Fake Bride - BNHA Fanfict (Co...

By slayernominee

17.4K 2.7K 271

Berubah status dari rakyat biasa menjadi bangsawan, tidak membuat Midoriya bahagia. Karena dia sebenarnya han... More

Prolog
°1°
°2°
°3°
°4°
°5°
°6°
°7°
°8°
°9°
°10°
°11°
°12°
°13°
°14°
°15°
°16°
°17°
°18°
°19°
°20°
°21°
°22°
°23°
°24°
°25°
°26°
°28°
°29°
°30°
°31°
°32°
°33°
°34°
°35°
°36°
°37°
°38°
°39°
°40°
°The End°

°27°

323 55 2
By slayernominee

.
.
.
.
.

Kirishima berjalan melewati lorong panjang. Beberapa pelayan dan prajurit yang berpapasan dengannya membungkuk hormat dengan balasan sapaan hangat dari jenderal itu. Setelah tak ada lagi siapapun di sekitarnya, senyuman Kirishima memudar.

Bukan, dia bukan tengah marah. Hari masih terlalu pagi untuk dia mendapat masalah yang membuatnya emosi.

Tiba di depan sebuah ruangan, Kirishima mengetuk pintu beberapakali. "Midoriya, ini aku."

Hening beberapa saat, namun kemudian terdengar balasan lirih dari dalam. "Ya... masuklah."

Kirishima membuka pintu. Melihat ke dalam ruangan dengan cahaya redup. Dia melangkah masuk dan menutup kembali pintu. Berjalan beberapa langkah ke depan, dia kemudian duduk berlutut.

Pandangannya tertuju pada Midoriya yang terbaring di futonnya dengan berselimut tebal. Gadis itu jatuh sakit sejak dua hari lalu. Dia jatuh lemas saat hendak pergi ke pusat, membuatnya harus istirahat dari seluruh jadwalnya. Hingga saat ini Midoriya masih lemas dan demam ringan.

"Bagaimana perasaanmu?"

Midoriya sedikit membuka matanya. Dia sudah bangun beberapa saat sebelum Kirishima datang, tapi kelopak matanya masih lemah untuk terus membuka.

"Sedikit lebih baik dibanding kemarin..."

"Kau butuh sesuatu?"

"Tidak, terima kasih..."

Kirishima memandang sedih. Padahal dia tengah senang karena akhirnya Midoriya dan Bakugou menjalani hubungan yang sebenarnya. Suasana ruang kerja selama beberapa bulan ini pun penuh dengan sikap pendekatan yang hangat.

Bakugou sudah berkunjung ke kediaman timur kemarin, tidak banyak percakapan yang bisa dilakukan karena kondisi gadis itu. Akhirnya dia bicara dengan Kirishima sebelum pergi.

"Apa hasil pemeriksaannya?"

"Medis mengatakan dia kelelahan."

Bakugou mendengus. "Ada yang aneh, jadwalnya beberapa bulan ini tidak terlalu padat untuk bisa membuatnya kelelahan seperti itu."

"Itu juga membuat tabib bingung, tapi ada dugaan jika daya tahan tubuhnya lemah sehingga dia mudah jatuh sakit di saat tertentu."

Itu mungkin masuk akal, tapi Bakugou tetap merasa janggal. "Saat dia sudah mulai membaik nanti, tanyakan soal riwayat kesehatannya sebelum datang ke istana."

"Baik."

Kirishima berpikir mungkin dia bisa bertanya beberapa hal hari ini. Dia melihat pada Midoriya yang tengah memandang sayu pada langit-langit ruangan.

"Midoriya, bisakah aku bertanya sesuatu?"

Manik hijau Midoriya menatap pada Kirishima. "Ya, ada apa....?"

"Sebelum kau tinggal di istana, apa tubuhmu mudah kelelahan?"

Midoriya menggeleng. "Tidak." Dia setiap hari bekerja dari pagi hingga malam dan mengurus segala kebutuhan di rumah sendirian. Meski begitu Midoriya jarang jatuh sakit, kecuali sakit ringan seperti flu atau batuk.

Mendengar itu, Kirishima juga jadi sama curiganya dengan Bakugou. Mungkin bisa saja perbedaan rutinitas setelah tinggal di istana berdampak berbeda, tapi seperti kata Bakugou, jadwal kesibukannya tetap tidak akan membuatnya sering sakit seperti ini.

"Aku akan pergi ke pusat sebentar, apa kau ingin mengatakan sesuatu pada Yang Mulia?"

Midoriya mendengus geli. "Dia baru saja datang kemarin... aku tidak ingin mengganggu pekerjaannya dengan kata-kata tak berguna."

"Bakugou-sama tak akan berpikir demikian. Dia mungkin malah akan senang mendengar titipan pesan darimu."

Gadis itu tertawa kecil. "Sudah, sana pergilah."

.
.
.
.
.

"Peningkatan ekonomi rakyat perlu kita prioritaskan. Memperluas lapangan kerja, pengurusan perizinan usaha, juga..."

Hana mendengus bosan. Lagi, dia datang menggantikan ayahnya yang ada di luar kota. Meski rapat dihadiri oleh seluruh pejabat inti, dia tak peduli dengan topik yang dibicarakan. Toh ayahnya yang akan mengurus, dia hanya perlu mencatat beberapa hal penting saja.

Namun satu hal yang membuatnya merasa beruntung datang ke rapat itu. Hana menoleh melihat pada putra mahkota yang duduk memperhatikan masukan dari pejabat yang tengah bicara di depan. Bagusnya lagi, Midoriya tak terlihat datang di rapat. Dia bisa puas-puas memandangi Bakugou tanpa harus merasa kesal pada calon permaisuri seperti biasa.

"Yang Mulia, dia semakin rupawan saja." pikirnya dengan tersenyum larut dalam kekagumannya.

Rapat selesai. Menunggu seluruh pejabat lain pergi dari ruangan, Hana pun berjalan mendekati Bakugou setelah situasi sepi.

"Ya–"

"Bakugou-sama." Kirishima datang bicara sebelum Hana sempat memanggil.

"Ada apa?"

Kirishima membisikkan kabar yang akan dia beritakan karena masih ada orang lain di dalam ruangan itu.

Raut Bakugou berubah serius, tapi sebelum dia pergi keluar dengan Kirishima, pria itu menoleh pada pejabat terakhir yang belum pergi.

"Apa kau ingin menyampaikan sesuatu?"

Bakugou dan Kirishima menatap Hana dengan raut datar. Hal itu membuat Hana merasa terintimidasi dan mengurungkan niat awalnya. Dia tersenyum kaku dan membungkuk hormat.

"Saya hanya ingin menyapa Yang Mulia sebelum pergi."

"Ya, terima kasih sudah datang. Berikan salamku pada ayahmu."

"Baik."

Bakugou segera berpaling dan berjalan pergi dengan Kirishima. Seorang diri di ruangan rapat, Hana menatap arah pergi Bakugou dengan amarah.

Dia tahu betul, bagaimana Bakugou nampak nyaman dan senang bersama Midoriya saat dia kebetulan beberapa kali melihat mereka di pusat. Namun tatapan tadi, adalah tatapan dingin yang dia terima.

Hana menggertakkan giginya. "Gadis itu..." Namun dari semua sikap yang Bakugou tunjukkan padanya, dia tahu. Bakugou tak akan pernah bisa jadi miliknya.

"Baiklah." Hana mengepalkan tangannya. "Jika aku tak bisa memilikinya, maka dia juga tak akan kubiarkan memiliki Yang Mulia."

.
.
.
.
.

"Nona bilang dulu dia tidak sering sakit seperti sekarang. Bahkan bisa dibilang dia jarang jatuh sakit sampai harus berbaring berhari-hari." Ujar Kirishima selagi mereka berjalan menuju ruang kerja.

"Jadi memang ada yang aneh. Tapi aku tak yakin itu karena kesibukannya di istana. Apa harus kubuat dia libur setelah sembuh untuk mengeceknya?"

"Ya, itu bisa dicoba."

Mereka sampai. Bakugou duduk merebahkan punggung di kursinya. "Bagaimana kondisinya hari ini?"

"Masih harus berbaring, tapi sudah sedikit membaik. Ah, maaf karena tak ada titipan pesan. Nona bilang dia tak ingin mengganggu kerja Anda dengan kata-kata tak berguna."

Bakugou menghela napas. "Berhentilah iseng menggodanya, terutama saat dia sakit."

"Hee... tapi Yang Mulia setidaknya ingin mendengar sedikit dari Nona, kan? Meski jika itu hanya sapaan biasa."

Hal itu membuat wajah Bakugou sedikit memerah. Tapi dia tetap memasang tatapan galaknya. "Berisik, aku bisa ke sana kapan saja aku mau, jadi berhentilah bersikap menyebalkan."

"Haha, maaf, maaf." Kirishima menghela napas. "Jadi, apa nanti Anda akan datang?"

"Jadwalku sedikit lebih sibuk dari biasanya, beberapa hari lagi baru aku bisa ke sana."

"Baiklah, saya akan sampaikan pada Nona. Juga soal rencana tadi saat dia sembuh nanti. Saya permisi."

.
.
.
.
.

Dengan kerja keras Sumire memberikan perawatan ekstra, Midoriya akhirnya cukup sehat untuk bisa berjalan-jalan di sekitar kediaman timur. Kirishima bilang dia diberi libur dari pekerjaan pusat, jadi dia tak perlu buru-buru dan menggunakan waktunya untuk menyembuhkan diri secara perlahan.

Kini Kirishima tengah menemani gadis itu berkeliling mengintari kebun, kolam, dan sebagainya. Karena hampir setiap hari dia pergi ke kediaman pusat, Midoriya baru tahu ada beberapa perubahan di timur. Sumire bilang dia memang kerap mengubah sedikit suasana pada setiap musim berganti.

Saat menginjak waktu siang, Bakugou datang berkunjung. Dengan senang hati Midoriya menyambutnya, beberapa hari tidak melihat sosok putra mahkota itu membuatnya sedikit kesepian.

"Maaf aku tidak datang beberapa hari ini."

Midoriya menggeleng. "Memang bukan kewajiban Anda untuk datang ke tempat ini setiap hari. Penyembuhan saya juga berjalan dengan baik, jadi Yang Mulia tidak perlu khawatir."

Mereka berbicara santai selagi menikmati secangkir teh di tepian teras kebun pribadi Midoriya. Menceritakan keseharian, hal-hal yang membuat lelah, puas, dan semacamnya. Midoriya tertawa saat mendengar Koshi yang cerewet soal bagaimana Bakugou harus selalu tepat waktu pada setiap jadwalnya, meski Bakugou sendiri sudah selalu disiplin.

Waktu beranjak cepat, langit sudah berhiaskan cahaya senja tanpa mereka sadari. Bakugou akan segera kembali ke pusat.

"Besok aku akan pergi ke kota. Apa kau menginginkan sesuatu?"

"Hm... satu buku baru saja sudah cukup."

Bakugou ingin bertanya apa Midoriya tidak menginginkan perhiasan seperti layaknya perempuan bangsawan pada umumnya, tapi dia mengurungkan niatnya. Midoriya pasti akan menjawab tidak, jadi lebih baik dia belikan langsung saja tanpa perlu bertanya.

"Ya sudah, besok kubelikan." Bakugou mengusap surai Midoriya dan kemudian menangkup separuh sisi wajahnya, melihat gadis itu masih agak pucat. "Istirahatlah, aku akan datang lagi."

Midoriya meletakkan tangan di atas tangan Bakugou yang membelai wajahnya, tersenyum mengangguk. "Ya, saya akan menunggu."

.
.
.

Bakugou bersama Koshi membahas soal kepemilikan merek dagang yang akan istana beli di hadapan mereka itu. Menambah investasi istana harus selalu disertai dengan perhitungan rinci, jadi mereka sangat serius membicarakan keuntungan apa yang akan negara dapat.

"Delapan puluh persen merujuk ke hasil positif, bagaimana menurut Anda?"

"Kita beli."

"Baik, saya akan mengurus seluruh persyaratannya." Koshi membungkuk dan pergi untuk bicara dengan pemilik merek dagang tersebut.

Menunggu Koshi selesai dengan urusannya, Bakugou melihat ke sekitar pelabuhan umum tempat dia sekarang berada. Tempat terjadinya banyak perdagangan penting itu cukup berkembang sejak terakhir kali dia memeriksa. Itu bagus, tapi masih ada beberapa usulan dan keluhan yang masuk dari para rakyat soal pelabuhan, jadi dia masih harus memikirkan cara baru untuk semakin membuat tempat itu lebih baik lagi.

Mengingat-ingat soal keluhan dan mencari solusi di dalam kepalanya, Bakugou berdiri diam menatap pada kesibukan pelabuhan, mode berpikir membuatnya melamun tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Soal itu..."

Tap..tap..tap...

"Hm?" Bakugou menoleh saat mendengar suara itu. Lamunannya membuat dia baru saja sadar jika ada seseorang di dekatnya.

Prang!

"Oh, astaga..."

Kirishima buru-buru masuk ke dalam ruangan begitu mendengar suara barang pecah. "Midoriya, kau baik-baik saja?"

"Ya, aku tak sengaja menjatuhkan vas lamaku..." Midoriya berlutut untuk mengambili pecahan yang ada di bawah kakinya. "...untungnya vas ini kosong, jadi tak ada tambahan kekacauan lainnya."

Kirishima ikut berlutut, membantu membereskan pecahan yang bertebaran berantakan dengan hati-hati.

"Itta–!" Pekik Midoriya saat sebuah pecahan melukai jarinya.

"Kau baik-baik saja? Biar aku yang bersihkan sisanya, sedikit melangkah mundurlah dari sana atau kakimu juga akan terluka."

"Ah ya, terima kasih..." Midoriya melihat pada jarinya yang mengalirkan darah, terdiam.

Kirishima menatap bingung. "Ada apa? Apa itu sangat sakit?"

"Entah kenapa..." darah dari lukanya mengalir hingga ke telapak tangan dan pergelangan tangannya. "...aku mendapatkan firasat buruk..."

STAB!

Manik crimson Bakugou melebar, dia terdiam terkejut. Orang itu, tiba-tiba saja, menusukkan pisau ke perutnya.

"YANG MULIA!"

.
.
.
.
.

Continue Reading

You'll Also Like

1.9K 187 7
Lian itulah nama nya sahabat ku sekaligus pria yang kucintai ntah apa yang ia pikirkan saat teman nya sendiri seorang h*mo terlebih lagi si h*mo itu...
4.3K 578 21
lirik lagu P1HARMONY cek lirik berikut nya di akun @baek_soul, karena di akun ini sudah tidak terpakai.
727K 67.9K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
330K 35.7K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...