Happy reading!
~•~
Pagi harinya, Gane sudah ada di pasar. Ia memutuskan untuk berjalan-jalan setelah sekian lama. Tentunya ia menggunakan tudung agar tak ada yang mengenali. Tak lupa Gane juga menyamarkan auranya.
Suasana pagi di pasar ini begitu ramai. Dari yang berjualan bahan makanan sampai pakaian.
Gane mendekat ke salah satu pedagang yang menjual batu dan benda sihir.
"Berapa harga batu ini?" tanya Gane mengangkat sebuah batu berwarna ruby.
"Karena batu itu langka, jadi harganya mahal, sekitar 80 keping emas. Batu itu juga bukan batu biasa, jika yang memilikinya mempunyai kekuatan sihir, batu itu akan menyesuaikan kekuatannya dengan si pemilik."
"Menarik."
"Apa anda tertarik membelinya tuan?" tanya sang pedagang tak yakin. Pedagang itu hampir jantungan ketika Gane memainkan batu berharga itu dengan melempar-lemparnya.
"T-tolong jangan dilempar Tuan," ujar si pedagang dengan wajah panik.
"Hm, baiklah aku akan membelinya."
Gane memberikan sekantong keping emas pada pedagang tersebut. Satu kantong kira-kira berisi 100 keping emas.
"Ini t-terlalu banyak Tuan."
"Anggap saja bonus untukmu," kata Gane berlalu setelah menyimpan batu itu dalam saku. Tadinya dia kira batu ini palsu tapi ternyata asli, bahkan seharusnya harganya lebih dari 200 keping emas.
"Terima kasih banyak Tuan."
Gane beralih ke pedagang makanan. Ia melihat banyak anak-anak yang berkumpul di pedagang itu. Penasaran, Gane mendekat, ternyata pedagang itu menjual permen gulali.
"Aku ingin beli gulali itu, tapi aku tak punya uang," gumam seorang anak lelaki menundukkan kepalanya. Tak sadar Gane perhatikan.
"Aku belikan."
Anak laki-laki itu mendongak menatap Gane.
"Iya."
"Terima kasih kakak."
Gane juga membeli semua permen untuk dibagikan ke anak-anak lain. Remaja itu memakan permennya dan melanjutkan perjalanan.
"Bagaimana rencana kita, kapan akan terlaksana?"
Suara itu membuat Gane menghentikan langkahnya. Ia berhenti di depan sebuah bangunan tua, di depannya ada dua orang pria paruh baya tengah mengobrol. Tanpa menimbulkan suara ia duduk di depan bangku, agak jauh dari sana tapi tetap bisa mendengar percakapan itu. Walaupun dia belum tahu mereka akan membicarakan apa, tapi dia merasa bahwa harus mendengarkan pembicaraan dua pria itu.
"Sepertinya sekarang belum saatnya, apalagi sekarang ada pangeran kekaisaran itu di istana."
"Hm kau benar juga, aku tak sabar melihat Yang Mulia menduduki tahta setelah membunuh anak kecil itu. Bisa-bisanya juga rakyat setuju, padahal kita sudah berusaha susah payah menggiring opini, sial sekali anak itu malah bangun. Harusnya kita bunuh saja dari awal waktu dia kritis."
Dalam hati Gane bertanya-tanya. Siapa yang dimaksud Yang Mulia oleh mereka?
Ia harus segera menyelidiki hal ini. Tidak mungkin kan dia menyerah dan membiarkan tahta jatuh pada orang yang salah?
Padahal dia ke pasar untuk berjalan-jalan, siapa sangka akan bertemu dengan dua pria bau tanah menyebalkan itu. Awas saja kalau sudah terbongkar, akan dia cincang sampai habis tubuhnya.
Secepat kilat Gane berteleportasi ke tempat Alan berada.
"Anda membuat saya terkejut, Yang Mulia!"
Gane melihat Alan yang baru saja keluar dari kamar mandi dan masih bertelanjang dada. Gane duduk di sofa, melipat tangannya di depan dada.
"Apa kau tau siapa dalang dari rencana kudeta yang pernah kau bicarakan waktu lalu?"
Alan terdiam sejenak.
"Saya menduga jika Duke Halls dalangnya, tapi belum saya selidiki lebih lagi karena saat itu saya fokus dengan hal lain."
"Hal lain? Apa?"
"Mencari anda di dimensi antah barantah," balas Alan datar, pemuda itu sudah mengenakan bajunya.
"Haha kau ini lucu sekali." Gane tertawa garing.
"Tadi aku melihat dua pria paruh baya tengah membicarakan kudeta."
"Anda darimana?!" tanya Alan tak santai.
"Pasar."
"Saya sudah katakan jika anda tidak boleh keluar sendiri, harus bersama saya atau dengan pengawalan, apalagi keadaan di luar belum stabil."
"Kau ini cerewet sekali, lebih baik sekarang kita selidiki siapa dalangnya."
"Dasar keras kepala," guman Alan.
"Apa kau bilang?!"
"Tidak, saya bicara sendiri."
Alan mengelus dadanya sabar. Ia menyadarkan dirinya sendiri jika yang ada di hadapannya ini adalah rajanya, atasannya yah walau sikapnya masih sering kekanakan seperti ini.
***
"Salam Yang Mulia, saya datang untuk membicarakan hasil penyelidikan selama tiga hari ini."
Gane memberikan gestur pada Alan untuk mendekat padanya yang kini tengah berdiri di dekat jendela memandang lingkungan luar. Remaja itu menghembuskan nafasnya, lalu mengucap mantra. Seketika muncul cahaya putih melingkupi ruangan kerja Gane. Cahaya putih itu dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan siapa yang tahu kan jika di istana ini ada penyelundup yang tengah menguping pembicaraan mereka dengan kata lain, ruangan itu dibuat kedap suara.
"Katakan."
"Menurut penyelidikan saya, sudah terbukti jika Duke Halls dalangnya. Selama ini sejak Raja Edzard ke VII masih memerintah, beliau sudah merencakan hal ini. Pelan-pelan dia memerintahkan anak buahnya untuk menghancurkan image ayah Yang Mulia dengan menyebarkan rumor-rumor tak berdasar misalnya rumor seperti ayah anda yang hanya mempedulikan kaum bangsawan, dia juga mengajak bangsawan desa untuk bekerja sama dengan melakukan korupsi agar dana perbaikan desa dan dana untuk mensejahterakan daerah tak tersampaikan. Hal itu menyebabkan daerah terpencil semakin miskin dan sengsara. Kemudian hal itu lama kelamaan sekarang tersebar hingga hampir seluruh negeri. Rakyat menuntut pemimpin yang adil, ada banyak rumor juga tentang anda. Banyak rakyat jadi meragukan kemampuan anda dan takut bahwa anda sama saja dengan raja sebelumnya yang dirumorkan tidak memperhatikan rakyat kecil."
"Baiklah aku mengerti."
"Namun banyak pula rakyat yang mendukung anda, jangan khawatir Yang Mulia," ujar Alan yang melihat seperti ada awan mendung melingkupi Gane.
"Bukan itu yang kukhawatirkan Alan. Aku ingin segera memperbaiki anggapan mereka tentang ayahanda. Bisa-bisanya Duke sialan itu berbuat hal murahan seperti ini." Gane mengepalkan tangannya. Ia sungguh geram, ayahnya sudah tenang disana tapi tikus-tikus menyebalkan itu sungguh menganggu.
"Lalu apa ada alasan pribadi dendam atau apapun itu selain karena Duke Halls yang gila kekuasaan?"
Gane menanyakan hal itu karena sepengetahuannya ayahnya dan Duke Halls bisa dikatakan teman dekat.
"Kalau untuk itu saya tidak tahu Yang Mulia, mungkin kita butuh bantuan penyihir untuk mencari tahu hal itu."
"Baiklah, setelah ini panggilkan penyihir terhebat di negeri ini."
***
Gane versi artnya, ganteng kan😌
Tenang aja genrenya gak berubah, masih ada bro bronya, tp nanti wkwk
Jan lupa vomment ✨
17/03/23