Tensura: Rimuru and the Paral...

Da XRider5

14.6K 1K 303

Dunia Parallel, kira-kira apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata ini? Dunia lain? Kehidupan lain? Cermi... Altro

Info
Prolog
(A) 1. Pahlawan
(A) 2. Rimuru Teslarnd
(A) 3. Dia?
(A) 4. Mencoba mengerti
(A) 5. Benarkah?
(B) 6. Apa itu?
(B) 7. Ini benar?
(B) 8. Kalian!
(B) 9. Demon lord lain
(B) 10. Pertemuan: Part 1
(B) 11. Pertemuan: Part 2
[Info] Penjelasan penting
(C) 12. Monster
(C) 13. Sedikit istirahat
「𝚃𝚊𝚗𝚍𝚊 𝚋𝚊𝚌𝚊」
(C) 15. Mulai
(C) 16. Tidak diduga
(C) 17. Mengherankan
(C) 18. Mirip bukan berarti sama
(C) 19. Sepotong-sepotong
(C) 20. Malaikat?
(C) 21. Ditunggu-tunggu
(C) 22. Lihat dirimu
(C) 23. Berpisah
(D) 24. Dua sisi
(D) 25. Tuan dan pelayan
(D) 26. Hubungan
(D) 27. Kunjungan

(C) 14. Ancaman

348 25 7
Da XRider5

✧𝑻𝒆𝒏𝒔𝒖𝒓𝒂: 𝑹𝒊𝒎𝒖𝒓𝒖 𝒂𝒏𝒅 𝒕𝒉𝒆 𝑷𝒂𝒓𝒂𝒍𝒍𝒆𝒍 𝒘𝒐𝒓𝒍𝒅✧
-----------------------------------------------------------

" I-itu Laplace! " Pekik Gadis kecil pirang.

Pria dengan topeng tersenyum terlihat di layar. Seorang dengan kisaran usia 30 tahun, mengenakan Tuxedo dengan warna cerah perpaduan hitam, ungu, dan didominasi merah. Topeng tersenyum yang dilengkapi kuping kelinci dan mata yang sebelahnya tertutup.

Laplace segera menoleh kearah kamera dan mulai berjalan mendekatinya.

" H-hei, bagaimana dia bisa tahu letak kameranya? "

Layar kemudian terguncang seakan disentuh.

" Halo semuanya! " Seru Laplace dengan nada riang.

Dia melambaikan kedua tangan seakan menunjukkan wajah keceriaan. Sebaliknya, semua orang dalam ruang kendali hanya bergeming saat mata tajam mereka menatap layar.

" Aku tahu kalian orang-orang M.T.A. mendengarkan ini "

Diruang kendali Guy mengerutkan alisnya kesal. Tidak ada seorangpun yang senang terhadap kehadiran Laplace, tidak ada satupun kabar baik yang datang ketika orang ini muncul.

" Mizari "

Seakan mengerti keinginan Laplace, Guy segera memanggil Mizari.

Mizari menjawab dengan anggukan ringan. Lalu dari sudut pandang Laplace, kamera di depannya kemudian menunjukkan cahaya biru pada lampu kecil yang ada di sebelah kanan lensanya.

" Apakah kamu ingin mengancam kami dengan omong kosong mu lagi, badut "

Suara tajam seorang pria kemudian keluar dari kamera. Walaupun wajahnya tertutupi topeng, tetapi bisa ditebak saat ini ia sedang menunjukkan senyum aneh yang seakan memiliki maksud tersembunyi didalamnya.

" Hehahaha.. dingin seperti biasanya ya pak Guy~ " Laplace mendekatkan mata kanannya ke kamera.

" Langsung saja ke intinya, Kamu membuang-buang waktuku " jawab Guy kesal.

" Heheheh.. baiklah " memperbaiki posisinya lalu melanjutkan " Kami ingin kalian segera menyerahkan Meggido " Laplace dengan nada bicara yang lebih dipertegas.

Semua orang di dalam ruang kendali menunjukkan raut kekesalan dalam wajah mereka.

Tenial bersaudari tidak bisa menahan untuk tidak mengerutkan alis, begitu juga dengan Guy yang menggertakkan gigi kesal mendengar perkataan Laplace.

Mencoba untuk kembali ke pikiran rasionalnya, Guy segera menenangkan diri dan melanjutkan pembicaraan.

" Kamu pikir kami akan memberikan Meggido kepadamu? Sekalipun kamu menggeledah kuburan ayahku, aku tetap tidak akan pernah menyerahkannya " kukuh Guy tanpa keraguan melewati perkataannya.

" Hahahah! Sudah kuduga kau akan berkata seperti itu, kamu sangat berbeda dengan pemimpin sebelumnya ya. Jadi bagaimana kalau kau saja yang memilih sendiri~ "

Laplace mengeluarkan perangkat hologram dengan bentuk seperti halnya layar digital.

Dari layar tersebut kemudian muncul sebuah rekaman video yang menampilkan segerombolan makhluk aneh dengan bentuk mengerikan yang tertahan oleh medan pelindung kokoh didepannya. Mendekatkan hologram tersebut ke kamera, membuat orang-orang diruang kendali dapat melihatnya.

" Nah Ayo pilih! Kalian memilih untuk menahan Meggido... Atau keselamatan kota ini " ucapnya dengan seringai jahat.

Guy menyipitkan matanya,

" Keputusanku tidak akan berubah " jawab tegas Guy tanpa keraguan.

" Hehahaha! Kalian sungguh lucu! Hehaha! " mendongakkan kepalanya ketika tertawa terbahak-bahak, kemudian berhenti lalu melanjutkan " Baiklah! Kalau itu jawaban kalian, maka jangan harap para Beast itu akan tertahan dalam waktu yang lama. Selamat tinggal! " Pekik Laplace sebelum memberikan gerakan salam perpisahan lalu menghilang diantara asap.

Dengan demikian, seluruh layar kini sepenuhnya menghitam.

Seakan tidak kuat lagi menahan amarahnya, tangan Guy kemudian menghantam tembok dengan keras.

Tidak sedikit orang yang menunjukkan ekspresi geram, dan tidak sedikit pula yang memekik marah.

" Aku akui, itu adalah pilihan yang berat " sebuah suara pria menarik perhatian semua orang.

Suara Leon yang walaupun tidak setinggi teriakan orang-orang, tetapi mampu menarik perhatian sebanyak-banyaknya.

Seorang pria jangkung bersurai merah dengan potongan pendek kemudian menepuk pundak Guy. Pria dengan tinggi badan yang hampir setara dengannya, sekilas terlihat mirip, tetapi rambut dan tanda dibawah mata mereka dapat membedakannya.

" Leon benar Guy, aku tahu kau sudah berusaha mengambil pilihan yang terbaik untuk kita " ucapnya berusaha menenangkan Guy dan seisi ruangan.

" Benimaru, kau... " Lirih Guy saat melihat wajah pria bernama Benimaru.

Benimaru, Merupakan salah satu dari orang penting di M.T.A. dan merupakan rekan dekat Guy dulunya. Saat Guy masih dalam pelatihan, Benimaru adalah salah satu orang yang dipercaya olehnya. Walaupun sudah lama dipisahkan oleh kesibukan kerja, mereka tetap tidak pernah melupakan satu sama lain.

" Sebagai seorang pemimpin di sini, keputusanmu sudah sangat bijaksana, bahkan lebih bijaksana dari pemimpin terdahulu "

Benimaru tahu betul, saat ini Guy sangat frustasi terhadap apa yang akan terjadi. Kedua pilihan adalah hal terburuk yang bisa dipilih. Tetapi, sebagai pemimpin Guy harus mengorbankan salah satunya.

Lantas, Meggido ini sebenarnya apa?

Meggido adalah sebuah senjata pemusnah yang sangat berbahaya. Senjata ini diciptakan oleh ilmuwan gila bernama Vesta Dwagio, sekitar 25 tahun yang lalu. Senjata yang diciptakan dari ratusan ribu energi kehidupan para Monster dan manusia, membuatnya juga dikenal sebagai doomsday weapon. Senjata yang tercipta dari banyaknya energi makhluk hidup, yang membuat daya hancurnya tidak bisa dianggap main-main.

Vesta sendiri adalah salah satu dari Monster ras Dwarf yang sangat ahli dalam menciptakan dan mengkreasikan suatu benda, membuat Meggido menjadi satu-satunya senjata terkuat di zaman mutakhir ini.

Tujuan dari penciptaan Meggido sendiri adalah untuk memusnahkan umat manusia. Mengetahuinya membuat pemerintah tidak hanya diam dan menonton saja. Pemerintah meminta pertolongan sang pahlawan legendaris Veldanava, untuk turun langsung guna mengatasi kerusakan yang diakibatkan Meggido dan segera menyelesaikan masalahnya. Bahkan orang sekelas Elmesia saja mengakui jika bukan karena kedatangan Veldanava, maka sudah pasti senjata ini akan menelan hampir seluruh populasi umat manusia yang ada.

Sayangnya, senjata ini tidak bisa dimusnahkan begitu saja. Dikarena benda ini memiliki daya tahan yang sangat luar biasa, membuatnya selama ini hanya bisa disegel dan disimpan ditempat yang sangat dirahasiakan.

Walaupun selalu berurusan dengan 'nyawa', tidak membuatnya menjadi pribadi yang sekejam itu untuk membiarkan jutaan bahkan milyaran mayat bertambah begitu saja, apalagi ditangan para badut teroris itu.

" Terimakasih Benimaru.. kau sangat membantu, kawan " ucap Guy saat telah mendinginkan kepalanya.

" Sekarang, Mizari! Selidiki seluruh letak para Beast itu lalu berikan kepadaku " pekik Guy ketika menoleh kearah Mizari.

Tidak lama setelahnya, tablet yang sedang dibawa oleh Guy lalu berbunyi pertanda masuknya sebuah notifikasi. Mizari telah mengirimkan lokasi para Beast, yang ternyata bukan hanya berada dalam satu tempat saja melainkan menyebar seakan mengelilingi seluruh wilayah kota.

Setelah menatap tablet untuk beberapa saat, Guy kembali mengalihkan pandangannya untuk kembali ke orang-orang. Guy menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Mengalihkan pandangannya kearah kelompok Ramiris dan angkat suara.

" Rhein, segera siapkan pasukan! " Pekik Guy sebelum Rhein mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan.

" Ramiris dan Leon, aku ingin kalian segera menyiapkan pasukan kalian "

" Ya! "

Ramiris segera menjawab diikuti anggukan Leon, membuat keduanya bergegas pergi dari ruangan.

Guy kemudian mengalihkan pandangannya ke Tenial bersaudari lalu menghampirinya.

" Rimuru Tenial, Ciel Tenial. Aku ingin kalian masuk ke tim Milim dan segera panggil Veldora ke sini, tidak peduli bagaimanapun caranya " perintah Guy lalu segera disambut dengan anggukan oleh keduanya. Dengan begitu, merekapun berlari keluar dari ruangan.

Guy kembali menatap kearah layar utama dengan sedikit mengerutkan keningnya.

" Huh.. sangat sulit bagiku untuk mengatasi ini sendirian, ya kan Diablo.. " gumamnya sebelum menyeruput kopinya.

__________꧁✿🌸🔵🌸✿꧂__________


" Rimuru Tenial, Ciel Tenial. Aku ingin kalian masuk ke tim Milim dan segera panggil Veldora ke sini, tidak peduli bagaimanapun caranya " perintah pak Guy saat ia memegang bahuku dan bahu Ciel.

Aku dan Ciel segera menjawabnya dengan anggukan ringan lalu segera berlari keluar ruangan. Berjalan cepat di tengah-tengah koridor yang ramai saat banyak yang berlalu-lalang. koridor abu yang sangat luas, cukup untuk dilewati banyak orang.

Saat ini aku sedang menuju ke ruangan tempat Paman biasa bermalas-malasan. Pada dasarnya, hampir semua anggota M.T.A. terutama orang sepenting para 'Naga' pasti memiliki alat komunikasi khusus. Setiap dari mereka selalu menggunakannya, kecuali Paman Veldora.

Paman Veldora dikenal luas dengan julukan Naga Badai berkat reputasinya. Tetapi, faktanya ia memiliki sisi buruk yang sangat menyebalkan. Ia sering kali bermalas-malasan dalam pekerjaannya, sering membuang-buang waktu, ceroboh, dan lain sebagainya.

Salah satu dari kebiasaan buruknya itu adalah susah diatur. Paman cukup sulit diatur, bahkan untuk kakak-kakaknya sendiri. Karena hal ini jugalah yang membuat ia selalu melepas alat komunikasinya dan bermalas-malasan di kamarnya.

Beberapa belokan sebelum kamar paman, aku kemudian menoleh ke Ciel.

" Ciel, bisakah kamu pergi duluan untuk menemui Milim-senpai? Aku akan mengatasi Paman " ujarku.

Dalam kondisi bahaya seperti ini, akan lebih mempersingkat waktu jika aku sendiri saja yang melakukannya dan Ciel lebih baik segera bertemu Milim-senpai duluan.

Mendengarnya, Ia menoleh balik dan tanpa membuang waktu segera menganggukkan kepalanya.

" Baik kak, aku serahkan paman kepadamu " jawabnya sebelum kami akhirnya berpisah di persimpangan berikutnya.

Setelah sekitar tiga menit berjalan, aku akhirnya sampai didepan pintu kamarnya. Jariku kemudian menyentuh perangkat sidik jari pada kuncinya lalu pintu segera terbuka otomatis.

Saat aku masuk, pemandangan yang kulihat sekilas adalah 'kapal pecah'. Beberapa buku ditumpuk berantakan, diantaranya juga ada yang berserakan. Tembok yang seharusnya putih bersih menjadi tembok yang ditempeli oleh banyak poster dan foto karakter-karakter fiksi dari berbagai anime. Bungkus makanan instan yang tidak dibuang dan beberapa pakaian yang tergeletak, sangat wajar bagi orang yang masuk kamar ini akan menatapnya dengan jijik.

Kakiku berjinjit saat perlahan-lahan berjalan memasuki kamar kacau ini. Setelah beberapa langkah, aku menemukan paman yang sedang asyik bermain video game di depan televisi nya.

Aku sangat malas untuk berjalan kesana dengan keadaan berjinjit seperti ini, maka dari itu aku berteriak untuk menarik perhatiannya.

" Paman!! "

" Eh? "

Pandangannya lalu segera teralih kearah ku, terlihat ekspresi heran dalam raut wajahnya.

" Rimuru? Kenapa kamu ke sini?! " Pekiknya saat menekan tombol pause dalam gamenya.

" Kamu dipanggil untuk bertugas! " Masih dalam volume suaraku yang tinggi untuk bisa didengarnya.

Sungguh, Kalau bukan karena sampah-sampah ini, aku lebih suka meneriakinya dari dekat.

Segera setelah menyelesaikan kalimatku, aku bisa melihat ia memutar matanya dan mendecih kecewa mendengar apa yang ku sampaikan.

Tapi alih-alih melanjutkan gamenya, ia melepas stiknya dan berjalan menuju arahku. Kakinya dengan kasar menggeser sampah yang berserakan untuk minggir.

" Tugas hm? " Tanya paman saat telah sampai di hadapanku.

Aku kemudian menengadahkan kepalaku untuk bisa menatap balik wajahnya.

" Iya, ini perintah langsung dari pak Guy " jawabku kembali untuk mempertegas.

" Haaa.. sayang sekali. Aku jadi harus menunda permainan ini, huhu " ucapnya dengan kecewa.

" Sudahlah paman, misi ini sangat penting " ucapku saat melihat rasa dongkolnya.

Dengan itu, kemudian aku menjelaskan situasi terkini kepada pamanku yang malas ini. Ia sedikit melebarkan matanya saat mendengar ancaman Laplace yang menjadi inti masalahnya.

" Hou, pantas saja Guy menyuruhmu untuk memanggilku " celetuknya saat aku menyelesaikan cerita.

" Ya, maka dari itu, paman lebih baik segera menemuinya di ruang kendali "

Menyelesaikan kata-kata ku, Ia kemudian membusungkan dadanya seraya memekik " Kuahahaha! Tenang saja Rimuru! Aku pasti akan membawa kemenangan telak di pihak kita! " diakhiri dengan tawa keras khasnya yang sangat mengganggu. Aku tahu dia pasti berpikir aku khawatir dengan ancaman Laplace, tapi..

Apakah sangat wajib untuknya berpose alay disaat-saat seperti ini?

Aku segera memasukkan permen dengan paksa ke mulutnya, membuatnya tawanya terhenti dan tenggorokannya tersedak. Aku lalu memukul punggungnya untuk mengeluarkan permen dan menghentikan penderitaannya.

" Kuagh!... Kamu sangat kejam nak-- uhuk-uhuk! " ucapnya saat mengusap bagian punggungnya yang terkena tinjuan ku.

" Itu lebih baik daripada anda kehabisan waktu "

Dengan itupun aku tidak membuang waktu lagi untuk dengan paksa mendorongnya hingga keluar dari kamar kapal pecahnya ini. Lalu tidak menunggu lama ia segera berjalan menuju ke ruang kendali tempat pak Guy berada.

Aku harap paman tidak nyangkut di tempat lain..

Aku segera keluar dari kamarnya dan menuju tempat Milim-senpai untuk menyusul Ciel.

__________꧁✿🌺🔘🌺✿꧂__________

Beberapa jam setelah alarm bahaya berbunyi.

Aku sedang dalam arena pelatihan untuk melatih idiot-idiot ini cara bertarung.

Aku tidak congek, aku mendengar bunyi alarm itu. Tetapi, pelatihanku baru saja dimulai beberapa jam yang lalu dan tentu para idiot ini akan senang jika pelatihannya diselesaikan sebelum waktunya. Jadi aku lebih memilih untuk diam dan melanjutkan pelatihan.

Lagipula aku malas berjalan ke sana.

Saat ini semua dari mereka telah tergeletak lemas di lantai dengan beberapa luka memar ditubuh.

Padahal baru beberapa jam saja, dasar lemah.

" Milim-senpai " kemudian sebuah suara seorang gadis bergema di dalam ruangan.

Saat aku menoleh, aku melihat dari kejauhan seorang gadis berambut silver kebiruan yang baru saja masuk melalui pintu.

Rimuru?.. atau Ciel?..

Saat ia semakin dekat, barulah terlihat satu perbedaan yang paling menonjol untuk membedakannya, itu adalah mata merah terang dan bukannya emas.

Huff.. Aku masih saja sulit membedakan mereka berdua.

Aku memang melihat masih banyak perbedaan yang mereka miliki satu sama lain. Tetapi jika kamu hanya melihatnya sekilas, maka tidak akan ada perbedaan menonjol kecuali warna mata mereka.

Rimuru adalah seorang gadis ekstrovert yang bersahaja. Dia gadis yang aktif, dan tahu waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu. Dibandingkan dengan makhluk-makhluk aneh yang tinggal di gedung ini, Rimuru dan saudarinya adalah salah satu yang paling normal.

Sedangkan saudarinya, Ciel. Dia adalah gadis yang memiliki kepribadian phlegmatis, lugu, dan analitis. Dibandingkan Rimuru, aku melihatnya lebih sering diam dan mengamati. Dengan cara berpikirnya yang analitis membuatnya cocok jika ditempatkan diruang kendali, tetapi kekuatan tempurnya juga tidak bisa diremehkan, mengingatkanku dengan Guy.

Mereka berdua memiliki kekuatan dan keterampilan bertarung yang tinggi. Aku mengakui kekuatannya, walaupun mereka belum sepenuhnya diakui sebagai salah satu orang terkuat di M.T.A.. Aku yakin, jika dilatih dan diasah lebih baik lagi maka mereka bisa menjadi jauh lebih kuat dari sekarang, atau bahkan melebihi generasi-generasi sebelumnya.

Sedangkan orang-orang idiot ini..

Aku melihat orang-orang yang tergeletak lemas di lantai dengan mata jijik.

Aku hanya mengayunkan tanganku dan mereka sudah tepar? Lemah!

Begitu Ciel telah menghampiriku, aku segera memasang senyum ramah saat menoleh kembali kearahnya.

" Apa kabar Ciel, sangat jarang kamu menemui ku langsung di sini "

" Saya baik, Milim-senpai. Saya kesini menemui anda atas perintah pak Guy untuk ikut mempersiapkan operasinya "

Ha? Operasi?... Operasi apa?

Aku bisa mendengar keterkejutan para idiot tergeletak karena perubahan sikapku, tapi aku mengabaikannya.

Yang lebih penting lagi, operasi apa yang dia bicarakan?

" Anda sudah mendapatkan kabarnya kan? " Celetuknya membuyarkan lamunanku.

" Ah "

Aku baru ingat!

Dalam pelatihan, aku biasanya melepas semua alat komunikasi ku dan meletakkan semua perangkat itu di luar area pelatihan.

Jika kamu akan melakukan latihan fisik, itu sangat wajar bukan?!

Aku sama sekali belum menyentuh apalagi mengecek alat komunikasi ku dari saat mulainya pelatihan, tentu saja pesan Guy jadi tidak tersampaikan kepadaku. Tapi bukannya..

Gobta bangsat!

Baru menyadarinya, aku bergegas menuju ke tempat dimana aku meletakkan semua perangkat komunikasi ku. Meninggalkan Ciel dan orang-orang yang tergeletak di dalam ruang pelatihan.

*Brak!*

Begitu sampai, aku menendang pintu dengan keras. Membuat bocah hijau yang sedang tidur dalam posisi duduk di bangku dalam ruangan terbangun.

Dia tidur hah!!

Begitu melihat orang yang mendobrak pintu adalah aku, mata yang tadinya sayu kini terbelalak saat wajahnya panik bercucuran keringat.

" M-master!.. eh.. itu.. aku-- "

" Kamu tertidur saat bertugas ya! " Pekikku memotong perkataannya seraya menumbuhkan cakar di tanganku.

" B-bukan-- hik!! " Aku memotong elakannya saat cakar ku telah menempel di lehernya.

Badan pendeknya gemetar ketakutan. Aku memelototinya saat ia membuang muka kearah sebaliknya.

" Milim-senpai? " suara seorang gadis kemudian memecah keheningan.

Aku mengalihkan pandanganku kearahnya. Sosoknya sangat identik dengan Ciel, satu-satunya perbedaan adalah matanya yang berwarna emas.

Hampir saja aku mengira dia Ciel.

" Rimuru? Sejak kapan kamu di sana? " Tanyaku dengan riang saat melepaskan Gobta dan membuang jauh-jauh wajah mengerikannya.

" Aku baru saja sampai, kupikir senpai ada di ruang pelatihan? "

Tadinya! Sebelum aku mengingat untuk menghajar bocah ini!

" Itu tadinya, sebelum seseorang tidak menyampaikan pesan penting karena tertidur ditengah-tengah tugasnya " ujarku saat diam-diam melotot tajam lagi karah Gobta, membuatnya menutup mulut rapat-rapat seraya tertunduk gemetar.

" Jangan-jangan, itu pesan pak Guy?! "

Kamu cepat tanggap Rimuru.

" Benar, itu sebabnya aku harus memeriksanya sekarang "

Pandanganku kemudian teralih ke tablet yang tergeletak di meja dan segera berjalan untuk mengambilnya. Saat membukanya, seperti yang kuduga sudah ada banyak pesan dari pihak ruang kendali dan bahkan Guy secara pribadi.

Pesan spam yang memberikan peringatan misi tingkat A, yang seharusnya jika sudah begini maka suara notifikasinya akan semakin keras jika tidak dibaca 10 menit setelah pengiriman.

Aku kembali melotot marah mengetahui Gobta yang bisa-bisanya tidak mendengar suara keras alarmnya padahal benda ini berada tepat disampingnya.

Lihat saja kamu! Haruskah aku membersihkan telingamu dengan peluru untuk membuatnya normal kembali huh?!

" Senpai? "

" Tidak apa-apa "

Aku kembali fokus ke layar tablet dan mulai membuka story notifikasi. Sebuah surat elektronik yang berisi informasi sekilas kondisi terkini dan terakhir diisi oleh tugas yang harus aku penuhi sekarang juga.

Laplace, Badut bajingan itu! Kali ini tujuan utamanya adalah Meggido ya, tidak akan kubiarkan!

Mengingat si bajingan ini saja sudah membuatku marah. Apalagi mendengarnya menginginkan Meggido, senjata yang telah diamankan ayahku dengan kekuatannya langsung, membuat darahku semakin mendidih.

Dan isi bagian akhir surat adalah tugasku. Guy memintaku untuk mengerahkan pasukan di bagian barat, dan Rimuru juga Ciel ditempatkan dalam pasukanku.

Dan pesan ini telah dikirimkan 30 menit yang lalu, Akh!!!

" Rimuru, cepat persiapkan dirimu "

" Siap! " Pekiknya lalu berlari keluar ruangan.

" DAN KAMU! " Bentak ku saat melirik dan menemukannya menyelinap untuk diam-diam menjauh dariku.

" Hik! "

" Kamu sekarang juga, cepat bawa semua barang-barang dan ikuti aku "

" T-tapi ini sangat banya-- " lirihnya sebelum aku menatapnya dengan niat membunuh.

" B-BAIK! "

__________꧁࿌⚫🌀⚫࿌꧂__________


Adududuh... sakitnya masih terasa, mana si Rimuru memukulnya ditempat yang sama dengan tendangan kakak lagi...

Aku sedang berjalan santai menyusuri lorong besar menuju ke ruang pusat kendali, tentunya untuk bertemu Guy.

Cih.

Dia tahu tidak bisa menghubungiku melalui alat komunikasi, dan mengakalinya dengan meminta Rimuru untuk menyampaikan pesannya, dasar iblis licik.

Sekarang sudah lima belas tahun sejak pertemuanku yang pertama kalinya dengan Tenial bersaudari. Tahun-tahun yang menyedihkan, tetapi juga berhasil membuka lembaran baru bagiku.

Aku sangat ingat, bagaimana kami bertemu saat hujan lebat disertai angin kencang melanda kota ini.

𝙆𝙞𝙡𝙖𝙨 𝘽𝙖𝙡𝙞𝙠:

Wah wah wah, sepertinya hujan ini tidak akan berhenti.

Hujan deras turun segera setelah aku baru saja menyeruput kopiku di kafetaria yang sedang populer. Kopi di sini memanglah enak, tapi tidak seenak yang dibuat Shuna. Satu-satunya alasanku ke sini adalah untuk menikmati pemandangan sekalian jalan-jalan.

Setelah setengah jam duduk-duduk, aku akhirnya memutuskan untuk pergi.

*Jgeeer!*

Sial, hujannya semakin deras saja.

Kali ini hujannya disertai angin dan petir, tapi aku yakin tidak akan sampai terjadi badai.

Walaupun pilihan terbaik adalah tetap diam di dalam kafe ini, tetapi rasanya tidak nyaman saja. Banyak orang yang sudah memperhatikanku diam-diam, mungkin ada yang mulai menyadari identitasku.

Ugh.. aku tidak suka situasi ini.

" P-permisi.. " seorang bocah asing kemudian memanggil saat aku memunggunginya.

" A-apakah anda pahlawan Veldora? "

" Kau salah orang nak, aku bukan dia " elak ku tanpa berbalik dan sedikit menyamarkan suara.

Hei ayolah! Wig ini harganya 190 dolar, kalau langsung ketahuan begini percuma dong aku beli!

Aku memang suka pamer identitas, tapi aku tidak suka jika ada keributan di saat waktu santai ku. Tempat ini terbatas dan dipenuhi banyak orang, akan sangat merepotkan jika sampai ada segerombolan orang yang mengerumuniku.

" I-itu tidak mungkin, anda sangat mirip dengannya! " Pekiknya yang semakin menarik perhatian banyak orang.

Bocah sialan!

" Pahlawan Veldora? "

" Benarkah? "

" Dia di sini? "

" Aku ingin mendapatkan tanda tangannya! "

Kini suara orang-orang acak mulai memenuhi ruangan membuatku risih. Suara-suara yang tadinya hanyalah bisikan berubah menjadi teriakan, tidak hanya satu dua orang tetapi lebih dari puluhan orang.

Aku masih menahan untuk tidak berbalik walaupun sudah se-ribut ini.

Sialan kau bocah!

Hujan diluar masih deras, sedangkan kondisi didalam sini sangatlah ricuh.

Agh! Tidak ada pilihan lain!

Aku yang memang berada dekat dengan pintu akhirnya keluar. Tanpa berdiam di teras, aku segera lari menerobos derasnya hujan tanpa memedulikan pakaianku yang basah.

Aku berlari menuju tempat mobilku terparkir. Sebelumnya, salah satu alasanku untuk tidak langsung berlari keluar dan langsung masuk mobil adalah karena mobilku sebenarnya terparkir lumayan jauh dari kafe itu.

Eh? Apa itu?

Saat aku berpapasan dengan mulut gang kecil yang gelap dan sempit, sekilas diujung mataku aku melihat sesuatu berwarna biru. Aku berhenti saat menyadarinya dan berjalan kembali menuju ke gang itu.

Di gang yang gelap dan kotor, aku semakin mendekati benda biru itu. Setelah cukup dekat, yang kukira benda ternyata adalah rambut seorang anak kecil perempuan yang sedang meringkuk gemetar seraya memeluk lututnya.

Tidak hanya satu anak, melainkan dua. Keduanya terlihat identik dan sedang menutup mata seraya menundukkan kepala.

Mereka gemetar kedinginan..

Pakaian yang sederhana dan tipis tidak akan bisa menghangatkan mereka dari cuaca seperti ini. Kondisi gang yang gelap dan lembab tidak akan bisa membuat mereka sepenuhnya terlindungi dari air hujan.

Aku terus mendekati keduanya. Belum sampai di dekatnya, tiba-tiba salah satu anak perempuan yang sedang merangkul saudaranya lalu mengangkat kepala dan langsung menoleh ke arahku.

Walaupun gelap, tapi aku bisa melihat mata emasnya yang menatapku dengan waspada sembari memperbaiki posisinya.

" Siapa kamu " suaranya tegas tanpa rasa takut.

Dengan itu jugalah yang membangunkan kembarannya yang sebelumnya tertidur, kini keduanya menatapku waspada.

Anak kecil ini memiliki keberanian sebesar itu? Mereka sepertinya menjalani kehidupan yang keras.

Aku kemudian tersenyum, dengan maksud untuk tidak menunjukkan niat buruk. Aku tahu, jika aku begitu saja mendekat maka mereka bisa saja lari atau bahkan menyerang ku. Jadi aku tetap diam di posisiku untuk menenangkannya.

Untuk mengusir situasi mencekam ini, aku lalu angkat bicara.

" Kuahahaha! Siapa aku? Kalian tidak tahu siapa aku?! " pekikku Seraya Membusungkan dadaku saat keduanya menatapku heran.

Tanpa menunggu lama aku melanjutkan, " Aku adalah Naga badai Veldora! Salah satu pahlawan dunia "

Ketika aku menyelesaikan kalimatku, keduanya menatap satu sama lain. Tidak menunggu lama, aku segera menghampiri mereka. Aku masih bisa melihat rasa ketidakpercayaan dimata keduanya saat melihatku.

Yah.. siapa juga yang langsung percaya dengan perkataan pria asing yang tiba-tiba mendatangimu di gang gelap.

Melindungi kembarannya, si mata emas kemudian berdiri dan seakan menghadang ku. Kembarannya yang bermata merah juga berdiri dan menarik pelan pakaian si mata emas.

Setelah berada beberapa langkah di depannya, kemudian aku mengulurkan tangan untuk menepuk kepala si mata emas dengan lembut.

" Jangan khawatir, aku bukan orang jahat " ucapku seraya mengelus kepala si mata emas.

" Dan aku ke sini, bukan untuk menyakiti kalian " kemudian menggunakan tangan lainnya untuk menepuk kepala si mata merah.

Saat mengelus mereka berdua tanpa ku duga, tiba-tiba setetes air mata kemudian keluar dari mata si emas. Tidak hanya si emas, si merah juga.

Tidak lama setelahnya, mereka benar-benar menangis. Lebih banyak air mata tumpah membasahi pipi kecilnya. Suara keras tangisan mereka bergema diantara gang gelap yang tadinya sunyi.

Sepertinya sudah banyak penderitaan yang mereka lewati selama ini. Di usia berapapun itu, tidak akan ada hal yang mudah jika kamu hidup di jalanan seperti ini.

Aku kemudian berlutut lalu menengadahkan pandanganku dengan senyuman lebar untuk menatap wajah mereka yang basah dengan air mata.

" Jadi.. bolehkah aku tahu nama kalian? "

" Hiks.. hiks.. R-rimuru " lirih si emas.

" C-ciel.. Hiks.. " lirih si merah.

" Rimuru dan Ciel ya.. kenalkan namaku Veldora Galeon " ucapku dengan lembut ketika mengusap air mata di pipi keduanya.

Yosh! Sudah ku putuskan, aku akan membawa mereka ke sana!

>--------------⫷𝙴𝙽𝙳 𝚃𝙷𝙴 𝙲𝙷𝙰𝙿⫸--------------<

Rilis: 01/02/23

Hai semuanya..

saya penulis cerita ini

cerita ini hanya hasil karangan saya yg saya dapatkan setelah membaca Tensura.

Dan kalau ada yg ingin dikoreksi untuk tulisan saya bisa kalian kasih tau di kolom komen.

[⚠️Note: ini adalah cerita hasil karangan saya, tensura tetap milik fuse- sense.

Dan jika ada gambar yg saya tambahkan di cerita ini, itu adalah gambar yg saya dapatkan dari internet jadi, jika itu berkaitan dengan sebuah karakter fiksi lain mohon maafkan saya, karena saya hanya mencari gambar yg paling sesuai untuk menggambarkan sesuatu yang ada di khayalan saya.⚠️]

Terimakasih sudah membaca...

Continua a leggere

Ti piacerà anche

39.2K 8K 11
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
467K 46.8K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
71.3K 7K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
51K 3.6K 24
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.