Through the Lens [END]

By dindaarula

83.7K 9.2K 831

I found you through the lens, then I'm falling right away. --- Ketika bertugas sebagai seksi dokumentasi dala... More

šŸ“· chapter o n e
šŸ“· chapter t w o
šŸ“· chapter t h r e e
šŸ“· chapter f o u r
šŸ“· chapter f i v e
šŸ“· chapter s i x
šŸ“· chapter s e v e n
šŸ“· chapter e i g h t
šŸ“· chapter n i n e
šŸ“· chapter t e n
šŸ“· chapter e l e v e n
šŸ“· chapter t w e l v e
šŸ“· chapter t h i r t e e n
šŸ“· chapter f o u r t e e n
šŸ“· chapter f i f t e e n
šŸ“· chapter s i x t e e n
šŸ“· chapter s e v e n t e e n
šŸ“· chapter e i g h t e e n
šŸ“· chapter n i n e t e e n
šŸ“· chapter t w e n t y
šŸ“· chapter t w e n t y o n e
šŸ“· chapter t w e n t y t w o
šŸ“· chapter t w e n t y f o u r
šŸ“· chapter t w e n t y f i v e
šŸ“· chapter t w e n t y s i x
šŸ“· chapter t w e n t y s e v e n
šŸ“· chapter t w e n t y e i g h t
šŸ“· chapter t w e n t y n i n e
šŸ“· chapter t h i r t y
šŸ“· chapter t h i r t y o n e
šŸ“· chapter t h i r t y t w o
šŸ“· chapter t h i r t y t h r e e
šŸ“· chapter t h i r t y f o u r
šŸ“· chapter t h i r t y f i v e
šŸ“· chapter t h i r t y s i x
šŸ“· chapter t h i r t y s e v e n
šŸ“· chapter t h i r t y e i g h t
šŸ“· chapter t h i r t y n i n e
šŸ“· chapter f o r t y
šŸ“· chapter f o r t y o n e
šŸ“· chapter f o r t y t w o
šŸ“· chapter f o r t y t h r e e
šŸ“· chapter f o r t y f o u r
šŸ“· f i n a l chapter

šŸ“· chapter t w e n t y t h r e e

1.4K 195 23
By dindaarula

Sebetulnya Alsa tak tahu ke mana Radya akan membawanya. Radya memang tak ada bilang apa pun soal itu, dan Alsa baru menyadarinya kala ia sudah berada di dalam mobil. Memang, Alsa bisa saja bertanya langsung. Tapi masalahnya, sudah hampir setengah jam berlalu dan keduanya hanya ditemani oleh suara musik yang sengaja dinyalakan guna mengusir hening. Radya betah menyetir dalam diam, begitu pula dengan Alsa yang masih dilanda oleh kecanggungan hebat.

Alsa kemudian kembali memegang tangan kanan seraya digigitnya bibir bawah. Ia sungguh tak mengerti apa yang telah merasuki dirinya sehingga ia berani membiarkan telapaknya menyentuh dahi Radya begitu saja. Alsa sudah kepalang khawatir hingga ia tak sempat berpikir panjang. Dan tanpa diduga, Radya justru mengartikannya sebagai sesuatu yang lain.

Namun, Alsa sungguh tak mengerti apa maksud perkataannya. Alsa mungkin bisa paham kalau Radya menganggap Alsa tak punya perasaan apa pun padanya sebab laki-laki itu memang tidak tahu. Tapi, apa maksudnya dengan ia yang tak ingin bernasib sama seperti seseorang? Siapakah orang yang dimaksud? Memangnya, Alsa pernah melakukan apa?

Semakin lama dipikirkan, Alsa kian tak bisa mengenyahkan hal tersebut dari kepala, dan tentu akan terus begitu kalau ia tak segera menemukan jawabannya.

Di sisi lain, Alsa juga ingin Radya tahu bahwa rasa cemasnya betul-betul nyata dan bukanlah sesuatu yang tidak ada artinya. Namun, mustahil kalau ia langsung berkata yang sejujurnya, 'kan?

Pada akhirnya Alsa pun hanya dapat mengembuskan napas berat, entah untuk yang ke berapa kalinya. Hanya saja kali ini ia memberanikan diri untuk menoleh pada laki-laki di sampingnya.

Pandangan Radya hanya fokus pada jalanan di depan. Tak ada raut apa pun yang tertampil selain keseriusan. Seperti yang telah Alsa dapati sebelumnya, wajah laki-laki itu tampak agak pucat dengan kantung mata yang sedikit tebal. Rambut hitamnya yang nyaris melebihi telinga hanya disisir secara asal-asalan. Pakaian yang dikenakannya bahkan terlihat santai, tak jauh berbeda dengan penampilan sehari-harinya saat kuliah.

Kendati demikian, Alsa harus akui kalau Radya tetap saja terlihat attractive di matanya. Dan, Alsa masih tak percaya bahwa laki-laki ini adalah orang yang lebih memilih untuk memprioritaskannya dibanding hal lain.

"Lo mau ngomong sesuatu?"

Tanpa mengalihkan fokusnya, Radya tiba-tiba saja bersuara, membuat Alsa sontak tersadar atas apa yang baru saja ia lakukan dan buru-buru membuang muka. "Ng-nggak, Bang."

"Terus, ngapain ngeliatin gue kayak gitu?"

Alsa menggigit bibir bawahnya. Karena sudah terlanjur ketahuan, ia pun akhirnya memilih untuk kembali menengok pada Radya. "Gue cuma pengen nanya ... sebenernya ini mau ke mana, Bang?"

"Oh." Kemudian, Alsa mendapati salah satu bibir Radya terangkat. "Nanti juga lo tau sendiri."

"... bukan ke tempat yang aneh-aneh, 'kan?"

"Tempat aneh-aneh gimana?"

"Ya ... lo pasti tau, Bang."

"Nggak, gue nggak tau, tuh." Radya lalu menoleh pada Alsa dengan senyum miring yang kembali terbentuk di wajahnya. "Jangan-jangan elo nih, yang pengen ke tempat aneh-aneh itu?"

Kedua mata Alsa sontak melebar. "Ng-nggaklah, enak aja!"

Dan Radya seketika tergelak karenanya. Alsa pun langsung dapat berasumsi bahwa laki-laki itu memang sengaja mengisenginya, seperti bagaimana ia selalu bersikap ketika mereka tengah bersama. Namun, Alsa tak pernah merasa sampai begitu kesal sebab apa yang Radya lakukan masih dalam batas wajar dan tidak sampai keterlaluan.

"Mending sekarang lo coba perhatiin jalan baik-baik," tukas Radya setelahnya. "Gue rasa lo pasti bakal bisa langsung nebak, atau bisa jadi lo malah udah pernah ke sana juga."

Oleh sebab rasa penasaran yang mulai memuncak, pada akhirnya Alsa pun hanya dapat menurut. Gadis itu pun memerhatikan dengan baik jalan yang mereka tempuh saat ini, lalu jalur mana yang diambil oleh Radya, tak lupa pula dengan plang petunjuk jalan yang dapat ditemui di beberapa sudut. Dan rupanya Radya benar, Alsa bisa langsung mengetahuinya dengan mudah.

"Ancol?" tanya Alsa memastikan. Sejujurnya ia tak menyangka Radya benar-benar tengah membawanya ke sana.

Radya pun manggut-manggut, yang berarti tebakan Alsa sama sekali tidak meleset. "Gue pengen ke Sea World."

"Lo serius, Bang?"

"Kenapa? Aneh emangnya, kalau gue pengen ke sana?"

"Bukan aneh, tapi gue nggak nyangka aja."

"Terus, lo keberatan?"

"Ah, nggak kok, nggak sama sekali. Tapi sejujurnya, gue belum pernah ke sana, Bang ...."

"Oh ya? Baguslah kalau gitu."

"... bagus apanya?"

"Ya berarti pertama kalinya lo ke sana itu sama gue, bukan orang lain."

Alsa pun kontan tertegun. Kalimat yang terlontar dari mulut laki-laki itu selalu saja berhasil mengejutkannya. Namun, karena hal tersebut, Alsa pun jadi tak kuasa menahan ujung-ujung bibirnya yang tertarik lebar. Alsa senang dapat berkunjung ke sebuah tempat yang belum pernah didatanginya, dengan seseorang yang ia sukai. Sungguh, Alsa tak keberatan sama sekali untuk menciptakan momen-momen baru bersamanya.

Tak lama setelah itu, mereka akhirnya sampai di Taman Impian Jaya Ancol dan Radya lekas memarkirkan mobilnya. Setelah turun, sepasang manusia itu pun langsung saja beranjak menuju kawasan Sea World yang memang menjadi tujuan utama mereka.

Oleh karena baru pertama kali menginjakkan kaki di sana, Alsa pun menjadi terlalu sibuk memerhatikan ke sekeliling dengan takjub dan penuh rasa ingin tahu. Sialnya, Alsa jadi tak tahu kalau Radya sudah berjalan jauh meninggalkannya. Setelah sadar akan hal itu, Alsa sontak saja panik seraya terus mengedarkan pandang ke sekitar. Beruntungnya Alsa masih dapat menemukan punggung laki-laki itu yang ternyata sudah nyaris sampai ke bagian pemeriksaan tiket--meskipun jumlah pengunjung saat weekend seperti ini terbilang cukup ramai.

Alsa pun bergegas menyusul Radya seraya berlari kecil. Di saat itu, Alsa juga melihat bagaimana Radya yang akhirnya menyadari bahwa gadis itu tak lagi bersama dengannya. Ia lekas menoleh ke arah belakang dengan kepala yang bergerak ke sana-kemari. Dan ketika akhirnya sepasang netra mereka bertubrukan, Radya sekonyong-konyong tampak lega. Ia langsung meraih lengan Alsa ketika telah Alsa sampai di dekatnya.

"Gimana ceritanya lo bisa ketinggalan gini, sih?" tembak Radya langsung dengan nada cemas yang tak bisa disembunyikan. "Untung aja lo nggak hilang beneran."

Alsa yang masih berusaha mengatur napasnya pun membalas, "Ma-maaf, Bang, gue nggak fokus ngikutin lo tadi."

Sebelum Radya sempat bersuara lagi, salah seorang wanita muda dari rombongan keluarga yang mengantre di belakang mereka melontarkan sebuah tanya.

"Adeknya ya, Mas?"

"Hah?" Radya maupun Alsa menyahut secara bersamaan.

Mulanya Alsa pikir Radya akan langsung menyanggah, tetapi jawaban yang Radya berikan justru membuatnya sontak tercengang.

"Oh, iya, Mbak," balas Radya enteng, "pengen liat ikan katanya."

"Wah, baik banget ya Masnya, mau ajak adeknya jalan-jalan berdua gini."

Rasanya Alsa ingin membantah saat itu juga, tetapi ia terpaksa harus menahannya sejenak sebab sudah tiba waktunya giliran mereka untuk melakukan pemeriksaan tiket online--yang sudah Radya pesan sehari sebelumnya--serta pemberian cap di tangan.

"Maksudnya apa tadi, Bang? Gue kan, bukan adek lo," tanpa pikir panjang, Alsa lekas melayangkan protesnya usai melalui proses tersebut.

"Lo mirip bocil soalnya." Lagi-lagi, Radya membalas dengan begitu santai.

"Gue bukan bocil."

"Tapi kayak bocil."

Hidung Alsa langsung kembang kempis lantaran tak terima. Namun, sebelum Alsa hendak kembali membalas, tangan besar Radya tahu-tahu saja sudah mendarat di puncak kepala sang gadis, mengacak rambutnya dengan gemas.

"Bocil," pungkas Radya mengakhiri keisengannya dengan senyum puas yang terbit di wajah. Dan setelahnya, ia beranjak meninggalkan Alsa begitu saja.

Baiklah, untuk yang kali ini Alsa harus akui bahwa laki-laki itu nyatanya sungguh menyebalkan!

-

Sembari melihat-lihat berbagai jenis biota laut di balik akuarium utama, Radya pun turut sibuk mengambil beberapa potret dengan kamera DSLR miliknya, salah satu benda yang tak pernah terlupa untuk ia bawa kala bepergian. Ia pun sekaligus mencoba mengaplikasikan beberapa teknik yang sudah dipelajari sebelumnya terkait bagaimana cara mendapatkan hasil terbaik saat mengambil foto di dalam ruangan seperti saat ini.

Radya kemudian mengangguk-angguk dengan bangga kala memperoleh satu foto yang nyaris sempurna usai mengotak-atik pengaturan kameranya dengan sedemikian rupa. Setelahnya, Radya lanjut mengarahkan benda tersebut pada akuarium di mana sekumpulan ikan badut tengah berenang-renang di antara anemon laut.

Namun, fokus Radya lekas teralihkan ketika lensa kamera menangkap keberadaan Alsa yang tengah menempelkan kedua telapak tangan pada dinding akuarium, memerhatikan apa yang ada di dalamnya dengan mata berbinar.

Radya lantas menurunkan kamera. Dengan senyum yang mengembang, ia ingin menikmati pemandangan itu melalui kedua lensa matanya sendiri.

"Bang, di sini ada Dory!" Alsa berujar antusias setelah Radya berdiri persis di sebelahnya. Ia menunjuk seekor ikan dori yang kebetulan menampakkan diri ke dekat kaca.

Ini yang katanya bukan bocil? batin Radya seraya berusaha menahan tawa. "Hm, Nemo-nya ada, nggak?"

"Gue belum nemu, deh. Adanya ikan badut yang warna kuning sama hitam."

"Betul juga. Nggak ada yang mirip Nemo di situ." Ada jeda sejenak. "Tapi, lo nggak berniat foto-foto gitu, buat kenang-kenangan kalau lo udah pernah liat Dory di dunia nyata tanpa harus pergi ke laut?"

Kedua alis Alsa lantas terangkat, seolah baru tersadar akan hal tersebut. "Oh, lo bener juga, Bang." Sang gadis pun lekas mengeluarkan ponsel dari dalam sling bag-nya. Layarnya kemudian Alsa nyalakan, dan apa yang tertampil di sana kontan saja membuat Radya tergeming.

Radya mendengkus pelan kala dilihatnya wallpaper yang Alsa gunakan ialah saingan terberat dari dirinya sendiri: Baswara Chandra.

"Cih, gantengan juga gue," gumam Radya acuh tak acuh.

"Lo bilang apa, Bang?"

"Oh, nggak. Itu foto Baswara di HP lo ganteng juga."

"Oh, jelas dong. Dia emang cowok terganteng di dunia ini menurut gue."

Sontak saja wajah Radya tampak semakin masam, tetapi tak ada yang bisa ia lakukan selain diam dan menerimanya saja. Sebab jika sudah berhubungan dengan Baswara, sudah dapat dipastikan ia akan kalah telak. Lihat saja sekarang, Alsa bahkan tak peduli lagi pada Radya dan malah sibuk memotret ikan-ikan yang terdapat di akuarium. Namun, tanpa butuh waktu lama Radya sudah kembali luluh hanya karena tingkah menggemaskan gadis itu.

"Mau coba foto pake kamera?" tawar Radya seraya menyodorkan kamera miliknya yang tengah menganggur pada Alsa.

Alsa pun menengok dan sekilas melirik benda di tangan Radya. "Boleh emangnya, Bang?"

"Boleh, asal nggak lo rusakin aja."

"Ih, ngapain juga gue rusakin, yang ada gue yang bakal tekor buat ganti rugi."

"Ya udah, nih." Kamera Radya pun telah berpindah ke tangan Alsa. "Lo sebagai anak televisi dan film pasti ngerti 'kan, cara makenya?"

"Hm, ngerti sih, tapi nggak jago-jago amat. Justru gue masuk jurusan itu ya karena pengen belajar lebih jauh lagi."

Alsa pun mulai mengoperasikan kamera dengan hati-hati dan mulai mencoba mengambil beberapa potret. Dan tepat seperti apa yang Alsa katakan, ia mengerti bagaimana cara menggunakannya, tetapi hasil dari tangan seorang pemula memang tak bisa berbohong. Persis seperti saat pertama kali Radya belajar memotret, pikir laki-laki itu.

"Gimana, Bang?" tanya Radya seraya menunjukkan salah satu foto yang diambilnya.

Radya lekas bergeser dan menunduk agar dapat melihat dengan lebih jelas lagi. Ia kemudian manggut-manggut seraya berkata, "Lumayan. Tapi lo cobain deh, buat lebih fokus ke ikannya aja, terus latarnya jangan cuma anemon semua. Kayak gini." Laki-laki itu pun mencontohkan bagaimana caranya tanpa mengambil alih kameran, dan Alsa hanya menurut sembari memerhatikan dengan baik.

Setelah yang tertangkap oleh lensa sudah tampak sesuai dengan apa yang Radya inginkan, ia lantas membiarkan Alsa yang menekan tombol shutter, dan gambar tersebut pun segera tersimpan.

"Wah, beneran jadi lebih keren, Bang--" Alsa sekonyong-konyong menghentikan kalimat sebab kala ia menoleh, dirinya mendapati sosok Radya berada begitu dekat dengannya. Ia pun langsung menahan napas, dan perlahan-lahan mengalihkan pandang seolah tak terjadi apa-apa.

Radya sendiri mulanya tak sadar akan hal itu. Alhasil, ia lebih dulu mundur dan melepaskan pegangannya pada kamera di tangan Alsa. Namun, setelahnya Alsa justru langsung mengembalikan benda itu dan beranjak pergi ke area lain sambil berujar, "Gu-gue mau liat-liat ke sana."

Embusan napas panjang Radya loloskan. Alsa yang salah tingkah seperti itu tak tahu saja kalau jantung Radya pun sudah berdentum hebat di balik rusuk.

📷

author's note:

sebenernya ini tuh masih ada lanjutannya, tapi kalo diterusin di sini ya bakal panjang bangeeet wkwk jadinya di chapter selanjutnya aja ya guys. dan berhubung ini first date mereka, jadi momennya nggak mungkin cuma gitu aja dong 😆

jadiii buat yang pengen tau bakal ada momen apa lagi tungguin next chapter-nya okee. see you asap!🤍

bandung, 31 januari 2023

love, dinda.

Continue Reading

You'll Also Like

528K 52.3K 39
Namanya Gemintang. Anak Papi Bumi dan Mami Wulan. Pacarnya.... Gak punya. Baru aja putus 6 bulan yang lalu karena mami ga setuju. Ya, baiklah, sebaga...
93.6K 9.1K 46
Natasha Vienna (Wina), seorang mahasiswi baru yang tengah bersemangat menjalani awal kehidupan kampusnya. Bertekad untuk memiliki banyak teman dan be...
3.5M 27.2K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1.9M 92.1K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...