Peluk untuk Semesta

By beliawritingmarathon

119K 14.6K 3.6K

"Gue nggak bisa wujudin semua keinginan Mentari. Tapi gue bisa ngasih seluruh semesta gue buat Mentari." *** ... More

Prolog
1. Sempurna
3. Cowok Asing
4. Makan Malam Bersama
5. Sebuah Permintaan
6. Kebahagiaan untuk Semesta
7. Jealous
8. Fotografi
9. Rooftop Langit Jingga
10. Maaf dari Semesta
11. Overthinking
12. Sebuah Pilihan
13. Memaafkan Manusia Lain
14. Penolakan
15. Kebohongan Mereka
16. Hal-hal Menyebalkan
Bab 17. Terima Kasih
Bab 18. Merasa Tidak Berguna
Bab 19. Perasaan Bersalah
20. Special Day
21. Egois
22. Mengurung Diri
23. Kekhawatiran Semesta
24. Rumit
25. Berhenti Sampai di Sini
26. Memaafkan Segala Hal
27. Kehidupan Baru
28. Kehilangan
OPEN PRE-ORDER PELUK UNTUK SEMESTA

2. Aspire atau Mentari

7.1K 1.1K 456
By beliawritingmarathon


Hellow Marsmillow? Gimana kabar kalian hari ini?

Kalian tim Semesta-Mentari atau Semesta-cewek baru? Wkwk

Selamat membaca, jangan lupa buat vote dan komen yang banyak ya Millow!!!

***

Punya gue

Ya udah terserah. Pilih nemenin aku pemotretan atau latihan band sama temen-temen kamu.

Semesta membuang napasnya kasar. Bingung harus berbuat apa sekarang. Ia juga tidak bisa menyalahkan Mentari untuk hal ini. Karena memang dirinyalah yang bersalah. Membuat janji pada Mentari padahal ia ada jadwal latihan band bersama anak Aspire. Semesta lupa.

Baru juga hubungan mereka membaik setelah kejadian beberapa waktu lalu di mana Mentari minta putus di hari anniversary dan akhirnya mereka balikan lagi karena suatu hal tertentu. Dan sekarang, apa hubungan mereka harus memburuk lagi?

"Kenapa gue bisa lupa sih kalau besok ada jadwal latihan band?!" Semesta mengusap wajahnya kasar sebelum memejamkan matanya sejenak. Mencoba mendinginkan kepalanya agar bisa berpikir jauh lebih jernih dan menemukan jalan keluar yang tepat untuk masalahnya kali ini.

Karena pikirannya tetap buntu, akhirnya Semesta mengambil gitar di sebelahnya dan mulai memainkannya sambil bersenandung pelan. Ini adalah salah satu kebiasaan yang ia lakukan untuk menenangkan isi kepalanya yang terlalu berisik.

"Gimana, Ta?"

Semesta tersentak kaget.

Begitu duduk di samping Semesta, Atlas, cowok yang mengenakan kaos polos berwarna coklat dengan celana jeans biru itu langsung bertanya dan menepuk pundak Semesta.

"Ngagetin aja lo."

Semesta berdecak kasar. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba Atlas muncul di rumahnya. Ditambah langsung menghampirinya yang sedang duduk di ruang tengah. Semesta menghentikan kegiatannya dan meletakkan gitar kesayangannya itu di sofa sebelah tempatnya duduk.

"Apanya yang gimana?" tanya Semesta tidak paham. Datang-datang sepupunya itu tak hanya mengagetkan dirinya tapi juga langsung memberinya pertanyaan yang tidak jelas.

Atlas tertawa kecil. Tak merasa bersalah sedikitpun atas apa yang ia lakukan. Memang inilah hobinya sebagai jomblo di hari weekend. Kalau tidak mengganggu Jemisha, sepupu perempuan mereka, ya mengganggu Semesta.

Satu alis Atlas terangkat dengan ekspresi wajah menebak-nebak. "Lo lagi berantem sama Mentari, ya?"

Kebingungan Semesta semakin bertambah. Kenapa tiba-tiba Atlas bertanya seperti itu? Dari mana cowok itu tahu?

Semesta menggeleng cepat. "Nggak. Kenapa lo nanya gitu?"

Atlas melipat kedua tangannya sembari membuang napasnya kasar. Mengenal Semesta sejak kecil, membuat Atlas tahu kapan Semesta baik-baik saja dan kapan Semesta tidak baik-baik saja hanya melalui ekspresi wajah cowok itu. Ya, meskipun Semesta itu tipe orang yang paling pintar menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, akan tetapi untuk orang-orang terdekat dan tertentu seperti Atlas, mereka pasti akan tetap bisa mengetahuinya.

"Nanya doang. Soalnya lo kelihatan galau gitu. Kata Kakek, lo juga nggak makan dari pagi."

Mendengar kata "kakek" yang Atlas sebutkan membuat Semesta mendengus kasar. Semesta teringat kejadian tadi pagi, di mana ia berdebat dengan kakeknya hanya karena masalah sepele. Ya, seperti itulah hubungannya dengan kakeknya sejak beberapa waktu lalu. Apalagi semenjak semesta gabung di Aspire. Dibilang akur, ya mereka akur. Dibilang tidak akur, ya benar juga, karena mereka sering memperdebatkan masalah kecil.

"Kakek lo cerewet, Tlas. Males gue kalau makan di meja makan bareng. Pasti ada aja kesalahan gue yang dia omongin. Makanya tadi pagi gue nggak ikut sarapan." Semesta menjawab disertai tawa kecil di akhir kalimatnya.

Atlas memukul pelan pundak Semesta. Ada-ada saja ucapan Semesta. Jelas-jelas mereka ini adalah saudara sepupu. Di mana Ayah Semesta dan Ayah Atlas adalah kakak beradik. Jadi, Kakek Atlas dari pihak ayahnya ya sudah tentu Kakek Semesta juga.

"Kakek gue juga Kakek lo, Ta! Lo kan cucu kesayangannya," Atlas tertawa menyindir. "Kalau bukan karena disuruh Mama nganterin oleh-oleh buat Kakek, gue juga ogah siang bolong begini ke sini."

"Belum lagi dateng-dateng udah disuguhi pemandangan galau dari muka bucin lo itu."

Kini giliran Semesta yang tertawa. Sepupu laki-laki satu-satunya ini memang lebih pintar berbicara dibanding dirinya. Jadi, kalau debat bersama kakek mereka, sudah pasti Atlas akan menang. Beda lagi dengan Semesta. Maka dari itu, sang Kakek jarang mengajak Atlas berdebat dan selalu menjadikan Semesta sasarannya. Menjadikan Semesta sebagai alat untuk segala hal yang menjadi ambisinya.

Biar begitu Semesta tidak pernah menyalahkan Atlas untuk hal ini. Karena Atlas memang tidak bersalah. Meski kadang, Semesta juga merasa sedikit iri dengan kehidupan Atlas yang terlihat jauh lebih bebas dibanding dirinya. Atlas bisa melakukan segala hal tanpa takut disalahkan. Atlas bisa memilih apapun mimpinya tanpa takut diremehkan. Sementara Semesta, ia tidak bisa seperti itu.

Mengingat hal itu, Semesta menutupi perasaan sedihnya dengan tertawa pelan. Tawa yang sebenarnya adalah jeritan hatinya.

Selain menjadi sepupu dan sahabatnya, Atlas adalah salah satu orang kepercayaan Semesta. Orang yang Semesta percaya untuk bercerita segala hal yang tengah ia alami tanpa ia tutup-tutupi. Selain karena mereka seumuran dan satu jurusan kuliah, sejak dulu memang Atlas lah yang selalu ada untuk Semesta. Menemani segala moment yang terjadi dalam hidup Semesta karena mereka memang tumbuh bersama sejak kecil.

Ya, meski di luar itu sebenarnya Atlas adalah orang yang sedikit menyebalkan di mata Semesta untuk beberapa waktu tertentu. Sikapnya yang kepo, jahil, dan tidak bisa diam, membuat Semesta sering kali merasa sakit kepala dengan tingkah Atlas.

"Gue pikir setelah kejadian satu bulan lalu, di mana Mentari minta putus di hari anniversary kalian ke satu tahun, sekarang Mentari minta putus lagi. Makanya gue nanya kayak tadi," jelas Atlas tiba-tiba.

Semesta tidak langsung menjawab. Cowok berkaos abu-abu gelap yang dipadukan dengan celana pendek hitam selutut itu terdiam sejenak. Tampak memikirkan sesuatu yang entah apa.

"Sebenarnya lo bener sih, Tlas. Gue emang lagi ada masalah. Dikit," aku Semesta pada akhirnya.

Terlihat kerutan tipis di dahi Atlas. "Apaan?"

Sebelum menjawab, Semesta membuang napasnya kasar. Lagi-lagi memang ia tidak bisa menutupinya dari Atlas. "Besok gue ada latihan band sama anak Aspire, tapi gue lupa. Gue malah janji buat nemenin Mentari pemotretan."

"Bego," decak Atlas. "Terus?"

Semesta menatap Atlas kesal. "Ya makanya gue puyeng. Nggak mungkin gue nggak ikut latihan. Soalnya minggu kemarin gue udah izin, nggak ikut latihan karena jagain Mentari sakit. Tapi di sisi lain, gue juga nggak mungkin ingkarin janji gue ke Mentari."

"Coba aja lo ngomong baik-baik ke Mentari."

"Udah. Lo tau sendiri kan gimana Mentari?"

"Sini, biar gue yang ngasih tau Mentari."

"Nggak!" tolak Semesta cepat.

Semesta tentu saja menolak mentah-mentah tawaran Atlas. Bukannya akan membaik, kalau Atlas yang berbicara pada Mentari, yang ada hubungan mereka akan semakin rumit. Seperti beberapa kejadian yang sudah-sudah. Atlas itu orangnya tidak bisa basa-basi. Ia juga bukan orang yang tidak enakan seperti Semesta. Apalagi saat merasa kesal. Yang ada Mentari akan semakin marah pada Semesta karena ucapan Atlas yang terlalu jujur dan terkesan pedas.

"Awas lo sampai chat Mentari yang aneh-aneh!" ancam Semesta membuat Atlas mengangguk pasrah.

"Ya, ya, ya, nggak jadi gue chat."

Semesta kembali memejamkan matanya sambil memijat pelipisnya. Meskipun terlihat sepele, akan tetapi ini adalah pilihan yang rumit untuk Semesta. Ia bersalah kali ini karena terlalu ceroboh untuk membuat janji.

Semesta benar-benar merasa tidak enak dengan teman-temannya di Aspire jika besok ia tidak ikut latihan lagi. Apalagi dengan Caraka, manajer band mereka sekaligus kakak seniornya di kampus. Selama ini Caraka selalu baik padanya. Selalu memaafkan dan memaklumi kesalahan-kesalahan kecil yang ia lakukan, seperti terlambat setiap latihan atau sering izin karena hal tertentu. Dan Semesta tidak ingin mengulanginya terus menerus. Pastinya ia juga akan merasa bersalah pada ke lima anggota band Aspire lainnya. Pada Biru, Tenggara, Reijiro, Javas, dan juga Kajev.

Lagi pula dulu masuk ke Aspire adalah pilihan Semesta sendiri, jadi sekarang Semesta harus bisa bertanggung jawab atas pilihannya itu.

"Dah lah gue pulang. Mau nemein Jemisha ke salon."

Mengangkat kepala, Semesta menatap Atlas yang sudah berdiri dengan tatapan aneh. "Nemenin Jemisha ke salon? Tumben?"

Cengiran lebar yang Atlas berikan itu sudah cukup membuat Semesta paham. Itu artinya Atlas memang ada maunya pada sepupu perempuan mereka itu.

"Hehe, biar dibantu Jemisha deketin temen dia yang anak DKV itu."

Nah! Benar kan? Pasti ada maunya. Dugaan Semesta memang tidak pernah meleset. Semesta sudah hafal betul bagaimana tabiat seorang Atlas Tanubrata.

"Ya udah sana pergi!" ucap Semesta sembari menggerakkan tangannya untuk mengusir Atlas. "Hus! Hus!"

"SELAMAT GALAU ESTACIN! ESTA BUCIN! HAHA!" teriak Atlas seraya berlalu pergi.

Semesta hanya menggeleng sabar. Sudah biasa. Memang seperti itulah sepupunya. Tak lama kemudian setelah kepergian Atlas, Semesta kembali mendapatkan notifikasi dari Mentari di ponselnya.

Punya gue

Sem? Udah ngerjain tugas dari Pak Adi kemarin? Kalau udah, aku lihat dong. Aku nggak paham tugasnya.

Oh iya, kalau kamu mau kerjain tugas aku sekalian, juga nggak apa-apa.

***

Pesan buat Mentari?

Pesan buat Semesta?

Pesan buat author?

Kalian juga bisa baca Semesta versi AU Instagramnya yaa, ada di instagram aku @tamarabiliskii

Lanjuttt??!!

Spam emoticon 🪐☀ di sini :

Follow akun instagram kita biar kalian nggak ketinggalan info lainnya :

@tamarabiliskii

@semesta.auriga

@mentari.gauri

Continue Reading

You'll Also Like

424K 15.3K 30
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
179K 17.2K 25
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
189K 8.5K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓡𝓲𝓼π“ͺ𝓷�...
2.5M 257K 61
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?