π“π„π‘π€πŠπ‡πˆπ‘ [On-going]

By Geriardianan

39.3K 4.7K 1.3K

"Kal. Definisi kebahagiaan itu berbeda -beda, dan aku akan bahagia kalau kamu bahagia." πŸ“ŒπΊπ‘’π‘Ÿπ‘–, α΄›α΄‡Κ€α΄€α΄‹ΚœΙͺΚ€... More

PROLOG
1- Dia kembali
2- Memilih baju
3 - Pertemuan pertama
5 - Anak baru
6 - Dia ternyata Evan
8 - Wifi
9 - Kalung
10 - Sebuah misi
12 - Phobia
13 - Lekat
14 - Permintaan maaf
15 - Tentang mimpi Evan
16 - Taruhan kecil
17 - Tragedi
18 - Rencana di awal
19 - Sarangheo
20 - Anak-anak
21 - Perbandingan
22 - Lagu untuk Diora
23 - Continue or not
24 - Kita berbeda
25 - Pertolongan
26 - Sad boy
27 - Keputusan yang sulit
28 - Mundur
29 - Hujan
30 - Pertemuan tak di duga
31 - Masa lalu
32 - Trauma
33 - Tentangnya + Cast
34 - Ke klinik
35 - Persamaan
36 - Bertemu gadis aneh
37 - tiba-tiba
38 - Suka?
39 - Kerja kelompok
40 - Rasa sakit
41 - Makan malam
42 - Makan bersama
43 - Siapa dia?
44 - Perasaan yang sesungguhnya
45 - Perasaan yang perlahan tumbuh
46 - Tembak Di Sekolah
47- Ya atau tidak?
48 - Buka hati
49 - Cemburu
50 - Gadis lain
51 - Gadis itu lagi!
52- Iya gue mau!
53 - Menginap
54 - Siapa Cindy?
55 - Menginap 2
56 - melupakannya
57 - Tentang rasa sakit
58 - Persahabatan
59 - Demam Cinta
60 - Ajakan kencan
61 - Date One
62 - Jadian
63 - Boneka yang hilang
64 - Publis?
65 - Pacaran?!
66 - Hanya permainan
67 - Iya aku janji
68 - Tentangnya
69 - Permintaan dari Iqbal
70 - Rahasia
71 - Hilang kabar
72 - Rasa Cinta
74 - Rencana ulang tahun Kalara
75 - Persiapan
76 - Kelalaian
77 - Hadiah untuk Kalara
78 - Selamat ulang tahun Kalara
79 - Janji dan cinta⚠️
80 - Berubah
81 - Berantakan
82 - Pulang
83 - Zayyan pulang
84 - Melihat bintang
85 - kembali pulang

73 - Ulang tahun Kalara

213 25 1
By Geriardianan


Ada yang bilang, orang baru akan selalu kalah dengan masa lalu.

Tapi berbeda dengan Evan, walaupun ia tahu Diora sudah putus dengan Jeffrey, setelah jatuh cinta. Evan justru memutuskan untuk ingin mengenal dan mencintai Kalara jauh lebih dalam. Gadis yang saat ini ia banggakan, kini sudah menjadi status pacarnya.

Evan hanya bisa berpikir, mengapa ia tidak jatuh cinta dari awal saja pada Kalara waktu itu? Dan ternyata kebahagiaan yang sebenarnya seperti ini, dicintai ataupun mencintai dengan tulus beginilah rasanya.

Bahkan ia berharap, Tuhan selalu memberikan umur yang panjang kepadanya, dan senantiasa mencintai Kalara sampai tua bersama.

Di sepanjang perjalanan, cowok itu masih setia menggam tangan sang pacar dengan lembut sambil mengemudi, itu dilakukan Evan karena dia sangat merindukan Kalara, apa lagi selama dua hari, sama seperti Kalara yang selalu merindukan Evan.

Dan kerinduan itu akhirnya terobati oleh Kalara sendiri.


"Evan," panggil Kalara.

"Hmm?"

"Tumben megang tangan aku lama banget?" tanya Kalara terdiam menunggu jawaban Evan.

Evan tertawa kecil, menatap Kalara."Emang nggak boleh?" tanya Evan.

Kalara mengeleng pelan. "Bukan gitu, tapi tumben aja lama banget."

"Kangen Kal" ucap Evan terus terang.

Evan tidak berbohong, Evan sangat merindukan Kalara, emang ya kalau mencintai seseorang orang itu harus ada konsekuensinya.

Kalara justru tersenyum kecil, ia juga membalas genggaman Evan lebih dalam. "Aku juga kangen."

Evan terkikik."Yang bener?"

Gadis itu sedikit berdecak kesal, karena Evan tak percaya kepadanya. "Ih serius Evan"

"Kangen banget ya?"

"Iyalah, emang cuman kamu yang kangen tiap detik."

Evan menoleh menatap Kalara, dengan tersenyum, memandang Kalara dalam. " Kal, kan aku udah bilang."

Cowok itu mengambil tangan Kalara, lalu mencium di punggung tangan gadis itu dengan lembut. Membuat gadis di sampingnya itu terdiam membisu.

Gadis itu mengeryitkan keningnya, "Bilang apa?" Kalara bersuara setelah sedikit lama terdiam

Mata Evan menatap Kalara lebih lekat kali ini. "Dimana pun aku berada, aku selalu kangen kamu."

Gadis itu hanya terdiam, dia sedang tersipu malu mendengar kalimat Evan yang sangat berarti baginya.

"Kok diem?"

Kalara mengeleng "nggak apa-apa, kalau gitu aku harus kayak kamu."

"Kenapa?"

"Biar seimbang"

Keduanya tergelak, merasakan malam yang begituh indah.

Kini pandangan gadis itu naik, memandang Evan dengan gamang, dia baru menyadari sesuatu."Evan," panggil Kalara.

"Iya Kalara?" jawab laki-laki itu yang masih fokus menyetir.

"Muka kamu kenapa pucat gitu?" Kalara memperhatikan, wajah Evan begitu pucat pasif dan mulut yang begitu kering.

Evan kembali menatap Kalara, terdiam sedikit lama untuk menyiapkan pertanyaan Kalara.

"Evan, muka kamu kenapa? Kamu sakit ya?" Raut wajah Kalara semakin khawatir, karena di saat yang sama Evan tak menjawab pertanyaanya dari tadi.

"Oh, iya. sebenarnya gue udah beberapa hari ini ngak enak badan Kal." jawab Evan setelah sedikit lama terdiam.

"Udah ke rumah sakit?"

"Udah, kata dokter butuh banyak istirahat, dan minum obat yang sudah dianjurkan."

Kalara mengangguk mengerti, rasa kecemasannya kini berkurang. Tapi tidak memungkinkan rasa ke khawatiran itu hilang begitu saja. "Kalau gitu jangan lupa minum obat Evan, sama banyak istirahat."

"Nggak minum obat pun pasti bentar juga sembuh"

"Eh, malah bilang gitu, tetep kamu harus banyak istirahat sama minum obat."

"Kal, sebelum ada obat dari dokter, obat yang lama udah ada, manjur banget malah."

"Eh, kalau gitu minum aja biar cepat sembuh"

"Tapi obatnya itu kamu"

Gadis itu hanya termangu, detik berikutnya, gadis itu tertawa kecil. Sudah pasti Kalara memberikan reaksi salah tingkah.

"Kamu ya Evan ada-ada aja"

Keduanya terdiam sesaat, sebelum akhirnya Evan membuka suara duluan. "Gue nggak akan sembuh Kal," cowok itu menoleh menatap Kalara lekat." kalau obatnya bukan lo."

Di malam itu, Evan memelankan lanju mobilnya di depan gerbang rumah Kalara, cowok itu keluar lalu membukakan pintu untuk Kalara, agar dengan mudah gadis itu keluar

Sesaat ia memandang Evan bersama senyum manisnya, berharap ia segera cepat bertemu dengan Evan lagi besok.

"Evan aku masuk dulu"

Cowok itu melebarkan senyumnya. "Iya masuk dulu, keburu masuk angin."

Kalara mengangguk, "kamu nggak masuk dulu? Soalnya diuar dingin."

Evan mengeleng pelan, "nggak kal, gue mau pulang istirahat, lain kali aja nggak apa-apa kan?"

"Nggak apa-apa, yaudah aku masuk dulu" gadis itu berjalan namun langkahnya terhenti dan berbalik lagi. Di sisi lain Evan hanya bisa menatap kebingungan Kalara.

"Kenapa Kal?"

"Kamu sendiri nggak pulang?"

Mendengar itu, Evan tersenyum merekah menatap gadis di hadapannya ini. "Nggak Kal, nunggu lo masuk dulu, baru gue pulang."

Kalara tersenyum canggung, padahal ia tahu sendiri kebiasaan Evan seperti itu dari dulu. "Iya udah, aku masuk dulu."

Ada sesuatu yang menjangal, seperti tidak merelakan Evan harus pulang, merindukan? Tentu saja merindukan Evan tiap detik.

Sesaat gadis itu kembali berbalik, seketika Evan mencengkal gadis dan langsung masuk dalam pelukannya, walaupun gadis itu sedikit tercekat.

"Evan"

Evan tak menjawab, ia hanya bisa memeluk, dan merasakan kenyamanan dan kehangatan dari Kalara.

"Maaf, tapi gue pengen sedikit lama."

Kalara tak ingin berbicara lagi, dan membiarkan Evan memeluknya lebih lama kali ini, perasaan Evan yang semakin jelas, bahwa mencintai Kalara saja tidak cukup, tetapi harus membahagiakannya juga.

Bersama itu, bintang selalu hadir untuk selalu menghibur jiwa yang lelah. Dan kegelapan pasti akan selalu hadir setiap hari nya, begitu pun dengan kehidupan, tidak ada kehidupan tanpa dihantam suatu masalah.

Walaupun masalah itu besar, suatu saat Evan akan berjanji, dalam hubungannya harus terus baik-baik saja, dengan Kalara.

"Kal" panggil Evan lirih setelah cukup lama memeluk gadis itu.

Kalara mendongak menatap Evan lebih hangat. "Kenapa?"

"Kalau boleh gue pengen egois tentang lo?"

"Gue pengen milikin lo sepenuhnya, tanpa ada orang lain yang dekat sama lo selain gue."

Sedikit terdiam di antara mereka.

"Gue nggak maksa, gue-"

"Boleh" gadis itu cepat menjawab, tanpa menunggu kalimat Evan selanjutnya.

Mendengar jawaban Kalara, Evan melebarkan senyumnya, dan kembali memeluk Kalara semakin erat dari biasanya. "Makasih Kalara, aku sayang kamu."

***

Pagi ini dengan wajah yang paling ceria setelah 2 hari ia tidak ke sekolah, kini disambut bersama suasana seperti biasa.

Siswa siswi yang di antar orang tuanya, atau orang yang berjalan masuk bersama dengan temannya, dan ada juga yang di antar oleh pacarnya, seperti Kalara saat ini.

Cowok itu membukakan helem Kalara seperti biasanya. "Kayaknya helmnya perlu diganti."

Kalara yang sejak tadi juga berusaha membuka helmnya, aktivitasnya terhenti menatap Evan di hadapannya. "Kenapa?"

"Helmnya susah dibuka."

"Nggak usah diganti, kamu anterin aku aja aku udah beryukur banget."

"Tapi tetep di ganti aja Kal, biar nggak sulit lagi pas mau buka."

Setelah besusah payah membuka helm Kalara, akhirnya berhasil. Kalau bisa dibilang helm yang selalu dikenakan Kalara selalu saja susah terbuka, terkadang harus menunggu 10 menit atau 5 menit paling cepat sampai bisa terbuka.

Kalara menghela nafas pelan, dia tidak mau berdebat lagi. "Yaudah, aku juga nggak maksa."

Gadis itu memukul jidatnya, ia baru saja mengingat sesuatu. Sangat sial sekali, dan membuat Evan sendiri terlihat bingung sikap Kalara yang sedikit frustasi.

"Kenapa?" tanya Evan heran.

"Aku lupa kerjain tugas sejarah"

"Gue bantuin"

Kalara mengeleng pelan, "ngak usah Evan, aku bisa sendiri kok, lagian tugas sejarah masuknya jam ketiga."

"Lo serius?"

Kalara mengangguk "iya aku serius, udah ayuk kita masuk."

Keduanya beriringan, bersamaan dengan Evan yang mengengam tangan Kalara.

"Woy Evan!"

Keduanya terhenti menoleh ke arah sumber suara, terlihat ada Raga dan Rian yang baru saja sampai dari parkiran siswa, dan berjalan ke arah mereka.

Kalara beralih menatap Evan. "Evan aku masuk duluan ya, sekalian tugas sejarah biar cepat selesai."

"Lo serius?"

"Iya, kamu bisa ngobrol dulu Rian sama Raga."

Evan mengangguk, dia juga mengerti Kalara harus secepatnya menyelesaikan tugasnya itu. "Iya udah, tunggu gue ya, kalau susah kasih tahu gue, biar gue aja yang selesaiin."

"Iya Evan."

Kita tahu, walaupun Kalara sangat pintar, terkadang ia juga bisa buntu jika menghadapi tugas yang sangat sulit, Toh. Dia juga manusia biasa seperti kita, butuh satu jam untuk Kalara menyelesaikannya.

Setelah kepergian Kalara menuju ke kelas, kini Evan didahapkan dengan Raga dan Rian yang sudah tiba.

"Kalara mau kemana?" tanya Rian.

"Mau ke kelas, katanya mau ngerjain tugas sejarah."

Di sisi lain, Raga justru menatap Evan tajam tak jauh dari hadapan Evan. "Oh, lo ke mana aja? Dua hari lo nggak masuk, noh si Kalara pacar lo itu sibuk nunggu lo dua hari ini, bahkan sampe tanya ke kita-kita mulu, lo udah ngasih kabar apa nggak." Celetuk Raga langsung pada intinya.

Walaupun Evan sudah menceritakan yang sebenarnya kepada Kalara, tidak memungkinkan untuk Raga dan Rian, membuat Evan tersenyum jenaka menatap sahabatnya itu.

"Gue pergi ke rumah nenek gue, terus hape gue rusak, makanya gue nggak kabarin."

"Kasian Kalara, harus merasa stres karena lo." ucap Raga dramatis mengusap dadanya.

"Lo suka sama Kalara?" tanya Rian membuat Raga terkaget bukan heran.

"Mata lo Yan! Yah nggak lah, gini-gini gue punya pacar ye."

Rian tergelak, "kali aja lo udah suka sama Kalara."

"Amit-Amita beda agama."

Keduanya tertawa lepas karena sikap Raga yang dramatis, suasana yang sudah lama Evan rasakan bersama sahabatnya kini kembali.

"Van, lo makan nggak sih di rumah nenek lo? Pucat amat tuh muka kayak nggak pernah makan selama sebulan aja." tanya Raga tersadar ada sedikit perubahan pada Evan. Begitu pucat, dan bibir yang sama dilihat Kalara.

Begitupun juga Rian yang ikut memperhatikan wajah Evan, sontak Evan terdiam membisu dengan pertanyaan Raga.

"Iya, lo nggak sakit kan?" Kini Rian yang kembali bertanya.

Evan terdiam sejenak, sebelum akhirnya menjawab."E-enggak, gue cuman nggak enak badan aja selama dua hari ini."

"Kalau lo ngak enak badan, nggak usah paksain ke sekolah Van."

"Iya gue tahu, udah lah kita masuk aja, nggak lama lagi Bu Rara mau masuk."

***

Ketiganya cowok itu masuk secara bersamaan, sedikit nya ada juga yang bertanya-tanya Evan yang sekarang sudah datang.

"Yan gue mau pinjam tugas lo, gue lupa kerjain."

"Nggak kerjain, apa emang males kerjain?" cetus Rian.

"Dua duanya," jawab Raga dengan santainya.

Melihat meja Kalara yang kosong, membuat Evan bertanya-tanya, kemana gadis itu pergi?

"Kalara kemana?" tanya Evan pada murid lain.

"Di ruang guru, di panggil sama Bu Rara katanya ada yang harus ditanyakan," jawab gadis itu santai berjalan bersedekap dada menuju ke arah Evan.

"Bahas tentang apa?"

Kinan menaikkan kedua bahunya. "Mana gue tahu."

Mata Kinan menaruh sedikit kecurigaan kepada Evan, ada banyak pertanyaan yang harus ia tanyakan kepada Evan. "Tumben akhirnya lo datang, kirain lo nggak akan datang selamanya, dan bakal ninggalin Kalara."

Pernyataan Kinan, membuat Evan sedikit heran, dan tak suka. Mengapa Kinan mengatakan seperti itu?

"Gue datang lah, dan kenapa lo kira gue nggak bakal datang?"

"Terus selama dua hari ini lo kemana aja?"

"Gue sibuk"

"Sibuk selingkuh?" Pertanyaan Kinan membuat Evan marah, dengan mata yang mendelik ke arah Kinan.

"Apa maksud lo?"

"Kin, nggak usah nuduh Evan, sama sekali Evan nggak salah, kalau lo nggak tau yang sebenarnya, nggak usah nuduh." Perkataan itu di lontarkan Raga, ia berjalan ke arah Kinan bersama dengan Rian.

Kinan tergelitik mendengarnya, dan kembali menatap Evan. "Oke, tapi setidaknya gue paham lo nggak nyakitin Kalara Van."

"Gue nggak akan nyakitin Kalara, karena gue sayang sama Kalara." ucap Evan percaya diri, dia juga tidak peduli apa yang ia ucapkan, sekalipun orang banyak mendengarnya dia tetap tidak peduli, jika dia mengatakan Evan mencintai Kalara, itu memang benar.

Kinan pun mengerti, dan berusaha untuk percaya Evan tidak akan menyakiti Kalara.

"Kalau lo sakitin Kalara, atau sampe nangis, lo yang harus berhadapan dengan gue!" Kinan mengancam, dan dia sangat serius, karena Kinan lebih mementingkan sahabatnya, apa lagi jika Evan membuat Kalara menangis.

"Nggak akan, percaya sama gue."

"Oh iya, Lo tau hari ini hari apa?" tanya Kinan kepada Evan.

Evan berpikir sejenak, "Hari Sabtu."

Kinan memutar bola matanya malas. "Bukan, masa lo lupa?"

"Terus hari apa? Hari puasa? Bulan puasa aja masih lama." celetuk Raga yang akhirnya tiba-tiba bersuara.

"Lo juga salah, kalau nggak tahu nggak usah sotoy Raga!!" Tajam Kinan.

Kinan kembali menatap Evan. "Van, masa lo lupa? Hari ini hari ulang tahun Kalara."

Evan justru termangu, dan bingung harus menjawab apa, bagaimana ia bisa pelupa?

"Padahal lo sendiri pacarnya" sinis Kinan.

"Oh ternyata Kalara ultah? Terus jadi gimana?" tanya Raga kepada Kinan.

"Mana gue tahu"

"Butuh waktu berapa lama harus nyiapin semuanya?" tanya Evan setelah cukup lama terdiam.


































Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 108K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
STRUGGLE By V

Teen Fiction

24.9K 4.2K 72
Ketulusan diukur dengan latar belakang hidup? -πš‚πšπš›πšžπšπšπš•πšŽ Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak remaja sederhana yang benar-benar memperj...
5.6M 290K 58
Serina, seorang gadis cantik yang sangat suka dengan pakaian seksi baru lulus sekolah dan akan menjadi aktris terkenal harus pupus karena meninggal o...
315 112 24
Warning Don't copy my story Cerita ini murni karya ku murni dari imajinasi ku.Tolong hargai seberapa sulitnya untuk menulis setiap karakter. "Dari p...