mahal.

Well, memang mahal. Mereka harus menyisihkan uang untuk ditabung selama satu tahun untuk membeli mainan itu. Ingatkan bahwa mereka memiliki anak kembar. Sehingga membeli apapun harus double termasuk hadiah ulang tahun.

Sejatinya ada yang lebih murah. Namun mereka memutuskan membeli dengan kualitas yang lebih baik agar awet hingga beberapa tahun ke depan. Mengingat jika anaknya, Dean dan Dafin sering tinggal berdua saja di rumah. Harapan mereka mainan ini dapat mengusir kebosanan.

"Gak papa sayang. Uang Mommy sama Daddy cukup kok buat beli ini. Mommy sama Daddy kan udah kerja di perusahaan Paman Jo."

"Ini mainannya sama kayak Adit kan? Nanti Dapin bisa main ini di Taman bareng Adit sama Dean. Tuh Dean juga dapet. Dapin sama Dean nanti bisa beri nama mobilnya biar nggak ketuker."

Alasan mereka membeli mainan mahal ini juga karena melihat Dafin yang selalu meminjam mainan serupa ketika berkunjung ke rumah Bibi Jena dan Paman Jo. Bukannya Adit yang tidak mau meminjamkan, bahkan Adit yang biasanya lebih dulu menawarkan mainan itu ke Dafin, melainkan mereka beberapa kali melihat Dafin yang menatap sedih mainan itu ketika harus pulang ke rumah.

"Dapin seneng?"

Sang anak mengangguk. Ia menggeliat meminta turun dari gendongan Mommy. Tanpa menunggu lama, ia berlari menuju kado yang sebelumnya ia buka. Mengeluarkan mainan itu dan mulai menyalakannya.

Matanya berbinar ketika mobil-mobilan itu bergerak mengitari kamar. Sesekali ia juga mengubah kecepatan hingga mobil itu melaju kencang.

Brak

"AAAAA DEAN!!!"

"Dean, jangan di tabrakin mobilnya ih! Nanti nangis adiknya."

Dean tersenyum. Membenarkan mobil milik Dafin yang terbalik akibat ulahnya.

"Tes ketahanan."

"Tes ketahanan mulutmu!"

"Dafin mulutnyaa."

"Dean ngeselin Mom!"

Daddy menggelengkan kepalanya. "Jangan dibikin nangis terus adiknya Dean. Nanti sakit kelimpungan sendiri."

"Iya tuh. Uring uringan dikamar adiknya," tambah Mommy.

"Maaf."

"Sini peluk Mommy sama Daddy."

Dean menyimpan remot kontrol mobilnya dan segera masuk ke dalam pelukan orang tuanya. Setelah pelukan itu terlepas, Ia kemudian duduk dipangkuan Daddy sembari menatap Dafin yang kesenangan dengan mobil barunya. Anak itu bersama Mommy bahkan mulai menyiapkan arena ala-ala untuk mobilnya lalui.

"Dean."

"Kenapa Dad?" Dean mendongak menatap sang Daddy.

"Sekarang Dean umur berapa?"

"Sepuluh."

"Kok bisa sepuluh? Gimana cara ngitungnya?"

"Tahun sekarang di kurang tahun Dean lahir."

"Anak Daddy yang namanya Dean ini pinter ya. Keren, udah paham konsep matematika," puji Daddy. Beliau membawa Dean ke dalam gendongannya dan berjalan ke arah balkon. Menutup balkon dengan pelan, Daddy mengusap rambut Dean perlahan.

"Turunin Dean." Dean berujar datar. Sebal ketika Daddynya menggendongnya seperti anak kecil begini.

"No, no, no. Biar Daddy gendong Dean bentar aja. Daddy kangen." Daddy sedikit terkekeh melihat wajah tak bersahabat dari anaknya. Astaga, datar sekali. Kenapa anaknya dewasa terlalu cepat?

"Daddy mau ngomong deh."

"Hmm."

"Dean sayang Dapin?"

"Sayang." Dean menjawab cepat.

Daddy mengeratkan pelukannya. "Nanti kalo Mommy sama Daddy udah gak ada, Dean bantu jagain adiknya bisa?" Tangannya beralih mengusap bahu anaknya. "Tapi bahu Dean nggak boleh berat karna tanggung jawab. Dean kan juga bisa bersandar sama Dapin."

"Dean sama Dapin itu saudara. Kalian itu satu. Selain Dean jagain Dapin, nanti Dapin juga jagain Dean. Semua harus dikerjain sama-sama. Ngerti?"

Dean mengangguk patuh. Membalas pelukan Daddy. "Dean jagain Dapin. Kan Dapin punya Dean."

Daddy tertawa. "Kok Dapin punya Dean? Punya Daddy dong. Kan anak Daddy."

"Dia saudara Dean!"

"Anak Daddy atuh."

"Punya Dean!"

"Punya Daddy."

"Punya Dean!"

"Punya Daddy~~"

Lain halnya Daddy dan anak sulungnya, Mommy bersama si bungsu masih bermain bersama. Walau ini tengah malam, Mommy tetap mengizinkan mengingat hari ini ulang tahun anak kembarnya. Toh jika disuruh tidur Dafin pasti tidak akan mau.

"Mommy, mau susu."

"Dot?"

"Nggak mau." Dafin menutup mulut dengan kedua tangan kecilnya. "Dapin udah besar Mom. Udah sepuluh."

"Bisa sepuluh hitungnya gimana Dapin?"

"Tuh lilinnya angka sepuluh."

Mommy tertawa kencang. Gemas dengan kepolosan anaknya. "Ayo temenin Mommy bikin susunya. Berarti Dapin sekarang minum pakai gelas kan? Gak dot lagi?"

Dafin mengangguk pasti. "Udah besarrr."

"Gak usah nangis lagi ya minta dot."

Dafin mengangguk lagi. Mengerucutkan bibir mengingat harus mengucapkan selamat tinggal pada dot kesayangannya. Tapi ia juga tidak mau di ejek lagi oleh Dean maupun Adit. Belum lagi jika di sekolah ia harus menuruti semua perintah Dean karena saudara kembarnya itu mengancam akan memberitahukan kepada teman-teman di sekolahnya jika dia masih menggunakan benda silikon itu sebelum tidur.

Gini-gini kan Dafin keren di sekolah. Di juluki jagoan futsal. Belum lagi beberapa kali ia memenangkan pertandingan taekwondo. Bisa hancur citra dirinya kalau semua penghuni sekolah tau.

Mommy bersama Dafin pun ke dapur untuk membuat susu. Dafin duduk di kursi meja makan sembari memperhatikan Mommy yang meletakkan bubuk susu ke dalam gelas. Mommy kemudian membuka termos air panas dan menuangkannya ke dalam gelas itu.

"Dafin."

"Ya?"

"Dafin sayang Dean?"

"Sayang~~"

"Sayang banget?"

"Ya!"

Mommy tertawa kecil. Sambil mengaduk susu, Mommy bertanya kembali. "Mommy minta tolong jagain Dean bisa? Saudara kamu tuh suka mendem semuanya sendiri. Mommy takut Dean kenapa-napa."

"Mommy sama Daddy mau kemana?"

"Kalau Mommy sama Daddy udah gak ada sayang."

Dafin yang saat itu belum mengerti hanya mengangguk. Ia berpikir jika maksud Mommynya itu sebatas pergi untuk bekerja.

"Dapin bisa jadi sandaran Dean ya nak? Nurut apa kata Dean. Jangan nakal."

"Tapi Dean suka larang-larang Dapin main futsal di sekolah Mommy~"

"Iya Mommy tau. Pelan-pelan ngomonginnya sama Dean biar Dean ngerti. Jangan kasar. Dean cuma khawatir sama Dapin. Buktinya kemarin sesak lagi kan?"

Dafin bersidekap. Tak mampu untuk membalas perkataan Mommy yang memang benar adanya.

"Mommy sama Dean tuh hapal banget sama Dapin. Kalau udah main nggak inget waktu. Nggak inget apa-apa lagi pokoknya mah. Nggak peduli hujan,  panas, debu sana sini, istirahat di sekolah udah selesai, udah mau malem, sampe kaki terkilir juga gak kerasa sakin asiknya."

"Aaaa Mommy..." Dafin merengek. Semakin menekukkan wajah mendengar omelan Mommy.

"Maaf maaf." Mommy terkekeh. "Ini susunya. Dapin bawa punya Dean. Nanti langsung kasih Dean ya. Dean sama Daddy di balkon."

"Okayy Mommy."

Mereka berdua berjalan kembali ke dalam kamar. Mommy meletakkan susu Dafin diatas nakas. Sedangkan Dafin berjalan menuju balkon.

"Ihh Daddy nya Dapin!!" teriak Dafin ketika melihat Dean berada di gendongan Daddynya.

"Awas lo!"

"Hmm mulai mulaii." Daddy menjauhkan Dafin dengan satu tangannya ketika anak itu mulai menggapai tubuh Dean.

Dean tersenyum miring. "Ini Daddy gue. Wlee."

"Gue buang nih susu!"

"Dafin.." peringat Daddy. "Sini Dafin Daddy gendong."

"Dean turun," ucap Dean.

"Bentar. Dean jangan turun. Kita coba dulu."

Daddy berhasil menggendong kedua anak kembarnya membuat Dafin tertawa cekikikan.

"Aduh, si gembul makin gembul."

"Daddy!"

"Maaf deh. Gemes banget bungsu Daddy."

"Geser dulu kesitu, geser dulu ke situ, sempit, sempitt." Kaki Dafin menendang nendang kaki Dean.

"Nih anak beruang, Daddy lempar juga dari balkon."

"Gak mau! Daddy turun~"

Daddy menurunkan kedua anaknya.

"Aduh, berat juga ya gendong kalian. Daddy masuk dulu lah," keluh Daddy sambil berjalan ke dalam kamar. Ia tampak merebahkan tubuh ke kasur dan dipijit oleh Mommy.

"Apa?!" seru Dafin galak ketika melihat Dean yang menatapnya dengan pandangan aneh.

Dean tersenyum. Gelas susu yang sudah tandas itu di letakkannya di lantai. Setelahnya ia mengambil kedua tangan Dafin.

"Happy Birthday Dafin."

Dafin terkejut. Matanya berkaca-kaca memandang Dean yang tersenyum manis. Sedetik kemudian, ia memeluk Dean dengan erat.

"Hepi bisdey juga Dean."

"Happy birthday."

"Hepi bisdey. Suka-suka gue lah!"

Kedua anak kembar itu berpelukan lama. Tanpa sadar, orang tuanya melihat itu dengan tatapan haru.

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆


"Ayolah Kak, sesekali mereka dibuatkan pesta ulang tahun."  Suara  Bibi Jena yang menggema dari hp itu berusaha membujuk. "Adit loh Kak yang mau pesta ulang tahunnya barengan sama si kembar. Rela dia nungguin. Lagipula aku juga mau sesekali membuat pesta untuk keponakan aku."

"Tenang aja, semua biayanya Jena yang tanggung kok. Kakak sama abang terima beres."

"Kak...tolong. Gak usah enakan gitu. Kan kita keluarga."

Mommy menghela napasnya. Melirik Daddy untuk meminta persetujuan. Ketika mendapat anggukan, barulah Mommy berbicara. "Iya deh iya. Terserah kamu aja."

"Nah gitu dong. Lusa ya Kak acaranya. Pas hari minggu. Di rumah. Pesta kecil-kecilan kok. Palingan yang diundang kolega bisnis Mas Jo aja. Kakak juga pasti udah kenal."

Mommy yang mendengar itu skeptis. Pesta kecil apanya. Terakhir kali Bibi Jena mengadakan pesta kecil-kecilan menurutnya malah diadakan di hotel bintang lima.

"Persiapannya udah sampai mana? Kakak ke sana buat bantu."

"Gak perlu kak, aku udah pake jasa event organizer kok. Kita tinggal terima beres. Mereka udah mulai dari seminggu yang lalu."

"Pesta kayak apa yang butuh waktu lebih dari seminggu Jena?"

"Hehehe, sekalian renov ruangan kak. Nanti kan banyak anak-anak. Jadi perlu ruang bermain. Oh ya, baju si kembar juga udah ada kak, nanti malem aku minta supir anterin ya."

"Astaga, niat sekali."

Mommy menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Jika Bibi Jena sudah sampai membuat ruangan khusus dan mempersiapkan pakaian si kembar kenapa masih sok minta izin seperti ini.

Ya, Bibi Jena ingin mengadakan pesta ulang tahun untuk Dean dan Dafin. Adit, yang sebenarnya sudah ulang tahun sebulan yang lalu rela menunggu agar bisa merayakan ultah bersama kedua sepupu kembarnya. Katanya itu adalah keinginannya sedari lama.

Sebenarnya sudah beberapa kali Bibi Jena ingin mengadakan pesta ulang tahun untuk si kembar, namun terus ditolak oleh Mommy dengan alasan tidak perlu. Namun syukurnya tahun ini diizinkan.

"Jena memang sesuatu sekali," keluh Mommy.

Daddy terkekeh. "Hei, bukannya bagus dia sayang sama keponakannya sendiri?"

"Memang bagus. Bagus sekali. Tapi terkadang berlebihan. Dia minggu lalu hampir aja beli toko baju di Mall untuk si kembar. Dan lagi, aku skeptis ini hanya pesta kecil."

Daddy tertawa. Menggusak rambut  lalu  melingkarkan tangan ke bahu istrinya. "Yahh, itu bakalan jadi pesta luar biasa besar. Tadi saja katanya ngundang kolega bisnis. Entah datang dari negara mana."

"Mommyy!!!" Teriakan melengking Dafin terdengar dipenjuru rumah ketika ia menemukan kedua orang tuanya sedang duduk di sofa ruang keluarga.

"Mommy sama Daddy libur?" tanya Dafin berbinar memeluk kedua orang tuanya.

"Iya, Mommy sama Daddy cuti seminggu."

"Iyey!!!"

"Mana Dean sayang?"

Yang ditanya kemudian muncul dengan membawa tas beserta sepatu Dafin yang bocah itu campakkan begitu saja di depan pintu.

Dean hanya tersenyum tipis kepada kedua orang tuanya sebelum melangkah untuk ke kamar. Ia berganti pakaian lalu memasukkan sepatu miliknya dan juga Dafin ke dalam mesin pencuci sepatu.  Setelah semua beres, barulah ia bergabung bersama orang tua dan adiknya.

"Dean! Bibi Jena mau bikin pesta ulang tahun kita! Bareng Adit juga!" ucap Dafin senang. Ia berpindah dari pangkuan Daddy ke pangkuan Dean. Memeluk Dean dengan wajah ceria. "Kita juga dapet baju baruu~~"

Dean yang gemas mencium pipi Dafin beberapa kali. "Oh ya? Lo seneng?"

"Seneng."

"Kapan?"

"Lusa. Kan Mom?"

"Iya, Lusa sayang."

Dean tersenyum menatap Dafin yang tampak bahagia. Sejujurnya Dean tidak terlalu menyukai pesta. Keramaian seringkali membuatnya pusing. Namun melihat antusias kembarannya ini membuat Dean juga ikut senang. Bahkan tanpa sadar saudara kembarnya itu bersifat clingy seperti ini. Dean kan gemas sekali.

Dean mengeratkan pelukannya hingga wajah Dafin tenggelam dalam pelukan itu. Menghiraukan pemberontakan Dafin, Dean terus mendekap erat kembarannya. Ah, lucu sekali, Dean bahkan hampir meremukkannya.

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆


Gimana part kali ini? Semoga kalian suka^^

Chapter selanjutnya masih seputar masa lalu Dean sama Dapin yaa^^ Kita flashback dulu hehehe

Makasih udah Baca, Vote dan Komen cerita ini💝

See U di next chapter~

Continue Reading

You'll Also Like

275K 19.7K 67
DILARANG PLAGIAT!!! ❌ [SUDAH TAMAT!!!]βœ“ "Capek gue punya keluarga profesinya dokter semua! Mana gue jadi anak bungsu, penyakitan lagi!" ~Jevian.
193K 19.2K 36
"Ma, ini ada martabak buat aku boleh kan? " -Jundi "Em... itu kan ayah beliin buat adek, kamu nungguin ayah beliin kapan-kapan ya? " -Mama "Yah,tas k...
470K 49.2K 61
Setelah pengkhianatan itu, Jaemin kembali. Namun..ia terlihat begitu berbeda seolah waktu dua tahun mengubahnya habis habisan. Setelah dua tahun lalu...
Jenoel By rel

Teen Fiction

220K 12.9K 24
Jenoel yang terpisah dari keluarganya. Setelah belasan tahun mereka bertemu akankah kehidupan Jenoel yang dulunya sangat bebas akan berubah? GS!! In...