AUNTY

By bunnycarrotz

89.1K 10.4K 2.4K

[M] Rochely Park memiliki keponakan tiri yang bernama Jeon Jungkook. Wanita itu selalu ada di sisi Jungkook s... More

1: welcome home, aunty
2: the choices
3: full of suprises
4: teasing
5: there's no boundaries
6: do you need some help, aunty?
7: aunty, i'm really sorry
8: the wildest side of him
9: i have one request for you
10: love scenario
11: meet, the park family
12: she said, "this is just a dream."
13: love maze
14: keeping promises
15: the story of anne
17: walk along the beach
18: be mine, aunty
19: about last night
20: full of jealousy
21: escape from the reality
22: anti-sleepy
23: the best gift ever
24: confessing
25: unacceptable reality
26: the embarrassing fact
27: move in
28: talking about the future
29: he's so fucking jealous
30: the night of drama
31: too sweet
32: status
33: unexpected things
34: the storm of destruction
35: like a hurricane
36: after the storm [END]

16: someone to lean on

1.8K 285 56
By bunnycarrotz

❀° ┄───────╮
Vote | Comment
╰───────┄ °❀

Previously part on aunty:

Anne. Mata Rochely terbelalak kala teringat nama
palsu yang sengaja ia berikan pada lelaki—2 tahun lalu di Amerika. Kegelisahan serta rasa takut menyelimutinya. Rochely pun menyenyahkan niat untuk mendaratkan bokongnya pada kursi restoran.

Rochely mengepalkan tangan erat, menatap lurus dengan pandangan penuh kilat. "Enyahlah! Korea Selatan adalah wilayahku, kau tidak akan bisa mengancamku disini."

"Tentu saja aku bisa," Jeffry berjalan menghampiri Rochely yang terus mengambil langkah mundur dengan teratur. Kemudian lelaki itu tersenyum miring, "aku masih menyimpan video panas kita di icloud ponselku."

Kemudian Jeffry berusaha meraih pergelangan tangan Rochely. Namun wanita itu berhasil menepisnya. "Aku tidak peduli, anggap saja kalau saat ini aku sudah mati dan kita tidak pernah bertemu."

"Begitu ya?" Jeffry menaikkan satu alisnya dengan menatap tajam Rochely sebelum melanjutkan,"maka kau harus siap menerima konsekuensinya, Love."

Rochely mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Nampak begitu sepi, seakan—tidak ada seorang pun di lantai tersebut. Kemana semua pengunjung dan karyawan hotel berada? Resepsionis yang tadi ia ajak bicara juga mendadak menghilang. Saat ini Rochely bagaikan terisolasi dari dunia luar, membuat bulir keringat dingin mulai mendatangi bagian anak rambut di kepalanya.

Jungkook...Tolong aku!!!

Teriak Rochely dalam hati—yang tentunya tidak akan didengar oleh Jungkook. Keponakannya itu tengah duduk di sofa lobi hotel; sibuk bermain gim. Kendati Jungkook seringkali mengaitkan netranya ke elevator, menanti kehadiran Rochely yang baru saja meninggalkannya selama 15 menit.

Tanpa menaruh ekspektasi tinggi; adanya seorang pangeran berkuda putih yang akan menolongnya. Rochely berpikir realistis, maka ia memilih untuk segera meninggalkan pria brengsek itu dengan berlari sekuat tenaga tanpa merespon ancaman Jeffry.

"Rochely, wait!" Jeffry mengejar Rochely dan dalam hitungan detik wanita itu berhasil tertangkap olehnya.

Memang tidak dapat dipungkiri jika kaum adam jauh lebih gesit dan kuat dari kaum hawa. Jeffry berhasil merengkuh perut Rochely dari belakang. Namun mendadak rahangnya mengeras ketika Rochely menusukkan sebuah hair pin di tangan cabul—yang tengah melingkar erat di pinggang rampingnya. Wanita itu tidak semerta-merta pasrah menerima kenyataan yang ada, ia terus melawan dengan meninju perut pria itu menggunakan kedua sikunya.

"Argh! Sialan!!" Jeffry melepaskan dekapannya dan mengusap lengannya yang terkena tusukan dari ujung hair pin nan tajam milik Rochely.

Sementara Rochely menggunakan kesempatan emas ini untuk berlari ke arah tangga darurat di ujung lorong. Terdengar suara ketukan heels Rochely menggema yang dapat memekakkan telinga bagi yang mendengarnya. Walaupun begitu, tidak ada seorang pun yang menolongnya.

"Sebaiknya jangan melawanku, Love. Kau tidak mengenalku," Jeffry tertawa keras setelah selesai mengelap darah yang mengalir keluar dari goresan luka di lengannya. Ia pun kembali menjejakkan kakinya; mengejar Rochely yang sudah menuruni tangga darurat, "aku bisa saja memperkosamu kapan pun aku mau."

Bulu kuduk yang ada di seluruh tubuh Rochely langsung berdiri. Ditambah dengan jantungnya yang harus bekerja lebih keras dari sebelumnya. Keringat dingin nan sebesar biji jagung pun kian menetes deras dari dahi hingga ke leher putihnya.

Tidak ingin sepatu heelsnya menjadi penghambat, ia mengambil beberapa detik untuk melepas dan menentengnya. Rochely turut mengangkat gaunnya hingga atas paha dengan matanya yang terbuka lebar, disertai deru napas tidak beraturan dari hidungnya. Berharap seluruh upayanya dalam melarikan diri dari pria brengsek itu tidak berakhir sia-sia.

Aku tidak ingin mati hari ini! Batinnya.

Dengan tangan yang gemetar hebat, ia mengambil ponselnya yang ada di dalam tas. Kemudian langsung melakukan panggilan telepon kepada Jungkook.

"Halo, Aunty?" Sapa Jungkook dengan suara manja.

"Jung...temui aku...di depan pintu tangga darurat lobi...sekarang...kumohon..." pinta Rochely kepada Jungkook dengan napas tercekat. Seolah ada yang mencekik kuat lehernya hingga dada wanita bermarga Park itu terasa sesak.

"Ha? Aunty? Apa Aunty baik-baik saja?"  Tanya Jungkook yang kemudian panggilan tersebut langsung dimatikan oleh Rochely. Jungkook tahu satu hal yang pasti, yakni—ada sesuatu yang tidak beres. Sehingga ia langsung bangun dari posisi nyamannya guna menghampiri Rochely.

Dua puluh detik berlalu, ketika Rochely berhasil menuruni anak tangga dari lantai 3, sudah ada presensi Jungkook di daun pintu–sesuai dengan permintaannya. Hal ini menghadirkan sedikit rasa lega di hati Rochely.

"Aunty! Kau kenapa?" Jungkook langsung merangkul Rochely yang nampak begitu kacau; rambut berantakan, banjir keringat, dan napas yang terengah-engah.

Rochely tidak dapat berbicara sepatah katapun lantaran pandangannya mendadak mengabur. Ia hanya memberikan sebuah isyarat tubuhnya; menunjuk pintu keluar hotel.

Dengan tubuhnya yang bergetar, Rochely beringsut ke rengkuhan Jungkook. Kakinya terasa lemas—seakan tulang belulangnya telah copot dari rangkanya. Hingga kakinya tidak mampu menahan massa tubuhnya yang tidak terlampau berat itu; ambruk seketika. Jungkook dapat merasakan tubuh Rochely yang gemetar serta menggigil di dalam pelukannya.

Setelah berada di pelukan Jungkook, seketika air mata yang sedari tadi ia tahan pun pecah. Wanita itu sudah tidak sanggup lagi menahan bendungan kesedihan yang kini mengalir deras hingga membasahi pipi. Bahkan tetesan air mata Rochely turut membanjiri sweatshirt yang membungkus lengan kekar Jungkook.

Jungkook melonggarkan pelukan tanpa berniat untuk melepaskan dekapannya dari tubuh Rochely. Ia sangat penasaran dengan hal yang menimpa sang bibi. "Aunty. Apa ada yang menyakitimu? Siapa orangnya? Biar ku hajar orang itu sampai seluruh giginya ompong."

Rochely tidak ingin membahasnya. Ia konsisten dengan kemauannya; terus menunjuk pintu keluar. "Ke mobil...sekarang."

Jungkook hanya menarik napas dan menghembuskannya perlahan guna menormalkan emosinya yang sempat naik darah. Setiap Jungkook mengaitkan netra bambinya ke arah Rochely, entah kenapa ia dapat merasakan sakit yang dialami oleh sang bibi—seakan hatinya juga ikut terluka.

"Aku akan menggendongmu agar kita cepat sampai ke dalam mobil, ya?" Tawaran Jungkook langsung dijawab dengan anggukan oleh Rochely yang kondisinya kian melemah.

Sungguh, kehadiran Jungkook saat ini begitu berarti bagi Rochely. Dia tidak mampu membayangkan jika tidak ada Jungkook dalam kondisi seperti ini. Berhadapan dengan Jeffry yang merupakan pemicu trauma masa lalunya, selalu berhasil membuat mentalnya terganggu.

Pikiran ingin bunuh diri selalu terlintas di kepala Rochely sejak kejadian pemerkosaan beberapa tahun lalu. Namun berkat pertolongan dari dokter, ia dapat kembali menerima bahwa dirinya berharga, layak dicintai, dan sama sekali tidak bersalah atas kejadian yang menimpanya itu.

Terlepas dari bantuan dokter, terdapat dukungan lain yang tidak kalah hebatnya. Hanya dengan rangkaian kata, "aku sangat membutuhkanmu, Aunty. Jangan lupa berolahraga dan makan yang teratur agar kita bisa hidup hingga 60 tahun lagi!" yang dituturkan oleh Jungkook melalui pesan singkat. Perkataan itu berhasil menjadi penguat serta motivasi hidupnya.

***

Kini Jungkook mendudukan Rochely di kursi penumpang bagian depan. Setelah itu Jungkook hendak menutup pintu mobil agar ia dapat beranjak ke kursi pengemudi. Namun Rochely menarik jemari panjang sang keponakan.

"Jangan pergi," pinta Rochely.

Jungkook mengelus punggung tangan Rochely yang terus menggenggam jemarinya. "Aku tak akan kemana-mana, Aunty."

"Aku ingin dipeluk." Permintaan Rochely langsung dikabulkan oleh sang keponakan. Jungkook menundukkan kepalanya agar sebagian tubuhnya dapat masuk ke dalam mobil untuk memberikan dekapan hangat kepada Rochely.

Rochely kembali menangis manakala Jungkook kembali memeluk dirinya. Bahkan tangisannya menjadi semakin keras dari sebelumnya.

Jungkook pun semakin mengeratkan rengkuhannya sembari mengusap dan menepuk pelan punggung Rochely, berusaha menenangkan serta membuat sang bibi merasa nyaman. "Apa aunty merasa lebih baik saat aku peluk begini?"

Rochely mengangguk pelan. Jujur saja, saat ini ia merasa seperti terpisah dari seluruh kecemasan duniawinya. "Jangan lepaskan pelukanmu, Jung."

Jungkook pun menurut.

Alih-alih merasa senang karena sang pujaan hati yang terus meminta dipeluk, justru hati Jungkook terasa teriris.

Setelah lima menit saling berdekapan, Rochely tidak lagi gemetar dan mulai berhenti menitikkan air matanya. Usaha Jungkook dalam membuat Rochely merasa lebih baik akhirnya membuahkan hasil.

"Terima kasih, Jung," ucap Rochely yang terdengar lemah lembut.

Jungkook selalu berdebar ketika Rochely memanggilnya 'Jung' atau 'Jungkook-ah'. Lalu kini semakin berdebar manakala Rochely membenamkan wajah dalam-dalam di dada bidangnya.

Aroma white musk menguar dari tubuh Jungkook saat Rochely terus menghirupnya, berhasil menciptakan rasa nyaman di hati wanita itu. Entah, ini perkara aroma atau karena perlakuan Jungkook kepadanya?

"Tolong bawa aku ke tempat sepi," pinta Rochely dengan mengaitkan mata sayunya ke mata Jungkook, "ke suatu tempat yang bahkan tidak ada orang lain disana."

Jungkook tersenyum kecil seraya menyeka air mata Rochely yang tumpah ke ujung bibir ranum sang bibi, "mau berangkat sekarang atau masih ingin memeluk tubuhku yang kekar ini?"

"Berangkat sekarang." Sontak Rochely melepaskan pelukannya.

Setelah itu Jungkook bangkit dan berjongkok di sisi Rochely. Memfokuskan mata bulatnya ke bagian kaki sang bibi yang nampak kemerahan–lecet–di sekitaran punggung kaki hingga jemari mungil Rochely. Jungkook menduga hal tersebut terjadi lantaran sang bibi berlarian menggunakan heels setinggi 15 cm.

"Aunty, kakimu terluka," pekik Jungkook dengan mata melebar serta bibirnya yang tidak kunjung ia katupkan. "Pakai sandal milik teman wanitanya uncle Jimin dulu, ya?"

Teman wanita Jimin? Jadi, ini mobil milik teman Jimin? Lalu bagaimana Jungkook dapat mengenal teman wanitanya Jimin? Batinnya penasaran. Namun pada kenyataannya Rochely hanya mengatakan sebuah kata singkat, "iya."

Baik Jungkook maupun Rochely, keduanya sama-sama berhutang penjelasan terhadap satu sama lain.

Tanpa memberitahukan tempat yang akan mereka tuju, Jungkook kerap memusatkan perhatiannya ke arah depan. Tidak seperti saat perjalanan awal, kini pria muda itu mengemudi dengan kecepatan rata-rata agar Rochely tidak kembali mengomelinya.

Suasana di mobil begitu hening. Hanya alunan lagu milik penyanyi Indonesia—Elang Defrianto; berjudul 'home' yang mengisi kesunyian di antara mereka.

"Aunty," panggil Jungkook. Lalu ia menjeda sejenak untuk terkekeh, "bukannya aku ingin meledekmu, tapi cobalah bercermin. Matamu nampak seperti riasan mata para penyanyi rock."

Jungkook memberanikan diri untuk membuka suaranya seraya fokus ke arah jalanan. Pria muda itu menyinggung penampakan maskara yang sedari tadi meluntur hingga membuat bagian bawah mata Rochely menghitam. Sungguh, Jungkook sangat berharap ucapannya dapat mencairkan suasana yang tegang.

Setelah beberapa detik berlalu, Rochely tidak kunjung merespon. Jungkook pun mengarahkan atensinya sejenak ke arah Rochely dan menemukan pujaan hatinya tengah terlelap. Mencipta lengkungan kecil nan indah di bibir Jungkook.

Hingga saat kendaraannya berhenti di lampu merah, senyuman Jungkook mendadak menghilang sejak pria muda itu menelik dan menyadari bahwa Rochely tertidur dengan air mata yang tersisa di ujung maniknya. Hal tersebut berhasil mendongkrak emosi Jungkook. Jemari Jungkook sontak mengepal kuat dan rahangnya turut mengerat dengan gigi-gigi yang menggretak di dalam sana.

Jungkook lantas menyeka air mata Rochely seraya bergumam. "Siapapun yang menyakiti Aunty, dapat aku pastikan bahwa orang itu tidak akan bisa hidup dengan tenang."

TBC



Aku baru bikin instagram baru, isinya secuil bocoran mengenai chapter berikutnya.

Follow ya: @bunnycarrotz.jpeg

(Khawatir ada yang ga suka dan salah lapak jadi akunnya aku private, karena disana aku bakal kasih visual se-liar itu.)

***
19 Januari 2023

Continue Reading

You'll Also Like

2.6K 411 11
Cuma kumpulan one shot & Drable YunJae.
49.6K 2.9K 22
Mature content [M] Kebodohan berujung petaka! Sohyun langsung mengiyakan tawaran temannya tanpa bertanya lebih lanjut tentang pekerjaan yang akan ia...
172K 8.4K 28
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
The CEO By nikarakasiwi

General Fiction

17.1K 783 34
Akhir dari sebuah cerita memang rahasia Semesta. Namun, usaha yang ditempuh tergantung masing-masing manusia. Mereka yang mau bertahan menyembuhkan l...