Happy reading!
~•~
Bruk
Gane terjatuh kala tubuhnya ditabrak seseorang yang melangkah berlawanan arah dengannya. Ia terdiam, melihat orang itu sangat mirip dengan sahabatnya di dimensinya.
"Maaf saya tidak sengaja," kata lelaki itu mengulurkan tangannya pada Gane. Gane menyambut uluran tangan itu.
"Tidak apa-apa."
"Kamu baik-baik saja?"
"Ya."
"Kalau begitu saya pergi, maaf sampai jumpa lagi."
Gane masih memperhatikan orang yang menabraknya, kenapa rasanya sangat familiar sekali? Ini pasti hanya perasaannya saja.
"Prince, kakak cari-cari daritadi," ujar Aace.
Saat ini mereka tengah ada di sebuah pusat perbelanjaan. Aace yang melihat Prince murung beberapa hari terakhir memutuskan untuk mengajak anak itu kemari.
"Ayo, katanya mau ke timezone malah ngilang ditinggal sebentar."
"Tadi aku lihat pameran disana."
Gane menunjuk stand-stand berjajar yang berisi banyak lukisan.
"Masih mau lihat pameran atau ke timezone?"
"Ayo ke timezone!"
Gane menatap penuh minat permainan yang ada disana. Aace memberikan sebuah kartu pada Gane untuk bermain karena memang masih ada saldo di kartu itu.
"Bagaimana cara mainnya?" tanya Gane.
Aace yang mendengar itu mengernyitkan dahinya, apakah amnesianya masih belum sembuh? Sepertinya sih belum.
Aace mengajarkan cara bermainnya. Mereka juga adu skor memasukkan bola basket ke ring.
"Ayo lagi kak!" ajak Gane karena menurutnya permainan ini mengasyikkan. Namun Aace kelihatannya sudah sangat lelah.
"Kamu aja, kakak capek." Gane sadar jika Aace sudah lelah Dan akhirnya bermain sendiri. Hampir semua permainan dicobanya.
Aace memilih duduk di salah satu bangku terdekat sembari memperhatikan Prince bermain.
"Ini gue yang jompo apa Prince yang nggak ada capeknya?" tanyanya entah pada siapa.
"Kak aku ingin itu." Gane menunjuk penjual arum manis karakter.
"Beli berapa? 10? 100? Atau semua juga kakak beliin."
"Satu aja."
"Mbak mau beli dong."
"Silahkan, mau bentuk apa kak?"
"Yang mana Prince?"
Gane berpikir keras, yang ini atau yang itu ya? Sepertinya kalau yang ini seperti anak perempuan. Gane berpikir keras.
"Yang ini."
Akhirnya setelah sekian tahun Gane berhasil menentukan pilihannya.
Penjual arum manis memberikan pesanan mereka.
"Jadi tidak tega memakannya,"
Aace mengacak rambut Prince.
"Dasar bocah."
Aace melirik Prince yang tertidur di sampingnya. Mereka masih dalam perjalanan pulang karena terjebak mecet. Aace menahan kepala Prince yang hampir saja terantuk jendela. Untung saja tadi Aace memutuskan untuk menggunakan sopir. Aace memindah posisi Prince menjadi setengah berbaring dan meletakkan kepalanya di pahanya.
Aace mencubit pelan pipi Prince. Sudah lama dia merindukan adik sepupunya ini. Apalagi Prince selalu dimonopoli oleh Allean atau Argon ditambah jadwal praktek dokternya yang padat. Pemuda itu memandangi Prince dan mengecup dahinya. Entah kenapa firasat Aace mengatakan jika Prince akan menjauh.
Aace menggelengkan kepalanya, mencoba menepis firasat buruk itu. Jangan sampai hal itu terjadi, tidak boleh ada yang memisahkan mereka.
***
"Ternyata alam semesta begitu luas," gumam Gane saat membaca buku pengetahuan alam. Bahkan ia sampai ada di dimensi yang berbeda dan di tubuh orang lain. Sampai saat ini pun misteri itu belum terpecahkan.
Gane menguap, merasa mengantuk akhirnya ia mematikan lampu kamar dengan tepukan tangan dan menarik selimutnya, tak lama kemudian dia tertidur.
Jendela kamar Gane terbuka. Seseorang masuk ke dalamnya. Lelaki berpakaian serba hitam itu mendekat pada Gane yang tengah tertidur. Sesaat kemudian lelaki itu berdiri di depan tempat tidur Gane dan mengucapkan beberapa kalimat secara lirih.
"Jadi ini benar," ucap orang itu, setengah tak percaya.
"Tapi syukurlah, sebentar lagi anda akan kembali."
Gane yang merasa akan kedatangan seseorang pun membuka matanya. Ia melihat ke sekeliling kamar, tapi tak menemukan siapapun. Remaja empat belas tahun itu bangkit dari tempat tidurnya dan memeriksa seluruh ruangan di kamarnya
"Aku yakin pasti tadi ada yang masuk."
Gane merasakan hawa dingin menusuk, ternyata pintu jendela kamarnya terbuka.
"Sepertinya tadi tertutup," kata Gane melihat ke arah bawah balkon yang juga tak menemukan apapun.
Ia memejamkan mata kala merasakan sebuah aura yang sangat familiar.
"I-ini tidak mungkinkan?"
Gane terduduk dengan pandangan kosong.
***
"Ada apa Prince?" tanya Allean yang melihat Prince murung, tidak biasanya. Namun anak itu tak mendengar pertanyaan Allean dan masih larut dalam lamunannya, hanya mengaduk-aduk nasi gorengnya.
Aace yang duduk di sebelah Prince menepuk lengannya, Prince tersentak.
"Kenapa kak?"
"Kamu ada masalah? Bisa cerita sama kita," ucap Aace, Prince terdiam.
"Kakak suapi aja ya?"
Prince tidak mengangguk dan tidak menolak. Saat Aace menyuapinya pun Prince hanya diam menerima suapan itu.
Gane berjalan tanpa semangat di lorong sekolahnya. Sampai dia menabrak orang di depannya, bukannya orang itu yang jatuh, tapi malah dia yang jatuh terpentak. Rasanya Gane ingin mengumpat, tubuh pendek ini sangat menyusahkannya.
"Bangun."
Gane menerima uluran tangan itu. Ternyata Arthur yang ditabraknya.
"Wah gue khawatir sama Prince, kalau dia kenapa-napa gimana?"
"Bahaya nih, kayaknya bentar lagi bakal ada gelut-gelut an."
"Wah, tontonan menarik nih. Udah lama Arthur nggak buat rusuh."
"Lo bukannya khawatir malah seneng, dasar aneh!"
Arthur dan Gane sama-sama mendengar pembicaraan siswa lain, bahkan hampir terbentuk lingkaran di sekitar mereka. Arthur menarik Gane pergi dari sana, mereka naik ke rooftop.
"Kemana aja?" tanya Arthur.
Gane yang mendengar pertanyaan itu langsung teringat jika dia seharusnya mengajarkan Arthur.
"Maaf, aku ada masalah jadi tidak bisa mengajari... "
"Panggil abang."
"Abang tukang bakso?"
Arthur berdecak, entah kenapa rasanya lega melihat Prince secara langsung setelah anak itu menghilang dua minggu lebih.
Gane menatap Arthur yang tak bergerak.
"Bang Arthur?" Gane melambaikan tangan di depan wajah Arthur dan mencoba menggoyangkan badan pemuda itu tapi tetap saja tak bergerak se-inchi pun.
Gane mendekat ke pinggir rooftop. Melihat ke bawah, banyak siswa yang terhenti, mereka seakan mematung tak bergerak sama sekali. Bahkan di lapangan ada yang tengah mengambang di udara sedang memasukkan bola basket ke dalam ring.
Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah waktu berhenti? Namun kenapa dirinya tidak?
"Ada yang aneh disini," kata Gane.
"Yang Mulia Putra Mahkota," panggil seseorang.
***
Ada apa gerangan jeng jeng jeng
Gimana next nggak?
Vommentnya dulu dong 😉
Siapa hayo yang manggil Gane?
Btw aku emang lagi dalam misi nyelesaiin cerita ini, udah setahun lebih nggak end2, jadilah up keseringan. Biasanya paling cepet seminggu sekali wkwk
26/01/23