Dika dan Para Suami - New Cha...

By deandlesss

116K 2.5K 254

πŸ”ž Manxboy, but somtime πŸ‘©β€β€οΈβ€πŸ‘¨πŸ”ž Dika, anak polos yang sedang mencari jati Diri kehilangan arah. Ia menemuk... More

1. Perasaan Aneh
2. Motor Tua
3. Persimpangan Jalan
4. Percakapan
5. Halaman
6. Temaram Lampu
8. Kursi
9. Banting
10. Telepon
11. Gendong
12. Sungai
13. Dapur
14. Pintu
15. Panik
16. Kedua Kali
17. First .....
18. Tuntaskan
19. Sedih dan Bahagia
20. Hancur

7. Rindu

5.9K 147 11
By deandlesss

Hubungan panas semalam, membuat Om Muh dan Dika menjadi semakin dekat. Mereka berdua telah sepakat untuk tidak membahas apa yang mereka lakukan semalam. Rahasia mereka tidak diketahui oleh siapapun, termasuk Anas.

Tatapan Om Muh kepada Dika kini berubah dari yang semula gemas, bertambah menjadi sayang. Tak jarang jika Dika duduk diam, Om Muh langsung memeluknya dan mencium pipinya.

Di malam hari, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Dika, Anas, Om Muh, Kakek dan Nenek Anas berkumpul di depan TV untuk menonton sinetron. Mereka fokus untuk melihat layar kaca, sambil sesekali berinteraksi.

Om Muh saat itu hanya mengenakan sarung merah, sedang duduk berselonjor di lantai. Dika yang berada di samping Om Muh, merebahkan kepalanya di pangkuan Om Muh. Tak sengaja kepalanya menyenggol batang Om Muh. Hal itu membuat Om Muh terkejut dan menggeser kepala Dika ke area yang aman.

Dika melihat ke arah Om Muh dengan tersenyum nakal. Kepalanya kembali digeser ke tempat semula, dan kembali menyenggol batang Om Muh. Om Muh memindahkannya lagi. Namun Dika tetap melakukan hal yang sama. Mereka berdua tertawa kecil.

"Le, Ibuk sama Bapak tidur dulu ya, itu Anas jangan lupa dipindah ke kamar," ujar Kakek Anas memecah keseruan mereka.

"Nggih, Pak. Nanti saya pindah," jawab Om Muh.

Kakek dan Nenek Anas beranjak dari sofa dan menuju kamarnya di belakang. Sedangkan Anas sedari tadi sudah tertidur lelap di sofa. Om Muh mendudukkan Dika, dan bersiap menggendong Anas ke kamarnya. Sesaat kemudian, ia kembali menuju ke ruang keluarga.

"Dika ga tidur?" tanya Om Muh.

"Masih belum ngantuk Om," jawab Dika dengan lesu.

Om Muh kembali duduk bersila di lantai sebelah Dika. "Kenapa? Kangen sama Mama Papa?" tanya Om Muh dengan lembut. Dika tak menjawab, ia hanya mengangguk pelan.

"Sini," pinta Om Muh dan menarik Dika ke atas pangkuannya. Dika beranjak dari tempat duduknya dan duduk di atas pangkuan Om Muh. Ia bisa merasakan hangat tubuh Om Muh ketika badan mereka saling menempel. Di sisi lain, ia bisa merasakan kenyalnya batang Om Muh yang masih lemas di bawah sana.

"Dika yang sabar ya, nanti kan Papa sama Mama pulang, tinggal beberapa hari lagi," ucap Om Muh menenangkan. Ia memeluk tubuh Dika dari belakang dan mencium pipi Dika dengan lembut. Dika tak menolak ciuman itu. Ia memeluk lengan kekar Om Muh. Mereka terdiam, kembali menatap layar kaca itu. Dika merasa hangat saat berada di dekat Om Muh.

Waktu semakin berlalu, kini Om Muh menyuruh Dika untuk tidur. "Dik, udah malem, ayo tidur," pinta Om Muh. Dika mengangguk. Om Muh mengambil remot dan mematikan TV. "Dika ke kamar yah, Om Mau ngunci pintu dulu," pinta Om Muh lagi. Dika beranjak dari pangkuan Om Muh. Om Muh lantas berdiri kemudian bergegas untuk mengunci pintu dan mematikan beberapa lampu. Ketia Ia kembali ke ruang keluarga, ia sudah mendapati Dika sudah tidak lagi berada di sana.

Tanpa pikir panjang, Om Muh masuk ke dalam kamarnya. Ia terkejut mendapati Dika sudah berbaring di atas kasurnya.

"Dika mau tidur sama Om lagi?" tanya Om Muh.

"Iyaa Om," jawab Dika singkat.

"Ya sudah," ucap Om Muh. Ia lantas mematikan lampu utama, dan menyalakan lampu tidur temaram itu. Sejenak Om Muh mengingat kejadian panas semalam. Ia menggelengkan kepala mencoba menghapuskan pikiran itu. Om Muh kini sudah berbaring di sebelah kiri Dika. Om Muh merasakan tangan halus Dika melingkar kembali di atas perutnya. Tidak ada penolakan darinya. Om Muh kemudian mengelus-elus kepala Dika mencoba meninabobokkan Dika. Om Muh memejamkan mata mencoba tidur.

Suasana sunyi sepi menghiasi malam itu.

Di tengah usahanya untuk tertidur. Om Muh merasakan ada tangan yang menyingkap sarungnya. Tangan itu kemudian menggapai kontolnya. Om Muh terbelalak. Ia melihat Dika sedang terduduk memegang kontolnya yang sedang tertidur itu.

"Lhoo Dik, ngapain?" tanya Om Muh berbisik.

"Hehe, pengen liat lagi Om," jawab Dika.

"Udah malem Dik, besok Dika kan sekolah. Dika tidur aja ya" bujuk Om Muh.

Dika tak menghiraukan. Ia tetap memegang kontol Om Muh.

"Ya udah, Dika liatin aja yah, jangan dimainin. Om lagi capek," jawab Om Muh. Ia mencoba memejamkan matanya. Ia sebenernya tidak bisa tidur. Namun, ia juga tak bisa menolak itu.

Dika tetap memegang kontol Om Muh. Ia bertanya-tanya, kemana perginya kontol yang kemarin sangat keras itu. Kini kontol itu terkulai lemas.

Perhatian Dika tertuju pada kedua buah zakar Om Muh. Kedua bola itu tergantung bebas di balik kontolnya itu. Dika memberanikan diri Untuk memegang kedua buah zakar Om Muh. Ia mengangkat kontol Om Muh dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memainkan buah zakar Om Muh. Kini Dika bisa dengan leluasa melihat kedua buah zakar Om Muh yang tertutup oleh rabutbyang tercukur rapi.

"Uhhhh," desah Om Muh. Matanya kini terbuka kembali. Ia melihat Dika sangat fokus memandangi kejantanannya itu. Ia tak menyangka Dika akan memainkan bijinya dengan tangan Dika yang lembut.

Perlahan Dika mulai merasakan kedutan di kontol Om Muh. Ia kini tau caranya. Ia semakin bersemangat memainkan kedua biji itu. Tangan kanan Dika semakin lihai merangsang kedua biji Om Muh. Sedangkan tangan kirinya juga aktif untuk mengocok kontol Om Muh seperti semalam. Kontol itu kini sudah mengacung tegak di hadapan Dika.

"Ahhhhh, udah Dik... Udah....," pinta Om Muh. Namun Dika tak menghiraukan. Ia tetap melakukannya.

Om Muh yang tak tahan dengan rangsangan Dika kini mulai memainkan kedua putingnya sendiri dengan kedua tangannya. Desahan pun tak terelakkan keluar dari mulut Om Muh. Ia memejamkan matanya. Ia membayangkan orang lain untuk menambah gairahnya. Dan orang itu adalah Indah.

Dika mempercepat kocokannya di batang itu, kini kedua tangan Dika mencoba mengocok batang itu. Dika meletakkan tangan kanannya di pangkal, dan kemudian tangan kiri di atasnya. Bahkan dengan kedua tangan Dika, masih tidak muat untuk menutupi besarnya kontol Om Muh.

Om Muh semakin menggila, ia mendesah sejadi-jadinya. Ia ingin kembali merasakan puncak yang semalam ia rasakan.

Dika melepaskan tangan kirinya dari kontol Om Muh. Ia menepis tangan Om Muh yang memainkan putingnya sendiri, dan menggantinya dengan mulutnya. Kedua tangan Om Muh disilangkan ke belakang kepalanya, ia hanya menikmati permainan Dika kali ini.

"Ahhhhh, enakkk sayang, kenyot terus... Ah," racau Om Muh dengan mata yang masih terpejam. Mendengar itu, Dika semakin bersemangat untuk mengenyot puting Om Muh. Ia menggigit pelan kedua puting itu lalu menyedotnya dengan kuat. Sedangkan tangan kanannya mempercepat kocokannya.

"Sayanggg,, Om mau keluarrr.., ughhhh," erang Om Muh.

Dika merasakan kontol Om Muh semakin membesar. Nafasnya semakin memburu. Dan benar saja

"Crottt... Crottt... Crottt," kontol Om Muh memuntahkan pejuhnya ke perutnya, bahkan mengenai pipi Dika.

"Ahhhh..." desah Om Muh. Ia membuka matanya kembali menenangkan diri. "Makasih ya Dik..." tambah Om Muh. Ia menghela napas.

"Lain kali, Dika jangan nakal gitu yaa," tambah Om Muh lagi.

"Hehe, Om keliatan seneng habis pipis," jawab Dika. "Ini pipis Om kok kentel banget Om," imbuh Dika, sembali mengusap pejuh yang ada di pipinya.

"Hahahaha, itu bukan pipis sayang," jawab Om Muh. "Ayoo ke kamar mandi, bersih-bersih dulu," ajak Om Muh.

Dika beranjak dari kasur, sedangkan Om Muh mengenakan kembali sarungnya. Om Muh mengeluarkan kepalanya dari balik pintu untuk melihat kondisi di luar. Setelah di rasa aman, ia menggandeng Dika menuju kamar mandi.

Setibanya di kamar mandi, Om Muh membuka sarungnya. Kini Dika bisa melihat badan Om Muh seutuhnya tanpa sehelai benang pun. Pejuhnya masih menempel di atas perutnya. Sedangkan batangnya mulai lemas namun masih berkedut menyisakan sedikit pejuh di ujungnya. Dika terpaku melihat itu.

Om Muh langsung membersihkan muka Dika dari pejuhnya. Perlahan ia mengusap pipi Dika hingga bersih. Ia kemudian mencium pipi Dika dengan sangat lembut dan mengusapnya.

"Makasih ya Dik, sekarang Dika balik ke kamar ya, Om Mau mandi dulu," pinta Om Muh. Dika hanya mengangguk dan bergegas menuju kamar Om Muh meninggalkan Om Muh sendiri.

Sementara pikiran Om Muh berkecamuk, "bisa-bisanya Dia memanfaatkan Dika untuk kepuasannya." Namun ia memang sudah sangat lama merindukan sensasi itu. Ia tak tau harus bagaimana. Jauh di lubuk hatinya, gairah Om Muh merasakan ada yang kurang, meskipun ia sudah dua kali dipuaskan oleh Dika. Ia rindu, ia ingin lebih.

Tak lama berselang, Om Muh kembali ke kamar. Mereka berdua kini tertidur dengan lelap dengan posisi saling berpelukan.

TBC

Hai, hehe. Maaf ya udah bikin nunggu lama. Kira-kira Om Muh pengen apa ya? Terima kasih sudah mau nunggu dan mau baca sampai sekarang. So, jangan lupa kasi vote biar Dika tambah nakal, hehe!

Continue Reading

You'll Also Like

10.3K 74 5
⚠️GaysFantasy πŸ”ž21+ ❌Gak suka, ya jangan di baca bukannya malah ng'Report Ketika penulis amatir berkarya, disitulah anda kepingin muntah😝 Ini hanya...
12.3K 377 15
"ga!gua ga mau,Lo jangan sinting ya!" "lucu banget sih, padahal kan aku cuman mau grepe-grepe kamu" "sinting" --- okee,ini semua udah ga wajar gila a...
608K 17.1K 65
πŸ₯‡NO.1 di #Ceritagay (18 Februari 2024) Ibrahim merantau ke Arab Saudi untuk menjadi seorang TKI disana, bekerja sebagai tukang kebun dirumah sebuah...
2.2M 33K 47
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...