Pojok Ambigu Otak Kanan

By vermoza

11.2K 275 13

Kumpulan sampah dalam otak yang dirasa sayang untuk dilupakan More

Tempat Spesial Kita
Terima Kasih
Second Chance
Conversation
Eyes
Bus Stop
Hunter With No Name
Old Friend
Captain
Daydream
Opposite
Meet Again
24 Hours
Chocolate
LOST
Hey Ratu
The Mechanic
Gelap
Aku Siapa?
Signal
MiraTelli

Can of Coffee

312 9 0
By vermoza

Hampir 6 jam aku duduk di depan layar komputer yang menampilkan sebuah lembaran putih bersih tanpa noda. Aku hanya terpaku melihat lembaran itu, berusaha menggali setiap ide yang ada di dalam otakku dengan tujuan agar aku mampu menuliskan sesuatu yang menarik untuk dinikmati oleh orang banyak.Sebenarnya aku sudah mulai lelah melakukan ini, dan tadinya lembaran itu tidaklah putih bersih seperti sekarang. Berkali kali aku menuangkan setiap ide yang dibalut dengan imajinasiku yang bisa dibilang masih bekerja dengan cukup baik. Entah kenapa selalu saja ada kendala yang menghalangiku untuk menyelesaikan karyaku ini. Mulai dari ide yang tiba tiba stuck dan sulit untuk kukembangkan, atau cerita yang kuanggap tidak menarik dan terkesan terlalu mengada ada, jika aku menganggap cerita yang kutulis tidak menarik bagaimana dengan orang orang yang akan membacanya nanti ? ya karena beberapa kendala itu aku kembali menghapus noda noda di lembaran itu, membuatnya kembali terlihat polos hingga saat ini.


Beberapa artikel yang kubaca di internet mengatakan bahwa yang kualami ini adalah hal yang biasa, bukan hanya aku saja yang mengalaminya tetapi beberapa penulis ternama di luar sana juga pernah merasakan apa yang aku alami. Yah aku tau itu, tapi entah kenapa aku tetap merasa ada yang salah, entah apa itu. Padahal dulu aku cukup lancar menuliskan setiap ide ideku, mulai dari kisah romansa yang mainstream hingga beberapa cerita dengan twist yang kubuat hanya untuk sekedar kepuasanku tersendiri. Memang beberapa ceritaku sebelumnya ada juga yang cukup mengada ngada tetapi entah kenapa semua itu terasa pas, berbeda dengan saat ini.Ah aku menyerah, mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk menciptakan suatu karya.


Kumatikan komputer yang sudah menyala cukup lama dan mengambil jaket baseball yang tergantung di balik pintu, warnet, itulah tujuanku sekarang.


"Mau main berapa jam bang ?"


"6 Jam aja"


" 12 ribu bang"


Kuambil selembar uang dua puluh ribu dari dompetku dan memberikannya kepada operator yang sedang bertugas. Aku berjalan menuju salah satu komputer setelah menerima kembalianku dan menyalakannya.


"Wiihh udah lama gak nongol, tumben main lagi di mari" Ternyata salah satu temanku sedang menggunakan komputer di sebelahku.


"Iya nih lagi bosen aja di rumah" Aku langsung duduk dan segera membuka salah satu game kesukaanku.


"Bareng ?"


"Boleh, lagian dua orang kampret belom dateng padahal mau maen basket basketan"Tawa renyah terdengar dari mulut temanku itu.


Bisa dibilang sudah cukup lama kami tidak main game bersama, sebenarnya ada 1 orang lagi namun kali ini dia sudah kuliah di luar kota dan sepertinya dia tidak online dalam friend list ku. Tiba tiba aku mengingat kembali masa masa di mana kami sering main bersama, masa di mana kami menghabiskan hampir sebagian besar waktu yang kami miliki untuk sekedar bermain game. Berbagai macam game pernah kami mainkan bersama, mulai dari yang bertema perang, RPG, hingga strategi. Bisa di bilang game menyatukan kami, menghilangkan setiap perbedaan yang ada. Suku, agama dan ras bukan lagi hal yang membatasi pertemanan kami, selama kami bersenang senang semua itu tidak lebih dari omong kosong yang tidak berarti.


Namun sekarang semua berubah, kekuatan waktu tidak dapat kami bendung. Salah satu dari kami sudah membuat game room sendiri dirumahnya, dia yang sekarang berada di sebelahku, dan yang satu lagi sudah berhasil menembus salah satu universitas terkenal di kota pelajar, dan aku masih setia menikmati jasa warnet sembari berusaha menyelesaikan kuliahku. Tapi itu bukanlah masalah besar, meskipun intensitas pertemuan kami berkurang tapi kami masih tetap berteman baik. Pada saat liburan kami selalu menyempatkan untuk bermain bersama, ya karena pada saat itulah kami bertiga bisa berkumpul untuk sekedar melepas candu dan mengingat masa masa indah yang pernah terjadi.


"Wah gak kerasa udah jam segini, gw udahan dulu ya, mau jemput nyokap"


"Yo" Aku melihat temanku beranjak pergi meninggalkan warnet itu.


Hmm kemana dua orang itu ya ? tumben mereka belum menampakkan wujudnya jam segini. Ah sudahlah, lebih baik aku main sendiri saja dulu. Ku arahkan pointer mouse kearah icon game yang bertemakan basket dan bersiap untuk memainkannya. Sebenarnya game ini adalah salah satu yang sangat kunantikan, setelah salah satu developer game indonesia sempat mengeluarkannya namun akhirnya tutup karena sepi peminat, kini game itu hadir kembali dengan membawa nama besar developer internasional dan kali ini game itu datang dengan tampilan dan fitur fitur yang lebih baik.


"Weee main sendiri sendiri aja sekarang ni" Seseorang datang membuyarkan konsentrasiku.


"Eh kurap, ganggu aja, udah buru login biar bareng"


"Ya sabar, baru juga dateng" Dia menekan tombol power untuk menghidupkan komputer yang ada di sebelahku.


"Si kunyuk satu lagi mana ?"


"Dia maen di deket rumahnya, ntar di invite aja"


Akhirnya lengkap sudah personilku untuk bermain game ini. Ya game dengn teman streetball dengan format 3on3. Akhirnya kami mulai bermain, beberapa kali tawa keluar dari mulut kami, beberapa kali saling menyalahkan namun itu hal yang lumrah toh semua itu dilakukan untuk satu tujuan, bersenang senang.Untuk sejenak aku melupakan masalahku dengan tulisan. Seluruh fokusku kupusatkan pada game itu, hingga tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat, kini matahari sudah mulai tenggelam.


"Aku duluan ya," Pamitku pada temanku


"Tumben, dulu pantang pulang sebelum pagi"


"Hahaha, itukan dulu, ada kerjaan lagi ni soalnya" Kerjaan ? hahaha entah kenapa aku menggunakan itu sebagai alasan.


"Oke deh, hati hati"Aku melambaikan tangan pada temanku itu sambil beralan menuju pintu keluar.


Kunyalakan motor tuaku yang berwarna hitam, motor yang dulu katanya adalah motor yang paling irit dan sampai sekarang masih di klaim sebagai motor yang tidak cepat haus, yah kalian mengerti maksudku.Perlahan tapi pasti, pikiran pikiran tentang tulisanku itu kembali merasuk ke dalam otak. Aku kembali mengingat tentang masalah yang sedang kuhadapi, arrrghh itu membuatku semakin malas untuk pulang.


Jika aku tidak pulang sekarang lalu aku harus kemana ? ah lebih baik itu kupikirkan nanti pokoknya untuk saat ini rumah bukanlah tujuanku.


Kugoreskan tinta hitam pulpenku pada lembaran sebuah buku kecil milikku. Kini aku berada di sebuah halte bus yang cukup sepi, motorku terparkir gagah di samping halte itu. Entah kenapa aku memilih tempat ini, mungkin aku hanya lelah akibat berkendara terlalu lama, toh tempat ini juga bukan tempat yang buruk untuk mencari ide


.Aku kembali menuangkan apa yang ada di dalam otakku ke dalam tiap lembaran buku kecilku. Berbagai macam ide tertulis di sana, tapi entah kenapa disaat aku ingin mengembangkan ide tersebut, semuanya selalu berhenti di tengah jalan. Aku selalu merasa ada yang salah dari tulisanku, terkadang aku merasa ini aneh ya perasaan yang sama yang kurasaakan saat aku duduk di depan komputer kamarku.


Sepertinya sudah cukup, kuletakkan pulpen dan buku yang kupengang di sebelahku. Mungkin ini saatnya untuk berhenti, ya mungkin memang aku tidak memiliki bakat untuk menulis, hahaha ternyata ini seperti yang dulu dulu. Sebenarnya menulis bukanlah satu satunya bidang yang kutekuni namun berhenti di tengah jalan, menulis hanyalah salah satu dari sekian banyak hobiku yang tidak kulanjutkan karena menurutku aku tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya, kecuali bermain game.


Kulayangkan pandanganku menuju langit yang mulai gelap. Bintang bintang mulai bermunculan sebagai sebuah titik yang bersinar terang menghiasi hitamnya langit malam. Aku sudah lupa kapan terakhir kali aku menyisihkan waktuku hanya untuk sekedar memandangi keindahan langit malam. Aku memang tidak mengerti rasi bintang dan aku juga tidak mengerti bagaimana mereka bisa melihat suatu objek dari kumpulan titik bintang yang mereka hubungkan dengan garis semu. Yang aku tahu bahwa kumpulan titik bersinar yang terletak secara sembarang itu memberikan sedikit 'sentuhan' manis pada langit malam yang gelap pekat.


*CKIIIT*


Sebuah Bus berhenti di hadapanku, seorang gadis turun dari bus itu. Hahaha lucu, aku pikir gadis muda yang terkesan kekinian seperti dia itu enggan untuk menaiki angkutan umum. Gadis itu menenteng sebuah kantong plastik, hmm aku penasaran apa isinya, lalu dia duduk di halte tempatku duduk sekarang.


Hari sudah malam, apa yang di lakukan gadis ini ? gadis dengan poni depan menutupi dahinya tidak semua sih tapi... arrhh aku memang tidak begitu tahu model rambut wanita, matanya yang besar  dan kantong matanya yang jelas terlihat, hmm sepertinya gadis ini sering terjaga hingga larut, bibir tipisnya, sesekali dia menguap dan menampakkan barisan gigi putihnya yang langsung mengingatkanku pada gigi seekor kelinci.


Hanya suara kendaraan lewat yang terdengar, ya kami terjebak dalam diam. Gadis itu mengambil sebuah sesuatu dari dalam plastik yang dibawanya, sekaleng kopi. Hmm kopi kaleng, mengingatkanku pada sesuatu, tapi apa ya ?. dibukanya kopi kaleng itu dan langsung meletakkan bibir kaleng itu ke bibirnya, seandainya saja kaleng itu hidup pasti dia merasa sangat bahagia bisa merasakan bibir mungil gadis itu, ah pikiranku mulai tidak beres.


Eh gadis itu melihat kesini ? sepertinya dia sadar jika aku memperhatikan dirinya dari tadi, apa yang harus kulakukan ? apakah dia merasa terganggu dengan kelakuanku ? tidak, mungkin aku berpikir terlalu jauh, lebih baik aku tetap bersikap biasa.


"Nih..." Gadis itu menyodorkan satu lagi kopi kaleng yang diapunya kepadaku.


"Hah ?"


"Udah ambil aja, lagian aku gak kuat kalo harus minum dua kaleng" Gadis itu masih mengarahkan tangannya yang sedang memegang kopi kaleng itu ke arahku.


Dasar gadis aneh, dia tahu jika dirinya tidak bisa menghabiskan dua kaleng kopi sekaligus, tetapi dia justru membeli dua kaleng kopi hmmm. Kuterima tawaran gadis itu dan segera membuka kaleng kopi yang tadi dia berikan.


"Terima kasih" tidak ada balasan darinya, hanya sebuah senyum yang mana aku sudah tau artinya terukir di bibirnya.Padahal aku sudah berencana untuk mengurangi konsumsi kopi akhir akhir ini, tapi tak apalah, toh ini gratis juga. Sekarang masalahnya siapa gadis ini, sepertinya dia tidak menganggapku sebagai orang asing, apa dia mengenalku ? atau mung....


*DRASSSSHHHH*


APA ?!!! sial mengapa tiba tiba hujan ? arrrgghh pantas saja dari tadi jumlah bintang di langit sudah mulai berkurang dan cuaca jadi sedikit lebih dingin, ah sial !, kini aku terjebak di sini bersama dengan orang yang tidak kukenal.Haahh, sepertinya alam tidak mengizinkanku pulang sebelum aku mendapatkan ide untuk meneruskan tulisanku.


Tapi bukankah aku sudah memilih untuk menghentikan salah satu hobiku itu ? harusnya aku sudah bisa pulang dengan tenang dan memikirkan hobi yang baru. Sepertinya alam mencoba memberitahukan sesuatu kepadaku, tapi apa ya ?.


"Lagi ada masalah ya ?" Mendadak gadis itu mendekatkan dirinya kepadaku, sepertinya dia memperhatikanku yang berulang kali menghela nafas, ciri orang yang sedang mempunyai beban di pikirannya.


"Sedikit"


"Biar kutebak, masalah sama pacar ?" Sepertinya gadis ini mencoba mengintrogasiku


"Pacar ? aku gak punya yang namanya pacar"


"Terus ?"


"Masalah dengan diri sendiri"


"Aku masih tidak percaya orang kayak kamu gak punya pacar" Oke sepertinya gadis ini mulai sedikit menggangguku.


"Ya, aku masih terlalu hanyut dalam kegiatanku"


"Mau cerita ? itung itung sambil nungguin hujan reda"


Hah ? apakah aku harus menceritakan masalahku pada gadis ini ? apa yang sebenarnya dia inginkan ?. Gadis itu masih menatapku dengan tatapan penuh harap, sepertinya dia benar benar ingin mendengarkan masalah yang sedang kualami. Aku masih sedikit ragu, ku lihat hujan yang belum menunjukkan tanda tanda untuk berhenti hingga akhirnya kuputuskan mungkin sedikit perbincangan dengan gadis ini dapat sedikit mempercepat jalannya waktu.


"Sebelumnya apakah kita pernah ketemu ? kamu kelihatannya tidak takut untuk bicara dengan orang asing sepertiku"


"Mungkin"


"Hmm baiklah, apa yang membuatmu tertarik akan masalahku ?"


"Entahlah, aku juga pernah punya masalah dan percaya atau tidak kamu telah membantuku melewati masa masa itu"


Apa ? aku membantunya ? kapan ? ingatanku memang buruk aku cenderung mudah lupa akan sesuatu yang pernah terjadi. Tapi biarlah dia beranggapan begitu, aku tidak ingin merusak memori indah yang ada di dalam ingatannya.


"Lalu apa masalahmu ?"


"Ya aku baru saja memutuskan untuk tidak melanjutkan hobiku, menulis" Aku menenggak isi kopi kaleng pemberian gadis itu


"Kenapa ?"


"Entahlah, aku hanya tidak bisa mengembangkan ide ide yang ada di dalam kepalaku dengan baik, mungkin aku memang tidak berbakat"


"Hmmm, bolehkah aku liat karya karyamu ?"


Aku mengambil sebuah smartphone dari dalam saku celanaku, sebuah smartphone dengan layar yang retak akibat kecerobohanku. Aku buka browser dan segera mengunjungi sebuah situs tempat aku memposting beberapa karyaku.


"Nih" Gadis itu mengambil smartphone itu dari tanganku.


Untuk sejenak suasana kembali hening, hanya terdengar derasnya suara hujan yang turun membahasahi jalanan. Gadis itu sepertinya sedang fokus melihat ke layat smartphone milikku itu.


"Tidak buruk, malah cenderung bagus, yah meskipun aku belum membaca semua tulisanmu" gadis itu mengembalikan telepon pintar itu kepadaku "Lalu di mana masalahnya ?"


"Hmmm, aku tidak tahu, sudah hampir 1 bulan aku belum bisa menulis apapun, aku berusaha untuk membuat orang orang yang membaca karyaku terkesan oleh karena itu aku selalu berusaha membuat karya yang lebih baik lagi, sebuah karya yang sempurna"


"Aku pikir itu bukanlah hal yang besar"


"Hahaha lucu, andai saja kau yang sedang berada di posisiku"


"Kamu hanya kehilangan satu hal"


"Hah ?"


"Kamu kehilangan alasan utamamu untuk menulis"


Alasan utama ? apa sebenarnya yang sedang di bicarakan oleh gadis ini ? tentu saja aku tahu alasan kenapa aku menulis, agar karya karyaku dapat diakui oleh orang lain. Untuk sejenak pikiranku terfokus pada identitas gadis ini.


*CKIIIIIIT*


Sebuah mobil sedan berhenti tepat di depan kami berdua, sepertinya mobil itu akan menjemput seseorang. Bila bukan aku pasti mobil ini adalah jemputan untuk gadis yang tidak kukenal ini.


"Ok saatnya kita berpisah" Gadis misterius itu beranjak dari tempat duduknya.


"Hei, aku belum tahu namamu, dan apa yang kau maksud dengan kehilangan alasan" aku mencoba mendapatkan sebuah jawaban dari gadis misterius itu.


"Mungkin obrolan ini kita lanjutkan di lain waktu" Gadis itu mengambil sebuah buku dari dalam tasnya dan merobek selembar kertas lalu menuliskan sesuatu di sana.


"Nih"Dia menyerahkan lembaran kertas itu kepadaku dan langsung berlari menuju mobil yang sudah menunggunya sembari melindungi kepalanya dengan tas agar tidak terkena tetesan hujan.


Aku mencoba mengingat siapa gadis tadi, gadis yang katanya pernah kutolong di masa lalu. Meskipun aku sudah berusaha untuk mengingatnya, tapi entah kenapa aku tetap tidak mengenalinya. Aku menyerah, aku kembali menenggak kopi kaleng pemberian gadis itu sambil membaca isi dari selembar kertas pemberiannya tadi.


"08xx-xxx-xxx, 'V'"




Author note:

Wah udah lama gak ngirim cerita di sini, semoga gak pada lupa sama ane ya hahahaha. Oke ini sebenernya Cuma cerita yang tiba tiba kepikiran saat ane lagi buntu dalam ngerjain dua tulisan ane yang lain. Idenya di dapet pas ane lagi ngelamun mikirin beberapa kendala yang ane rasain dalam nyelesain suatu cerita eh tiba tiba kepikiran kenapa gak dijadiin cerita aja setiap kendala yang ane rasain pas nulis dan akhirnya jadilah cerpen ini.Ane gak bisa janjiin karya ane selanjutnya bakalan cepet kelar tapi tenang aja ane masih berusaha menyisihkan sedikit waktu untuk tetap nulis walaupun tulisan ane gak bagus bagus amat ahhahaha

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 57K 103
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
556K 8.5K 85
A text story set place in the golden trio era! You are the it girl of Slytherin, the glue holding your deranged friend group together, the girl no...
205K 7.2K 97
Ahsoka Velaryon. Unlike her brothers Jacaerys, Lucaerys, and Joffery. Ahsoka was born with stark white hair that was incredibly thick and coarse, eye...
453K 30.9K 46
♮Idol au ♮"I don't think I can do it." "Of course you can, I believe in you. Don't worry, okay? I'll be right here backstage fo...