ASAVELLA [TERBIT] ✓

Von jerukminii

8.2M 601K 48K

Aku terlalu bahagia mengisi hari-harinya. Sampai aku lupa, bukan aku pengisi hatinya. ••••• Cover by pinteres... Mehr

Asavella 🍁
Asavella 🍁2
Asavella 🍁3
Asavella 🍁4 +
Asavella 🍁5
Asavella 🍁6
Asavella 🍁7
Asavella 🍁8
Asavella 🍁9
Asavella 🍁10
Asavella 🍁11
Asavella 🍁12
Asavella 🍁13
Asavella 🍁14
Asavella 🍁15
Asavella 🍁16
Asavella 🍁17
Asavella 🍁18
Asavella 🍁19
Asavella 🍁20
Asavella 🍁21
Asavella 🍁22
Asavella 🍁23
Asavella 🍁24
Asavella 🍁25
Asavella 🍁26
Asavella 🍁27
Asavella 🍁28
Asavella 🍁29
Asavella 🍁30
Asavella 🍁31
Asavella 🍁32
Asavella 🍁33
Asavella 🍁34
Asavella 🍁35
Asavella 🍁36
Asavella 🍁37
Asavella 🍁38
Asavella 🍁39
Asavella 🍁40
Asavella 🍁41
Asavella 🍁42
Asavella 🍁43
Asavella 🍁44
Asavella 🍁45
Asavella 🍁46
Asavella 🍁 47
Asavella 🍁48
Asavella 🍁49
Asavella 🍁50
Asavella 🍁51
Asavella 🍁52
Asavella 🍁53
Asavella 🍁55
Asavella 🍁56
Asavella 🍁57
Asavella 🍁58
Asavella 🍁59
Asavella 🍁60
Asavella 🍁61
Asavella 🍁62
Asavella 🍁63
Asavella 🍁64
Asavella 🍁65
Asavella 🍁66
Asavella 🍁67
Asavella 🍁68 pt.1
Asavella 🍁 68 pt.2
Asavella 🍁69 pt.1
Asavella 🍁 69 pt.2
Asavella 🍁70 (A)
Asavella ending?
ENDING ASAVELLA
EPILOG
ARKHAN : AKU JUGA PERNAH BAHAGIA
VOTE COVER ASAVELLA
OPEN PRE ORDER ASAVELLA

Asavella 🍁54

70.1K 6K 622
Von jerukminii

Bugh!                                                                         
Suara dentuman berulang kali bukan dari sebuah benda yang terjatuh atau terbentur dengan benda lain.

Tatkala terdengar jelas, jikalau itu suara berasal dari toilet—yang terlihat bagaimana kepala Asavella dibenturkan pada tiap pintu toilet. Tangan-tangan jahat menarik kasar surai dengan begitu erat—menyeret paksa tubuh Asavella dari kepala dan mengayunkan kepala gadis tersebut dengan keras hingga sekali lagi membentur tembok wastafel.

Sungguh, murka Asa membuatnya berani melawan—mencakar paha lawannya dengan kuku-kuku tumpul beserta kemarahan yang terlihat dari dua netranya—memerah—menahan air mata.

Sialnya Asavella harus merasakan dejavu sekali lagi. Bagaimana gadis-gadis di hadapannya meletakkan tangan Asavella di ubin toilet dan menginjak—menggesek-gesek fantopelnya pada tangan Asavella yang sudah berani melawan.

Sebelum semua terjadi, para gadis ini sudah berencana, memanipulasi Asa dengan berkedok jika Asavella dipanggil Kepala sekolah. Tetapi mereka menggiring Asavella pada toilet.

“Masih berani datang ke sekolah?” Suara gadis itu menginterupsi pendengaran Asavella.

Kepala yang terasa kunang-kunang dengan bibir bawah yang ia gigit begitu keras hingga menimbulkan luka berdarah. Ia lakukan semua hanya untuk tidak mengeluarkan tangisan atau rintihan di kala hal itu membuat sosok gadis bengis merasa puas.

“Hey, kenapa diam? Ayo nangis,” pinta gadis dengan tag nama Nada Laureine. XI IPA EFEKTIF 1.

“AYO NANGIS!!!” raung Nada di depan wajah Asavella dengan tamparan panas yang membuat bekas ruam merah pada pipi Asa.

“Nangis ASA!! NANGIS!” bentak Nada yang mencoba menginjak kembali telapak tangan kanan Asavella dan menggesek-gesek kembali.

Asa hanya menahan—meremas keras rok sekolahnya—memukul-mukul lantai ubin bagaimana semua itu memberitahu reaksi betapa sakitnya tangan kanannya.

“Nangis Asa! NANGIS!!” Tidak habis-habis ia berteriak nyaring pada ruangan toilet.

Asavella hanya menatap datar dengan mata yang terbasahi oleh cairan kental entah dari kapan mengalir melalui kening kepalanya. Baru juga keluar dari rumah sakit. Haruskah ia kembali untuk menjahitkan beberapa luka kembali? Sialan.

“Mana kantong hitam tadi,” ucap Nada pada teman-temannya.

“Nad, udahan yuk,” lirih salah satu gadis berkepang dua seraya memberikan kantong hitam yang entah berisi apa di dalam sana.

“Gak.” tolak mentah-mentah Nada. “Lo gatau, dia benalu! Dia sikopat! Dia pembully sadis! Dia pembunuh! Udah tiga korban dan dari ketiga itu teman kita tewas! Lo mau jadi korban berikutnya?” pekik Nada yang kemudian mengeluarkan sendok dari saku almamaternya.

“Tapi, Nad …”

“Tapi apa? Jalang kek ibunya! Sikopat kek iblis haus daeah! Anak durhaka! Dan pembunuh berkedok pembully sadis masuk sekolahan? Lo gamau kan jadi korbannya?” papar Nada menyuara bagaimana sebegitu menjijikkan dan sejahat apa Asavella di matanya.

Nada sekali lagi mendorong keras
Kali ini untuk gadis berkepang dua itu jatuh. “GUE GAMAU MATI!”

“TAPI LO BUAT GUE MATI BAJINGAN!!!” sambar Asavella yang mendorong Nada hingga terjatuh. Di situlah perlawanan terjadi kembali seusai mengumpulkan sekuat tenaga.

Nada yang tersungkur—langsung merasa emosi. Menendang perut Asavella dan membuat tubuh kurusnya tersungkur kebelakang.

“NGELAWAN LO! DIEM LO ANAK KURANG KASIH SAYANG! LO TAU APA HA!!”

“LO ITU JALANG! JALANG! JALANG KEK MAMAH LO!! WANITA MALAM!!”

“BERHENTI NGATAIN MAMAH YANG GATAU APA APA! MAMAH GUE BUKAN JALANG BAJINGAN!!” bantah Asavella memberi perlawan menarik kaki Nada begitu kasar dan membuat gadis itu terjatuh kembali.

Asavella menyeringai berusaha duduk dan melipat kedua kakinya. “Gue enggak salah denger? Lo lebih jalang dan lo ngatain diri Lo sendiri. Justru yang murahan itu lo, cewek pick me girl.”

"Cara lo teriak, mirip cewek yang digilir dengan murah," sambung gadis itu dengan cara berbisik.

Nada mengepalkan tangan, tidak suka melihat senyuman Asavella. Tanpa peduli dan tidak terima atas perlawanan Asavella langsung menendang kepala Asavella dan membuat sang lawan membentur kembali pada dinding toilet.

Nada dengan cepat membuka kresek. Dimana seisi ruangan toilet mulai dipenuhi aroma busuk. Siapapun di sana akan muntah.

“MAKAN!” Nada mencekok Asa dengan paksa dari cairan cokelat berbau yang terdapat gumpulan nasi, dan beberapa sayuran serta daging suiwiran.

Ya. itu adalah muntahan manusia. Entah dari mana Nada dapat, yang jelas Asavella harus menghabiskan muntahan itu dengan cara memakannya.

“HABISIN!!” Nada menyuapkan kasar berulang kali membuat Asavella mual namun semua itu tidak bisa ia muntahkan kembali. Bagaimana tangan nada meremas mulut Asavella dan membuat tertutup rapat.

“Jangan habisi gue, Nad. Gue gamau mati. Gue mohon …,” mohon gadis itu yang justru wajahnya di guyur sisa-sisa muntahan dari kantong hitam.

Asavella langsung beranjak duduk dan mual-mual. Nada yang melihat hanya menghela napas singkat. Ia berjalan ke arah wastafel. Mencuci wajahnya dan tangan.

“Lo gaakan mati hari ini, Sa. Tapi gue harap pulang sekolah ada berita kematian lo.”

ฅ^•ﻌ•^ฅ


Entah dari kapan dan bagaimana, ketika ia mengerjapkan mata—ia bisa melihat ruangan sudah berpindah pada ruang kesehatan. Bahkan, seragamnya juga sudah diganti dengan seragam baru. Keningnya juga sudah di plester sempurna.

Asavella melihat bagaimana laki-laki tengah berjongkok—menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangan—dengan gestur tubuh yang terlihat secara jelas laki-laki tersebut tengah menangis.

Bahkan Asavella tengah menemukan headset bertengger menutupi dua lubang telinga laki-laki tersebut.

Ketika laki-laki itu mengangkat kepala. Dua netra kembali menatap. Untuk kesekian kali Asavella merasakan detakan yang sama. Netra yang jarang ia temui akhir-akhir ini.

Tidak ada suara dari dua pihak. Hanya netra mereka yang kali ini berbicara. Asavella bisa melihat jemari laki-laki mencoba menghentikan suara dari ponselnya. Ia kali ini beranjak berdiri—berlari kencang dan mendekap seluruh Asavella.

“Maaf aku terlambat lagi,” bisiknya dengan nada yang terlihat jelas diiringi tangisan sesenggukan.

“Maafin aku, Langit,” lirih Saka yang membawa Asavella pada dekapan yang erat.

Tatapan sayu Asa melihatkan kekecewaan. Bukan pada orang yang memeluknya begitu tulus. Namun bagaimana ia memutar otak dengan berangan-angan jika yang melakukan semua ini Brian Claudius dan bukan Saka Biru atau Tio Mahardika apalagi Bagus Mahendra.

Tatkala juga Asa paham. Hanya Saka yang datang tiap dia benar-benar hampir di ambang kematiannya dan membuat malaikat pencabut nyawa menunda untuk mengajak Asavella berpulang.

Saka Biru memendarkan pelukannya. Merapikan rambut-rambu Asavella sesekali ia mengecup kening Asavella, kemudian turun pada mata dan hidung. Hingga berakhir mengecup begitu lama bibir Asavella.

Dua pupil Asavella membulat besar. Betapa dekatnya wajah Saka dengan wajahnya. Brian bahkan tidak pernah melakukan ini. Kecupan bibir pertama diambil oleh Saka Biru Pratama.

Saka membuka mata perlahan karena mendapatkan rasa asin dari cairan yang mengalir dari netra cantik gadis tersebut.

“I Love you,” refleks Saka ketika bersuara dengan napas yang beradu sesak begitu dekat.

Asa menundukkan pandangannya. “ Kenapa Semua laki-laki begitu mudah mengatakan kata cinta? Tapi ... I love you too, but I can’t have you.”

Entah belati atau seratus tusukan bolpoin yang tiba-tiba membuat sakit jantung Saka ketika mendengar jawaban Asavella. Kata cintanya tidak begitu tulus, tetapi kalimat terakhirnya terasa begitu jujur.

“Aku ingin bersamamu,” gumam Saka yang mencoba menurunkan pandangannya melihat tangan kanan Asavella kembali dibalut perban putih. “Melindungi mu. Menjaga mu.”

“Jangan,” tolak Asavella dengan gelengan samar.

“Kenapa? Karena hatimu masih terisi oleh masa lalu atau ada yang baru?” tanya Saka dengan nada sopan.

“Bukan, Saka. Bukan itu,” sahut Asavella.

“Lalu?”

“Tidak ada bidadara yang dikirim Tuhan untuk ke Neraka.”

Saka tersenyum tipis. Ia salah tingkah. “Kamu paham kenapa aku jatuh cinta kepadamu?”

Asa menggeleng.

“Karena kamu ajarin aku, jika mencintaimu tidak harus memiliki raga dan jiwamu.”

“Dan kamu tertarik?” tanya Asavella seraya memiringkan sedikit kepalanya ke kanan.

Saka mengangguk. “Karena kamu mengajari aksara cinta. Secandu narkotika. Hingga akhirnya menaruh asa untuk harsa bersama indurasmi nan lintang di bumantara malam.”

Asa hampir tersenyum. Dan berkata. “Beda yah, anak IPS kalo udah main diksi. Brian juga suka pakai bahasa baku kalo udah … maaf.” Sekali lagi Asavella melakukan kesalahan.

Ia menyelipkan nama Brian di obrolan romantis yang di bangun Saka. Manakala Saka marah, itu hal mustahil. Laki-laki itu hanya tersenyum tipis.

“Kepala mu masih sakit?” Saka mencoba mengganti obrolan—menetralkan suasana.

Asavella hanya menggeleng. “Tadi kenapa nangis? Lagi denger musik apa?”

“Kamu mau denger?” Saka mencoba duduk di bangkar Asavella. Ia mencoba memasangkan satu headset bertengger pada telinga kiri gadis tersebut dan kemudian memutar lagu.

Asavella menoleh ke kiri menatap visual Saka yang terlihat tenang. Bagaimana lagu itu terputar. “Kenapa kamu suka lagu kayak gini?”

Lagu yang tengah diputar adalah lagu milik Awdella - Tertawan Hati. Saka hanya tersenyum tipis dan kemudian menjawab pertanyaan sang gadis. “Selain menjadi penenang. Musik juga sebagai salah satu cara untuk menyampaikan perasaan lewat lirik dan maknanya.”

Asavella menunduk. “Apa kamu lagi menyampaikan perasaanmu lewat tiap bait lirik dari lagu ini?”

Saka menundukkan kepala dengan tarikan napas panjang dan mengeluarkan dari mulut.

Tatapan sayu kembali Saka dapat dari wajah sang gadis. Bahkan gadis itu juga memberikan satu pertanyaan. “Kenapa harus aku, Ka?”

“Karena kamu membuatku menghilangkan rasa trauma akan masa laluku dan membelaku di kala yang lain menjatuhkan mentalku karena trauma ku soal aku tidak tertarik dengan perempuan,” jelas Saka yang begitu jujur.

“Aku gamau kehilangan dia untuk kedua kali. Dan dia itu sekarang adalah kamu.”

Asa menggeleng. “Kenapa harus aku? Diluar sana masih banyak yang baik dari aku. Sama aku lebih banyak lukanya.”

“Ini bukan seberapa banyak jutaan gadis di luar sana yang lebih sempurna ataupun lebih bisa bikin aku bahagia, Asa,” tekan Saka di tiap kata-katanya.

“Ini tentang aku dan duniaku.”

“Lantas jika duniaku ada di hadapanku, kenapa aku harus mencari yang bukan duniaku?"

Asa menghela napas berat. Ia membuang pandangannya pada laki-laki yang tengah membuka pintu dengan napas terengah-engah. Pipinya juga basah bahkan diikuti langkah seseorang dari belakang. Pandangannya turun, melihat tangan lain menggenggam tangan seorang gadis dan Asavella melihat Brian sekali lagi menggenggam tangan Jysa.

“Ternyata selama ini aku hanya mengisi harinya bukan hatinya,” lirih Asavella yang keluar dari topik pembicaraan.

Saka yang masih tidak sadar dengan kehadiran Brian. Ia menyahur dialog Asavella. “Lantas kenapas kamu masih bertahan? Harusnya kamu meninggalkan dan bukan memiliki mengorbankan perasaan yang dibayar dengan kekecewaan.”

PENGUMUMAN TELAH BERPULANG TEMAN KITA NADA LAURINE MURID DARI KELAS XI IPA EFEKTIF 1. SEKALI LAGI TELAH BERPULANG TEMAN KITA, SEKALIGUS SAUDARI DAN JUGA KELUARGA SMA MERPATI SILA LIMA MURID DARI KELAS IPA EFEKTIF 1.

Lagi?

Harus ya?

ฅ^•ﻌ•^ฅ

Next?

komen banyak banyak ya ฅ^•ﻌ•^ฅ

pesan untuk Saka Biru?

pesan untuk Brian Permana?

pesan untuk Tio Mahardika?

pesan untuk Bagus Mahendra?

pesan untuk Harta Javier?

jangan sungkan-sungkan buat kirim pesan dan wall ke aku ya. makasih sekali lagi yang usah baca ceritaku(〒﹏〒)






Weiterlesen

Das wird dir gefallen

1.3K 1K 22
"Aku mencintainya, tapi aku juga menyayangi orang lain." -All "Don't expect too much, manusia itu gampang berubah." -Sya "Jangan merasa penting dalam...
ALUNAZKA Von pjmin

Jugendliteratur

449 192 7
(Follow sebelum baca) ****** Seorang remaja yang tahun ini genap 17 tahun, Alana adalah seorang piatu yang menghabiskan hidupnya dengan sang Ayah. S...
1.1K 174 8
Perasaan cemas yang berlebihan. Orang yang di diagnosa ANXIETY mereka adalah orang-orang yang hebat, bahkan akan lebih hebat lagi jika dia bisa mele...
7M 295K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...