BANDOENG DIKALA MALAM [ON GOI...

By reginanurfa

2.2K 334 65

Hantu? Batari sama sekali tak percaya dengan hal semacam itu. Hingga suatu waktu, ia berubah pikiran setelah... More

00. PROLOG
⚠️TUNGGU⚠️
01. Hal Yang Tertinggal
02. Rumah Tua
04. Sebuah Pertanda
05. Gangguan Dimulai
06. Pribumi Misterius
07. Menjadi Rebutan
08. Tetangga Sebrang
09. Pertanda Kedua
10. Oma Belinda
11. Terus Membuntuti
12. Pertanda Mimpi
13. Kediaman De Vries
14. Meminta Bantuan
15. Tulip Yang Manis
16. Reinkarnasi
17. Si Rambut Pirang
18. Sosok Pendamping
19. Bukan Teka-Teki
20. Sebuah Titik Terang
21. Menyelami Masa
22. Bukan Hilang Ingatan
23. Terjebak Di 1941
24. Tak Ada Jalan Pulang
25. Mereka Bukan Hantu
26. Babu Sang Gundik
27. Pangeran Kembar
28. Pesona Batari
29. Hansen vs Aryan
30. Tragedi Awalan
31. Tamu Istimewa Si Kembar

03. Hansen Terheide De Vries

104 12 0
By reginanurfa

Batari terperanjat dari posisi awal yang rebahan saking kagetnya. Ia langsung naik ke atas sofa dan menatap tajam pemuda yang baru saja masuk ke dalam rumahnya. Iya, ia harus waspada. Takut-takut orang itu berniat jahat.

"Kamu siapa?" Todongnya tanpa basa-basi.

Disaat Batari merasa ketakutan dan sangat was-was, berbeda dengan lawan bicaranya. Pemuda berkulit putih dengan rambut pirang itu tersenyum menanggapi ekspresi Batari yang menurutnya berlebihan.

"Say-"

"Diem disitu!!" Potong Batari ketika pemuda tersebut hendak melangkah mendekatinya.

Lagi-lagi, pemuda itu hanya tersenyum. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas seraya mengangguk singkat, tanda dirinya tidak akan macam-macam. Lalu kembali menarik langkahnya ke belakang.

"Ya, bagus. Diem disitu! Engga usah gerak!!" Timpal Batari galak.

Dengan gerakan perlahan, Batari turun dari sofa. Gadis ini berlari kecil menuju sudut dinding untuk mengambil sapu. Sedangkan pemuda tampan yang masih diam ditempat hanya memperhatikan Batari dengan senyuman tipis.

"What you look-look me? It's my home! Kenapa bule kayak kamu bisa tiba-tiba nyasar kesini? Jawab!!"

Sebelah alis pemuda tampan itu terangkat. Meskipun bahasa inggris yang dipakai Batari terdengar berantakan, namun ia masih bisa menangkap maksudnya.

"Saya.. penghuni sebrang. Saya kemari karena lihat.. rumah ini terisi kembali" Jelasnya sedikit terbata.

Kini giliran Batari yang mengangkat sebelah alisnya. Meskipun pemuda bermanik biru itu berbicara bahasa Indonesia, tapi aksennya terdengar begitu aneh.

"Kamu bisa bahasa Indonesia?" Tanya Batari seraya menurunkan sapu yang diangkatnya tinggi-tinggi.

Masih dengan senyum di bibirnya, pemuda itu mengangguk "Iya, hanya sedikit"

Kini Batari benar-benar menurunkan sapunya ke lantai. Ia memperhatikan pemuda itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Rambut yang pirang, kulit yang begitu putih, tubuh yang jangkung, dan hei.. Batari baru menyadari kalau pemuda itu memiliki bola mata berwarna biru redup. Mengagumkan.

Yang membuatnya lebih kagum adalah pakaian yang melekat pada pemuda itu. Sangat kolot. Bagaimana tidak, dia memakai kemeja gading dilapisi rompi beludru hitam. Juga celana katun panjang berwarna senada. Aneh.

"Hmppt-" Yang awalnya takut, kini Batari susah payah menahan tawanya melihat penampilan tersebut.

"Kenapa kamu tertawa?"

Batari menggeleng sambil berdeham pelan. Berusaha mengendalikan ekspresinya kembali menjadi datar. "Ekhm. Engga. Siapa yang ketawa. Terus nama kamu siapa?" Elak Batari mengalihkan pembicaraan.

Pemuda itu tersenyum, lalu sedikit membungkukkan kepala dan badannya. Seakan memberi hormat pada seorang perempuan bangsawan. "De Vries. Hansen Terheide De Vries. Panggil saja Hansen" Salamnya setelah kembali ke posisi tegap.

Namanya sungguh asing bagi telinga Batari. Itu sudah jelas bukan nama orang Inggris. Kalau tidak salah, nama itu berasal dari..

"Kamu orang Belanda?" Tebak Batari.

Hansen hanya tersenyum tipis lalu menggeleng pelan. "Tidak sepenuhnya"

Batari mengangguk tak peduli. Apapun itu, sama saja. Pemuda ini bule dan mempunyai nama orang Belanda. Berarti sudah jelas dia bukan orang Indonesia.

"Lalu nama kamu?"

"Oh, nama aku Batari Nalendra Putri. Salam kenal ya. Maaf, kalau tadi aku engga sopan sama kamu" Jelas Batari seadanya.

Baiklah, sepertinya Batari harus mulai berbaur dengan tetangga barunya ini. Apalagi tetangganya sejenis Hansen. Sepertinya ia akan semakin betah tinggal disini.

"Nalendra Putri? Kamu.. keturunan Tuan Nalendra?" Tanya Hansen ketika tidak asing mendengar nama tersebut.

Batari mengangguk. "Iya, itu nama dari keluarga Ayah aku. Nataprawira Nalendra Putra. Kamu tau?"

Lagi-lagi Hansen tersenyum, sambil mengusap tengkuknya kikuk. "Saya suka. Nama belakang.. keluarga kamu"

"Umm, sama. Aku juga" Balas Batari tersipu malu.

Apa? Tunggu. Hei, kenapa situasinya jadi canggung begini? Bahkan kedua sudut bibir Batari juga perlahan terangkat ke atas. Ada apa ini? Sadarlah!

Plak.

Batari langsung melunturkan senyum setelah menampar pelan pipinya sendiri. Kini ekspresinya kembali normal. "Eh, kamu mau sekalian aku kenalin ke Mama sama kakak aku?" Tawarnya setelah berhasil menguasai diri.

Hansen segera menggeleng. "Tidak perlu. Nanti saja. Hari ini lebih baik.. kalian istirahat" Tolaknya dengan aksen yang begitu khas.

Batari mengangguk sembari memainkan ujung kakinya dibawah sana. "Oke"

"Kalau begitu.. saya pamit dulu"

Ketika Hansen berbalik hendak pergi, langkahnya terhenti ketika mendengar sebuah suara yang tak asing baginya.

"Hansen!" Panggil Batari tiba-tiba.

"Ya?" Dalam hitungan sepersekian detik, pemuda itu memutar tubuh diiringi senyumnya yang sedikit kaku.

"Besok kita bisa ketemu lagi?"

Kini senyuman kaku itu perlahan mengembang sempurna. Hansen mengangguk. "Iya, tentu saja. Kita bertemu lagi. Besok"

Sekarang giliran Batari yang tersenyum lebar. Kepalanya mengangguk begitu semangat. Membuat lawan bicaranya tertegun sesaat.

Cantik sekali. Pikirnya.

"Sampai jumpa" Pamit Hansen.

Namun untuk kedua kalinya Batari memanggil. "Hansen!"

"Ya?" Dan untuk kedua kalinya pula Hansen memutar tubuhnya menghadap Batari.

"Kamu lewat situ? Kan ada pintu depan?"

Hansen menggeleng. "Saya.. sudah terbiasa lewat halaman belakang. Kalau begitu.. sampai jumpa"

Batari hanya terdiam, memperhatikan bagaimana Hansen keluar melalui pintu belakang rumah. Itu artinya, pemuda tadi sudah sangat sering mengunjungi rumah ini. Hening menyelimuti ketika Hansen sudah pergi. Membuat Batari mengerjapkan matanya beberapa kali. Hingga akhirnya berteriak.

"Ganteeengggg!!" Pekik Batari tertahan. Kedua kakinya terus menghentak ke lantai. Sampai akhirnya menjatuhkan tubuhnya sendiri ke atas sofa.

Batari menghela nafasnya cukup panjang. Ia tersenyum seraya memandangi lampu gantung yang sedikit bergoyang karena sapuan angin. Senyumannya semakin lebar seiring dengan degup jantungnya berpacu tak berirama. Perlahan dirabalah dadanya. Ah, tidak. Mana mungkin Batari menyukai seorang laki-laki hanya dalam pertemuan pertamanya?

"Ihhh, tapi emang dia ganteng. Sopan lagi, yaa sebelas-duabelaslah gantengnya sama aktor luar negeri hahaha" Kekehnya kegirangan.

Ingatan ketika Hansen memberi salam kembali berputar dalam kepala Batari. Menurutnya itu adalah hal termanis yang dia dapat dari laki-laki yang pernah ditemui. Tentu saja setelah sang ayah.

"Astagfirullah, dek. Belum mandi?"

Tak lama kemudian Retania muncul dari kamar dengan handuk yang tersampir di kedua bahunya. Harum sabun juga menyeruak, menyapa hidung anaknya yang masih malas-malasan di sofa.

"Belum hehehe" Singkat Batari cengengesan. Lalu ia bangkit dan menghampiri ibunya. "Ma, tadi ada tamu ke sini. Dia tetangga baru kita hayo" Adu Batari dengan wajah sumringah.

"Tetangga? Ya bagus atuh, itu artinya kita diterima disini dengan baik" Tanggap Retania sembari memilah barang-barang pindahan dekat pintu kamarnya.

"Dia itu gan-"

"Stop!" Potong Retania, membuat anaknya mencebik kesal. "Ceritanya besok aja, sekarang mending adek mandi dulu. Terus panggil kak Okan. Kita makan, abis itu tidur. Mama capek nih"

Batari mendengus sebal. Padahal dirinya kan mau menyombongkan ketampanan Hansen tapi malah diusir begini. Ya sudah, ceritanya nanti saja.

Selepas dari ruang tengah, Batari naik ke lantai atas. Saat diperjalanan kemari ibunya bilang, ia boleh memilih ruangan yang masih kosong untuk dijadikan kamar tidurnya. Dan pilihannya jatuh pada kamar yang berada disisi tangga. Namun wajahnya langsung merengut ketika melihat isi kamar tersebut.

"Ih, kakak!! Ini kamar buat Riri!!"

Ternyata di dalam kamar itu sudah ada penghuninya. Tidak lain, tidak bukan adalah Lokamandala. Dan kini pemuda itu menatap sewot adiknya.

"Enak aja! Kakak duluan kesini, ya berarti ini kamar kakaklah!" Elak Lokamandala tak mau kalah.

Batari merengut kesal mendengarnya. "Ih, terus Riri tidurnya dimana atuh?"

"Ya cari kamar lainlah. Tuh, dipinggir masih ada dua yang kosong. Kesana aja, jangan lupa tutup pint-"

Ucapan Lokamandala terputus ketika menyadari adiknya sudah menghilang dari ambang pintu.

"Batariiiii!!" Teriaknya kesal.

Sedangkan yang diteriaki hanya cekikikan tak berdosa. Kini Batari menyambangi ruangan disebelah kamar kakaknya. Ketika pintu dibuka, kepulan debu langsung menyapanya.

"Uhuk! Whoah, bisa-bisa bengek kalau kamarnya disini"

Batari mengurungkan niatnya mengisi ruangan tersebut dan kembali menutup pintunya. Hingga akhirnya tersisa satu kamar yang ada diujung, dekat jendela sana. Apa boleh buat, jika kamar yang dipojok itu tidak membuatnya nyaman juga. Batari akan tidur bersama ibunya saja dilantai bawah nanti.

Tapi pikirannya berubah. Ketika Batari membuka pintu kamar tersebut, matanya menatap kagum ruangan bernuansa klasik itu. "Waaahh, oke fix! Ini kamar aku. Wohohoho!!"

Batari memang menyukai nuansa klasik dan sejenisnya. Lihatlah, saking senangnya ia terus berputar dan memperhatikan setiap sudut kamar barunya dengan semangat. Namun tanpa Batari sadari, ada satu sosok yang tengah memperhatikannya dari sebrang sana.

Sosok itu mengintip lewat jendela yang berasal dari rumah disebrang jalan sana. Dia hanya tersenyum ketika melihat Batari menari-nari riang di dalam kamarnya. Lalu menggelengkan kepala pelan, sambil memperhatikan gadis petakilan tersebut.

Dia adalah Hansen.

*****

Mau tanya dong, kalau kalian dapet tentangga baru dan ternyata orang Belanda. Kalian mau ngapain?

A. Dijadiin bestie

B. Dimusuhin

C. Dibiarin

Hahaha, hati-hati. Liat bawahnya, napak engga.

*****

reginanurfa
-26012023-

Continue Reading

You'll Also Like

33.4K 3.4K 46
" The darkness closed in around him, like a shroud of silence. Veeranshu's eyes fluttered open, and he was met with an unfamiliar ceiling. Groggily...
55.8K 7.5K 21
This is the sequel of RRR, so new readers please read it before starting this book. Agneya, the soon to be crown prince of Rakshatra, was bounded by...
827 102 9
What lies behind you ; What lies infront of me ; Complete our moon within us, together A glamorous catwalk, That's what you see... Beautiful starry...
664K 44.1K 43
Hanya tentang hubungan romantis Jungkook dengan pria dinginnya, Taehyung. ON GOING | SLOW UPDATE ⚠️ still often revision and lots of typos © kwoooy