Annora Untuk Ravindra [End]

By LiaAmelia19_

3.8K 404 73

"Aku akan lalui semuanya, walau luka itu harus datang lagi dan lagi." "Arti nama kamu kekuatan bukan? Aku yak... More

Prolog
Bagian 01.
Bagian 02.
Bagian 04.
Bagian 05.
Bagian 06.
Bagian 07.
Bagian 08.
Bagian 09.
Bagian 10.
Bagian 11.
Bagian 12.
Bagian 13.
Bagian 14.
Bagian 15.
Bagian 16.
Bagian 17.
Bagian 18.
Bagian 19.
Bagian 20.
Bagian 21.
Bagian 22.
Bagian 23.
Bagian 24.
Bagian 25.
Bagian 26.
Epilog.

Bagian 03.

144 17 1
By LiaAmelia19_

Hari ini Ravindra di ajak mamanya untuk pergi ke perusahaan Kusuma. Sesampainya di perusahaan mereka di sambut hangat oleh para karyawan dan karyawati di perusahaan itu. Saat berpapasan dengan Ravindra dan mamanya, mereka menyapa dengan sebutan, Tuan dan Ibu. Ravindra dan mamanya mengulas senyum membalas sapaan mereka.

Saat sudah cukup memakan waktu untuk berjalan menyelusuri lorong koridor perusahaan. Mereka tiba di depan pintu ruangan besar, ruangan khusus CEO perusahaan itu. Sebelum masuk ruangan, Ravindra menghentikan langkahnya, kemudian mengingat hal, di mana dia menendang pintu ini dengan amat kuat. Arelina yang ingin membuka pintu ruangan, namun terhenti, dia melihat anaknya Ravindra yang diam mematung.

Arelina menghela nafas beratnya, ia mengulas senyum tipis menatap anaknya ini. Arelina menepuk pelan pundak Ravinda yang membuat Ravindra sadar dari lamunannya. Ravindra melihat mamanya sembari tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Kemudian, Arelina membuka pintu ruangan besar itu. Mereka melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan.

Sesampainya mereka di dalam ruangan. Ravindra mengendarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan. Kemudian, tibalah pandangannya ke kursi kebesaran papanya dahulu. Kursi hitam tinggi dan di depan kursi itu juga terdapat meja besar yang diatasnya terdapat berbagai berkas, laptop, kalender mini, berbagai pulpen dalam satu tempat, dan juga kelengkapan kantor lainnya.

Sejenak Ravindra mengingat kembali kejadian di mana tamparan keras itu jatuh ke pipinya, suara lantang itu memakinya. Seketika, pandangan Ravindra melihat ke arah tembok, dia mengingat kembali saat dia memukul tembok kuat dengan kepalan tangannya. Ravindra memejamkan matanya, rasa sesak itu kembali muncul.

Arelina menepuk pundak Ravindra yang membuat Ravindra membuka matanya karena terperanjat kaget. "Sudah ya nak, jangan kamu ingat lagi kejadian waktu itu," pinta Arelina dengan nada pelan kepada Ravindra, putranya.

"Mama tau?" Tanya Ravindra.

"Iya lah nak, kamu pikir di ruangan ini ga ada cctv-nya?  Dan juga semua karyawan baik karyawati menceritakannya kepada mama."

"Nak, tolong... kamu jangan lemah karena hal itu," pinta Arelina yang meneruskan ucapannya. Ravindra tersenyum seraya menganggukkan kepalanya, "iya ma."

Arelina sendiri pun juga sedih melihat ruangan suaminya ini. Tapi, dia tidak mungkin menjatuhkan air matanya di hadapan putranya ini. Dia harus tetap terlihat baik-baik saja, walau hatinya seperti tersayat mengingat semua kejadian dia dengan Zaedyn, mantan suaminya.

"Nak inilah ruangan kamu. Kamu akan menempati ruangan ini mulai hari ini. Struktur jabatan perusahaan ini juga sudah diperbarui. Kamu sebagai CEO perusahaan ini. Mama yakin kamu bisa," ujar Arelina kepada Ravindra.

Ravindra berjalan menuju kursi yang akan ia duduki dengan menyandang jabatan sebagai CEO. Saat tiba di dekat kursi itu, Ravindra menarik kursi itu sekilas, ia menatapnya sejenak, lalu ia mendudukinya perlahan. Arelina melihat Ravindra mengulas senyum, begitu juga Ravindra.

Ravindra menatap satu-satu peralatan yang berada di atas meja. Ravindra mengambil sebuah pulpen dan memainkan. Kemudian, Ravindra membuka sebuah laptop sejenak lalu menutupnya kembali. Arelina yang melihat anaknya hanya tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku akan berusaha menjalankan tugas dengan baik ma," ucap Ravindra lalu berdiri dari kursi dan menghampiri mamanya kembali.

"Iya nak, mama percaya sama kamu. Nanti jika ada yang kamu tidak ketahui, tanya saja sama mama."

"Iya ma."

Ravindra telah belajar dengan mamanya tentang perusahaan selama tiga hari. Setelah tiga hari, Ravindra telah memahami konsep perusahaan serta berbagi persoalan mengenai perusahaan. Ravindra meminta kepada mamanya untuk segera melaksankan tugasnya. Arelina menyetujui permintaan anaknya ini dengan senang hati, sekaligus bangga. Baru saja tiga hari proses pembelajaran, Ravindra telah memahami perusahaan. Sekarang Ravindra akan mulai bertugas, walaupun dia masih bersekolah. Arelina yakin Ravindra bisa bertanggung jawab akan tugasnya. Arelina juga sudah memberi keringanan untuk Ravindra datang melaksanakan tugasnya diperusahaan sepulang dari sekolahnya.

"Selamat bertugas anak mama, dan selamat atas jabatan barunya, CEO," ujar Arelina menepuk-nepuk bahu Ravindra.

"Siaap ma!"

***

Di sebuah ruangan besar, semua karyawan dan karyawati berkumpul. Di hadapan karyawan dan karyawati perusahaan ini telah berdiri Arelina, sebagai pemilik perusahaan dan Ravindra, sebagai CEO baru perusahaan. Juga ada beberapa direktur perusahaan dan pejabat penting lainnya berdiri di sebelah mereka.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh," ucap Arelina.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh," balas semua orang yang berada di sana.

"Bisa kalian lihat sendiri orang yang berada tepat di sebelah saya. Dialah Ravindra Natharrazka yang menjabat sebagai CEO baru diperusahaan ini," ucap Arelina lantang dengan sebuah mikrofon. Semua yang mendengarnya bertepuk tangan, Ravindra tersenyum seraya menundukkan kepalanya sekilas.

"Hari ini, dia resmi menjadi CEO perusahaan ini," ucap Arelina lagi dengan lantang. Semua yang mendengarnya pun bertepuk tangan kembali. Sorot mata karyawati perusahaan itu, terlihat begitu kagum.

Arelina menyerahkan sebuah mikrofon kepada Ravindra, agar Ravindra menyampaikan hal yang ingin dia sampaikan walau itu hanya sepatah dua patah.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh," ucap Ravindra dan mendapatkan balasan dari mereka.

"Saya mengucapkan terimakasih kepada mama saya, para direktur serta semua karyawan dan karyawati yang telah mempercayakan saya untuk mengemban tugas ini. In syaa Allah saya akan menjalankan tugas dengan baik, bertanggung jawab, dan mengerahkan semua tenaga saya untuk memajukan perusahaan Kusuma ini, lebih maju lagi dari pada sebelumnya," ucap Ravindra yang mendapat tepuk tangan gemuruh dari semua orang.

"Itu saja dari saya, sekian terimakasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh," ucap Ravindra seraya meletakkan tangan kanan ke dada bidangnya, seraya menundukkan kepala sekilas.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi."

"Terimakasih atas kepercayaan," final Ravindra.

Ravindra pun segera bersalaman dengan para direktur, dan pejabat penting lainnya.

***

Hari ini adalah hari di mana Ravindra pergi menuju Madrasah, ya sekolah barunya. Ravindra telah memutuskan untuk pindah sekolah. Setelah dia memikirkan hal itu selama tiga hari, diselingi dengan sholat istikharah, maka dia mendapatkan petunjuk dari Allah Swt. yaitu pindah sekolah ke Madrasah Aliyah Jakarta. Hal ini pula sesuai keinginan dan kehendak mamanya.

Ravindra mengendarai motor ninja kesayangannya menuju Madrasah. Sorot mata hitam legam nan tajam itu terlihat sangatlah fokus mengendarai motor. Kemudian, tibalah dia di depan pintu gerbang  Madrasah Aliyah Jakarta. Motornya melaju memasuki halaman Madrasah tersebut, dan berhenti di sebuah halaman parkir yang amatlah luas.

Ravindra membuka helmnya, matanya menelusuri disetiap penjuru bangunan Madrasah. Dia juga melihat para wanita di Madrasah ini, semuanya menunaikan kewajiban mereka, yaitu menjulurkan hijab menutup dada mereka. Ravindra tersenyum tipis, seraya menganggukkan kepalanya. Pemandangan ini tidak ia temui di SMA-nya, para wanita tidak memakai kerudung, itu pun memakai rok mini. Ada juga yang memakai kerudung, itu pun bisa di hitung.

Ravindra menuruni motornya. Kemudian, dia melangkahkan kakinya seraya membaca basmalah dengan lirih. Ravindra berharap, tidak ada drama lagi di Madrasah ini. Tidak membuat kesalahan lagi di Madrasah ini, dia berharap kebahagiaan akan datang di sini. Semoga takdir berpihak kepadanya di sini dan semoga Madrasah inilah yang terbaik.

"Raaa cepaaat, aku udah telat piket nih!" Teriak seorang wanita.

Ravindra yang mendengarnya spontan membalikkan tubuhnya, bermaksud mencari pemilik suara itu. Dia melihat seorang wanita yang sedang menuju ke arahnya dengan berlari-lari kecil. Wanita itu kemudian melihat keberadaan Ravindra dengan membelakakan matanya.

"Ehhh!" Teriak wanita itu ketika tersandung batu dan ingin terjatuh, karena kehilangan fokusnya saat melihat sosok Ravindra di hadapannya. Syukur saja Ravindra dengan sigap menolong wanita itu. Akhirnya wanita itu jatuh ke pelukan Ravindra. Semua mata yang ada di sana tertuju kepada mereka.

Pandangan mereka bertemu satu sama lain. Dengan degup jantung yang amatlah kencang dikedua belah pihak. Setelah satu menit berlalu, wanita itu segera berdiri dan mendorong Ravindra dengan kuat, sehingga membuat Ravindra terdorong hampir terjatuh.

"Annora, astagfirullah kamu ga papa?" Tanya seorang wanita yang menghampirinya, dia adalah Zahra___teman satu kelas Annora___suara cempreng yang menjadi ciri khasnya.

Wanita yang jatuh ke pelukan Ravindra adalah Annora Aliesha Catriona. Annora menatap Ravindra dengan tajam dan amat dalam. Setajam itu, namun ada bening air yang tergenang di pelupuk matanya.

"Arghhhh lancang sekali kamu memeluk akuuu!" Teriak Annora dengan air mata yang sudah tak terbendung lagi.

Nafas Annora tidak beraturan, jantungnya berdetak kencang, Annora terisak dengan dadanya yang naik turun. Ravindra yang melihatnya sudah sangat panik. Ini untuk pertama kali dia membuat seorang wanita menjatuhkan air mata di hadapannya.

"Ssst," Ravindra berusaha membuat Annora untuk diam dan tenang.

Zahra juga berusaha menenangkan Annora dengan mengelus-elus punggungnya. Akan tetapi Annora masih terisak denga air matanya yang terus saja mengalir.

"Tolong tenang ya. Aku bukan bermaksud apa-apa, tolong," pinta Ravindra.

Hiks hiks! Isakkan tangis terus-menerus terdengar. Air mata itu terus saja mengalir. "Ka-kamu jahat, berani-beraninya kamu meluk aku. Dasar, kamu jahat!" Teriak Annora memukul dada bidang Ravindra.

"Hei, dengerin aku. Itu tanpa sengaja, aku hanya berusaha nolong kamu," ucap Ravindra lagi dengan ekspresi dan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"TETAP SAJA KAMU LANCANG!"

"AKU GA NYURUH KAMU UNTUK NOLONG AKU!

"AKU GA MINTA BUAT DI TOLONG!"

"AKU RELA JATUH KE TANAH, DARI PADA HARUS JATUH KE PELUKAN KAMU!"

Teriak Annora dengan segala emosinya. Air bening itu tetap saja mengalir membasahi pipi Annora yang sudah memerah. Hijab Annora pun sudah basah akibat air matanya.

Ravindra mengusap wajahnya dengan tangan kanannya, serta menghela nafas beratnya, dia sungguh tidak tau apa yang harus ia perbuat lagi sekarang.

"Ada apa ini?" Tanya seorang ustadz yang seketika datang. Ustadz Abdan___seorang ustdaz muda yang mengajar ilmu fikih di Madrasah Aliyah Jakarta.

"D-dia ustdaz. Dia udah lancang meluk Annora," balas Zahra terbata-bata. Sedangkan Annora masih saja menangis tiada henti.

Mendengar ucapan Zahra, ustdaz Abdan mengepalkan kedua tangannya, mata tajamnya menatap Ravindra dengan giginya yang saling bergemeletuk. Wajahnya sudah memerah karena sangking emosinya.

🌺🌺🌺

Di Madrasah itulah kisah mereka di Mulai:)

Selamat membaca, baca dan selalu ikuti alurnya.

Jangan lupa vote dan spam coment!!!

Syukron 🤍















Continue Reading

You'll Also Like

763 71 25
Season 2 Cerita DiJodohkan Kisah perpisahan yang tak diinginkan antara si kembar. Tumbuh bersama hingga 4 tahun, lalu berpisah. "Lio, tak ingin kah...
790K 93.6K 55
[Romance - Spiritual] Dunia Ilana itu hanya dipenuhi luka, derita, dan air mata. Terlebih, setelah mamanya tiada, rasa sakit yang Ilana rasakan kian...
ASHEEQA By Nala vey

Teen Fiction

6.4K 912 39
menyukai seseorang yang disukai semua orang tak pernah terpikirkan didalam benak ketiga gadis ini. Antara Jazila, Nala, dan Zaina yang kehidupannya h...
5.8K 502 17
Roman - Mahasiswa - Guru . . . Nadheera Asyfa, gadis berusia duapuluh tahun. Dia merupakan mahasiswa di salah satu universitas swasta di kotanya. Dia...