My Teacher || NoHyuck

By Lin-lang

18K 1.9K 64

‼️JANGAN SALAH LAPAK‼️ ⚠️Gender Switch⚠️ Yang orang-orang tahu, Pak Jevan itu baik, ramah dan tegas. ... More

O.O
O.1
O.2
O.3
O.4
O.5
O.6
O.7
O.9
1.O
1.1

O.8

1K 147 4
By Lin-lang

Sang malam sudah tiba. Badan Haera sudah benar-benar pulih, suhunya sudah normal dan sekarang ia tengah berkutat dengan buku fisikanya.

Kalian tentu ingat bahwa ia besok akan melaksanakan ulangan harian mapel tersebut dan yang mengajar itu adalah suaminya sendiri alias Jevan. Jevan adalah guru fisikanya, mapel yang sangat Haera tidak suka.

"Ah pusinggg. Ini gimana sih?! Kan pake rumus yang ini tapi diketahuinya gak lengkap, ini si Rena bisa dapet segini gimana caranya?!"

Inilah hasil jika mengerjakan PR main menyalin tugas teman sekarang dibuat pusing karena tidak tahu cara mendapatkan hasil ini dan itu.

Haera sandarkan tubuhnya dikursi belajarnya, ia benar-benar sudah pusing melihat rentetan rumus yang tak bisa ia hafal dan mengerti.

"Apa tanya Jevan ya? Dia kan gurunya, siapa tau gue dikasih bocoran!" Haera tegakkan badannya dan bergegas menemui Jevan sambil membawa buku-bukunya.

***

"Jevan." panggil Haera dengan ragu saat melihat Jevan yang terlihat sedang sibuk ditemani laptop dipangkuan.

Jevan tolehkan perhatian ke Haera yang memanggil, "Hm? Kenapa Haera?"

"Um.. itu, aku.." Keberanian Haera lenyap, malah ragu yang hinggap. Buku yang ia sembunyikan dibelakang tubuh ia pegang erat.

Melihat Haera yang terlihat ragu-ragu, kening Jevan tambahkan kerutan, "Kenapa?" tanya Jevan sekali lagi.

"Kamu lagi sibuk, ya?" Akhirnya kalimat itu yang dikeluarkan Haera.

"Enggak, ini saya cuma lagi rekap nilai ulangan harian kelas 12 IPA 4 tadi. Dibelakang kamu itu apa?" Kini giliran Jevan yang bertanya. Tangan Haera yang menyembunyikan sesuatu dibalik tubuh malah jadi perhatian Jevan.

Haera tunjukan buku tulis serta buku paketnya ke hadapan Jevan, yang sudah sangat Jevan hafal buku apa itu, "Sebenernya aku mau minta diajarin, tapi kalo kamu sibuk gak jadi deh."

Jevan tersenyum lalu menepuk space kosong samping dirinya di sofa tempat ia duduki, menyuruh Haera mendekat. Haera pun maju dan duduk tepat samping Jevan, bukunya ia pangku.

"Yang mana yang kamu gak paham materinya?" tanya Jevan, laptopnya bahkan ia singkirkan sejenak dari pangkuan, perhatiannya ia pusatkan kepada Haera.

"Semuanya hehe." Cengiran Haera tunjukan membuat Jevan tersenyum tipis.

"Yaudah kalo gitu kita belajar materi yang bakal saya ujikan di soal ulangan harian besok ya?"

Mendengar itu kepala Haera mengangguk semangat. Mereka berpindah duduk menjadi dibawah karpet bulu-bulu agar lebih mudah untuk menulis.

Haera perhatikan setiap cara yang Jevan jelaskan, awalnya memang seperti itu tapi perhatiannya malah terkunci ke wajah Jevan yang sialnya tampannya berkali-kali lipat saat sedang serius seperti ini, mengunci perhatian Haera dari dunia.

"Yang saya omongin ada dibuku Haera, bukan di wajah saya."

Mendengar itu Haera gelagapan saat mata tajam Jevan bertemu pandang dengan matanya, aduh dia malu sekali ketahuan tidak memperhatikan.

"Paham gak sama apa yang saya jelaskan tadi?" tanya Jevan.

"Itu..."

Jevan menghela nafas kala melihat Haera yang menunduk takut--entah takut padanya atau malu. "Kamu boleh lihat wajah saya sepuasnya Haera, tapi kali ini saya lagi ngejelasin materinya, gimana mau paham kalo yang kamu lihatin wajah saya?"

"Maaf, Jev. Janji deh kali ini serius!"

Jevan pun mengangguk. "Oke, perhatikan kali ini yang saya jelasin, ya?"

Haera mengangguk serius sebagai jawaban.

Menit-menit pun berlalu, Haera sudah lebih paham dari sebelumnya ternyata diajarkan secara empat mata seperti ini malah tambah cepat untuk dimengerti.

"Sampai sini ada yang mau kamu tanyain?" tanya Jevan.

"Gak ada sih, aku udah lumayan paham."

"Bagus, kalo gitu saya kasih kamu soal latihan, kalo kamu bener ngerjain satu soal bakal saya kasih bocoran satu soal ulangan harian nanti."

Mendengar itu tentu Haera menjadi semangat, senyumnya merekah. Memang tidak salah idenya meminta tolong kepada Jevan.

"Tapi, kalo kamu salah satu soal tentu ada hukumannya."

Senyuman diwajah Haera langsung hilang begitu saja kala mendengar itu. "Hah? Masa ada hukumannya??"

"Ya iyalah biar seru."

"Apa emang hukumannya?"

"Kiss me."

Plak!

"MESUM!" reflek Haera pukul lengan Jevan dengan buku miliknya

Jevan terkekeh, "kenapa sih? Kan udah sah jadi gapapa dong?"

"GAK MAU IH! Yang lain ajaaa."

"Gak mau, saya maunya itu. Ya kalo kamu gak mau ya jangan sampe salah ngerjain, gampang kan?"

Haera mendengus kesal. Tapi benar juga sih, dia gak boleh sampai salah mengerjakan aja rulesnya. Lagipula ia sudah lumayan paham dengan materinya, sepertinya not bad jika dicoba toh kalo benar mengerjakan ia akan diberi bocoran soal.

"Yaudah lah, tapi jangan susah-susah awas aja." Tanpa menjawab, Jevan hanya mengangguk sambil tersenyum.

Ia pun mulai menulis, membuatkan beberapa soal untuk Haera. Setelah selesai ia berikan kepada Haera yang menunggu dengan perasaan campur aduk.

"Jarum panjang ke angka dua harus udah selesai ya?"

"Dih kok pake waktu?!"

"Biar makin seru."

"Sera-seru gue nya tertekan!" Jevan mengabaikan protesan Haera itu, ia hanya terkekeh.

Haera pun mulai mengerjakan soal yang diberikan oleh Jevan dengan dengusan. 'Ini serius? Kalo gue salah, gue harus cium Jevan gitu?'

Melihat Haera yang tengah fokus mengerjakan, Jevan pun mengambil laptopnya yang berada tak jauh darinya untuk melanjutkan rekap nilai sambil menunggu Haera selesai.

***

"Udah selesai?" tanya Jevan saat melihat jarum jam sudah menunjukkan ke angka dua seperti yang Jevan bilang tadi.

"Bentar pleaseee! Aku lupa satuannya."

"Lima..." Jevan mulai berhitung mundur membuat Haera makin panik.

"Sabar astaga!"

"Empat."

"Aduh cm apa meter ya??"

"Tiga."

"Gausah pake satuan ya?? Aku serius lupaaa"

"Dua."

"AAAH BENTAR!"

"Satu. Abis, sini saya periksa." Tanpa babibu Jevan langsung mengambil paksa kertas soal yang dipegang Haera

Haera hanya bisa mendengus dengan pasrah padahal ini hanya latihan biasa tapi deg-degannya seperti tengah ulangan semester.

Melihat Jevan yang tengah mengoreksi membuat jantung Haera berdegup tak karuan.

"Nomor satu benar. Nomor dua juga. Nomor tiga.... Hm?"

Melihat Jevan yang mengernyit seperti itu membuat Haera panik, "Salah ya? Perasaan kayaknya bener nomor tiga."

"Iya bener, kamu nulis angka delapan kayak enam."

"Gausah angka shaming!"

Mengabaikan protesan Haera, Jevan lanjut mengoreksi. Saat melihat jawaban Haera untuk soal nomor empat, tersunggingkan sebuah senyum miring di bibir Jevan.

"Nomor empat kamu salah."

"HAH?!" Haera melotot sampai menaiki sofa dan duduk di sebelah Jevan. "Salah apanya??"

"Satuannya kamu salah."

"Ihh satuannya doang kan? Angkanya bener kan?? Ya gapapa lah ya? Ya? Ya?"

"Enggak bisa, masih saya tolerir kalo kamu gak pakai satuan, ini kamu nulis satuannya bener-bener melenceng."

Haera diam. 'Bangsat, bener tadi berarti kata gue gausah ditulis aja satuannya. Sekarang gue harus apa???'

"So?" Jevan melihat Haera dengan pandangan jahilnya, membuat Haera menggigit bibirnya gugup, "The punishment?"

'holy shit..!'













°•°to be continued°•°

AAAAA SUDAH BRP LAMA
AQ TDK UPDATE????

APAKAH KALEAN KGN SM AQ???
TENTU TIDAK PASTI

aduh keyboard aku jebol td, mmf

btw bsk hari senin tp aku suka, karena apa???
yap betul, karena bsk aku libur hehe:3

kalo mood ku bagus, aku update lg
ga tau bsk atau lusa updatenya tapi
psti update dlm wktu dekat utk
lanjutan chp ini(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)

udh segitu aja, paipai(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

•°•MY TEACHER•°•

Continue Reading

You'll Also Like

89K 9K 37
FIKSI
413K 30.6K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
140K 13.8K 25
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...
AZURA By Semesta

Fanfiction

219K 10.6K 23
Menceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendap...