PERFECTION [END]

By thisisnnana

4.1K 810 1.2K

the condition, state, or quality of being free or as free as possible from all flaws or defects. More

1/1
2/2
3/3
4/4
5/5
6/6
7/7
8/8
9/9

10/10

496 74 89
By thisisnnana


Joanna sedang di mobil bersama Mega. Mereka bertengkar karena pria itu meninggalkan anak mereka. Sendirian, di rumah dalam keadaan gerbang terkunci tentu saja.

"PUTAR BALIK KATAKU! MEGA!"

"Kita ke rumah sakit sebentar saja! Teressa sekarat!"

"AKU TIDAK PEDULI! AKU MAU MALVIN! AKU AKAN TURUN DI SINI JIKA KAMU TIDAK MAU BERHENTI!"

Joanna mencoba membuka pintu mobil. Namun dia tentu gagal karena seluruh pintu telah dikunci. Membuat wanita itu kembali menangis. Karena hanya hal itu yang bisa dipakai untuk mengekspresikan rasa sedih.

Sebenarnya Mega tidak tega saat melihat Joanna menangis. Namun dia harus melakukan ini agar kesalahpahaman ini selesai. Agar semua perkataan buruk yang Joanna ucapkan tidak terjadi.

Tidak lama kemudian mereka tiba di rumah sakit. Joanna masih menangis. Dia enggan keluar dari mobil karena tidak sudi melihat selingkuhan si suami. Membuat Mega langsung menyeret istrinya menuju ruangan Teressa saat ini.

Darla sudah berada di luar. Dia menangis sekarang. Menangisi Teressa yang baru saja melewati masa-masa kritisnya. Padahal, dia hampir dinyatakan meninggal sebelumnya.

Darla langsung memeluk Joanna. Mendekap wanita ini erat-erat. Namun tidak mendapat balasan. Sebab Joanna jelas sudah tidak lagi memiliki empati pada Teressa.

"Lepas! Aku ingin pulang!"

Darla tampak kebingungan. Sebab dia mengira jika Joanna menangisi Teressa. Bukan menangisi pernikahannya yang akan kandas.

"Joanna, kenapa? Kamu tidak ingin bertemu Teressa sebentar?"

"Untuk apa aku bertemu selingkuhan suamiku, hah!? Bajingan!"

Joanna berhasil melepaskan diri. Dia juga langsung pergi. Beruntung dia bertemu Jeffrey yang diminta Darla untuk datang ke sini.

"Jeffrey, tolong antar aku pulang! Sekarang! Malvin di rumah sendirian!"

Jeffrey yang mendengar itu tentu panik sekarang. Dia langsung menitipkan barang titipan Darla pada orang yang melewati dirinya. Kemudian berlari kecil menyusul Joanna. Lalu melesakkan mobil menuju rumah si wanita.

Sepanjang jalan, Joanna menangis kencang. Membuat Jeffrey ikut merasa sedih juga. Karena dia tahu jika Joanna tidak hanya sedih karena meninggalkan Malvin saja. Namun karena permasalahan dengan Mega juga.

Tidak lama kemudian mereka tiba di rumah. Joanna langsung membuka gerbang dan mendapati anaknya yang sudah bangun dan menggedor gerbang. Dengan tangis yang menggelegar.

"Ini Mama Sayang! Maaf karena telah meninggalkan Malvin di rumah sendirian."

Joanna memeluk Malvin begitu erat. Dengan tangis yang belum reda. Sehingga kini, Jeffrey dapat melihat ibu dan anak yang sedang sama-sama menangis kencang.

Jeffrey menemani Malvin dan Joanna di rumah cukup lama. Karena Mega tidak kunjung datang hingga matahari hampir tenggelam. Bahkan, Jeffrey juga yang membelikan mereka makan. Karena Joanna masih setia memeluk Malvin yang masih trauma karena ditinggal di rumah sendirian untuk yang pertama kalinya.

Dua tahun kemudian.

Jeffrey baru saja menuruni tangga. Dengan tas ransel besar warna hitam di punggungnya. Membuat Sandi dan Jessica yang sedang sarapan langsung terkejut saat melihat.

"Ini hari minggu, Jeffrey! Mau ke mana kamu pagi-pagi!?"

Jeffrey tidak menyahuti pertanyaan ibunya. Dia justru pergi begitu saja. Setelah mengambil selembar roti panggang yang berisi selai nanas.

"Jeffrey! Berhenti! Mau sampai kapan kamu mendekati janda ini? Banyak wanita lajang yang mau kau nikahi! Tapi kenapa masih saja kamu mendekati wanita ini!?"

Jessica sudah bangun dari duduknya. Matanya sudah berkaca-kaca. Sebab dia sudah lelah melihat Jeffrey hidup seperti ini sekarang. Mengejar-ngejar Joanna yang sudah menjadi janda sejak satu setengah tahun lamanya.

"Sudah, Ma! Biarkan dia! Papa sudah lelah mengingatkan! Biarkan saja!"

Sandi menarik istrinya agar duduk kembali. Sebab dia juga sudah lelah hati. Karena dia sudah berulang kali mewanti-wanti. Namun Jeffrey tetap saja tidak mau mendengar sama sekali.

"Tapi Mama malu, Pa! Teman-teman arisan Mama ada yang tahu kalau Jeffrey sering datang ke rumah Joanna!"

Jessica sudah menangis sekarang. Dia benar-benar malu dengan kelakuan anaknya yang masih saja mendekati Joanna. Padahal, Jeffrey bisa mendapatkan wanita lajang yang belum pernah menikah apalagi memiliki anak. Namun justru janda anak satu yang didekati sekarang.

"Sabar, Ma. Paling tidak ini lebih baik daripada Jeffrey jadi perebut istri orang. Kita akan lebih malu kalau sampai anak kita mendekati wanita yang masih bersuami, kan? Setidaknya, kita bersyukur karena Joanna sudah menjanda."

Tangis Jessica mereda. Sebab apa yang suaminya katakan benar adanya. Jika dia memang harus merasa lega. Sebab paling tidak, anaknya tidak akan dipandang lebih buruk di masyarakat karena telah menghancurkan rumah tangga orang.

6. 30 AM

Malvin sudah berada di depan gerbang. Menunggu seseorang. Namun saat ada mobil mendekat, dia langsung merasa kesal. Sebab bukan orang yang ditunggu yang datang.

"Mamanya ada?"

"TIDAK ADA!"

Ucapan ketus Malvin membuat si tamu terkekeh pelan. Dia juga langsung mengeluarkan ponsel dari saku celana. Lalu menelepon si pemilik rumah. Hingga Joanna datang dan menegur si anak.

"Malvin! Ada tamu kok tidak dipersilahkan masuk!"

Malvin hanya mengerucutkan bibir. Lalu melipat tangan di depan dada dengan raut sedih. Sebab orang yang ditunggu tidak kunjung datang kemari.

"Anakmu lucu sekali."

"Dia agak nakal akhir-akhir ini, mungkin karena risih karena sering ada orang asing yang datang kemari."

Pria tadi mulai mengangguk singkat. Lalu mengekori Joanna menuju ruang tamu berada. Kemudian duduk di sana dan disuguhi oleh minuman dan beberapa makanan ringan juga.

"YEAYYY!"

Pekikan Malvin membuat Joanna dan si tamu terkejut. Sebab Malvin yang sejak tadi diam mulai berisik. Membuat perbincangan penting mereka agak terjeda kali ini.

"Om kenapa lama sekali, sih!? Keburu Mama ada tamu, kan!!! Ayo masuk!"

Malvin menarik Jeffrey agar pria itu lekas memasuki rumah. Melewati Joanna dan pria yang baru saja datang. Menuju meja makan karena mereka akan sarapan bersama.

Jeffrey menyapa Joanna dan si tamu sebelum menuju ruang makan. Membuat Joanna agak merasa tidak enak pada pria yang ada di depannya. Sebab dia tahu apa maksud tujuan si pria datang.

"Dia siapa?"

"Calon Papa baruku!"

Pekik Malvin yang tiba-tiba saja datang. Lalu berkacak pinggang di belakang ibunya. Seolah sedang ingin mengusir si pria asing sekarang.

"Mama ayo sarapan!!!"

"Malvin! Tidak sopan! Minta maaf!"

Bentakan Joanna membuat Malvin berhenti merengek pada ibunya. Dia juga langsung meminta maaf pada Jordan, pria yang berniat melamar ibunya.

"Maaf, Om!"

Malvin langsung pergi. Meninggalkan ibunya dan si calon ayah ini. Dengan perasaan sedih. Sebab sudah dibentak ibunya tadi.

"Maaf, ya? Malvin jadi mulai nakal karena sering dimanja akhir-akhir ini."

"Tidak apa-apa. Dia masih kecil, wajar kalau nakal sedikit."

"Terima kasih."

Setelah Joanna mengatakan itu, Jordan langsung mengutarakan maksud hati. Untuk melamar wanita ini. Sebab dia sudah lama memperhatikan Joanna pasca tidak memiliki suami.

7. 00 AM

Jordan sudah pergi. Joanna juga mulai menuju ruang makan. Ikut bergabung bersama Jeffrey dan anaknya. Sarapan bersama karena setelah ini mereka akan camping di puncak.

"Malvin, Mama tidak suka kalau kamu tidak sopan pada tamu seperti itu!"

Malvin hanya mengerucutkan bibir. Enggan menanggapi ucapan ibunya saat ini. Sebab dia sudah kesal karena insiden tadi.

"Jangan diulangi lagi! Janji?"

"Malvin..."

Tegur Jeffrey pada Malvin. Membuat anak itu mengangguk kecil. Lalu lanjut makan lagi. Namun dengan raut ditekuk kembali

Dua jam kemudian mereka tiba di puncak. Jeffery langsung mendirikan tenda dibantu Malvin dan Joanna. Suasana hati anak itu juga sudah membaik sekarang. Setelah dibelikan es krim di jalan.

Setelah tenda berhasil didirikan, Malvin langsung berlari menuju tenda lain yang ada di sekitar. Karena di sana ada beberapa anak seusia dirinya. Mereka juga sudah berkenalan sebelumnya. Sehingga kini, anak itu berani langsung mendekat tanpa orang tuanya.

"Di mana Malvin?"

Tanya Jeffrey yang baru saja dari mobil. Membawa makanan ringan yang dibeli saat di jalan tadi. Sebab acara ini baru direncanakan kemarin dan mereka belum memiliki persiapan yang matang sekali.

"Di sana! Main dengan mereka!"

Jeffrey langsung menatap arah pandang Joanna. Pada Malvin yang sedang bermain lompat tali bersama anak-anak di sana. Membuat dirinya mulai tertawa. Sebab Malvin baru saja terkena tali dalam sekali lompat.

Perlahan, Jeffrey duduk di samping Joanna. Di depan pintu tenda. Sembari menatap Malvin yang sedang bermain dengan senyum cerah.

"Ada yang mau aku bicarakan padamu."

Ucap Jeffrey tiba-tiba. Namun wajahnya masih menatap Malvin di depan. Dia enggan menatap Joanna di sampingnya.

"Apa?"

Joanna menatap Jeffrey yang masih tidak menatapnya. Dengan raut penasaran. Sebab dia tidak memiliki clue apa-apa tentang apa yang akan pria itu katakan.

Mengingat selama ini, Jeffrey tidak tampak tertarik padanya. Dia hanya tertarik pada Malvin saja karena selalu anak itu yang dicari saat datang.

Bisa dibilang, Jeffrey dan Joanna sangat jarang berbincang. Apalagi berduaan seperti sekarang. Karena Malvin memang selalu memonopoli Jeffrey jika datang.

"Aku ingin menikahimu. Aku tidak sedang terburu-buru. Jika kamu belum mau, aku siap menunggu."

Joanna terkejut saat mendengar ucapan Jeffrey. Karena dia tidak pernah menyangka hal ini. Tidak pernah berpikir jika Jeffrey tertarik padanya hingga mau bermain dengan Malvin hampir setiap hari.

"Kamu serius? Kamu sungguhan menyukaiku atau hanya hanya ingin mengadopsi anakku?"

Jeffrey langsung menatap Joanna. Dia bingung dengan pertanyaan si wanita. Sebab jawaban seriusnya jelas opsi yang pertama.

"Aku menyukaimu dan ingin merawat anakmu. Tidak mungkin aku hanya ingin kamu dan menelantarkan anakmu."

Joanna masih terkejut dengan ucapan Jeffrey. Namun sedetik kemudian, dia mulai tersenyum kecil. Kemudian tertawa setelah ini.

"Sayangnya kamu terlambat. Aku sudah menerima lamaran Jordan tadi."

Joanna langsung bangkit dari duduknya. Membuat Jeffrey tampak terluka. Karena perjuangannya harus gagal.

"Bercanda! Nikahi aku secepatnya! Ayo kita rawat Malvin bersama!"

Joanna mengulurkan tangan. Membuat Jeffrey mulai tersenyum cerah. Lalu membalas uluran tangan si wanita.

END.

Bonus chapter ada di karyakarsa. Isinya ada gimana keadaan Mega, Teressa, Darla + ending bahagia mereka.

Continue Reading

You'll Also Like

161K 25.8K 48
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
114K 16K 82
Di suatu semesta lain, Adel dan Oniel adalah Kakak Beradik yang dibesarkan di panti asuhan, sampai suatu kejadian memaksa mereka untuk menjadi pelind...
1.1M 61.4K 65
"Jangan cium gue, anjing!!" "Gue nggak nyium lo. Bibir gue yang nyosor sendiri," ujar Langit. "Aarrghh!! Gara-gara kucing sialan gue harus nikah sam...
190K 18.6K 70
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...