MR. PARK [CHANBAEK]

Por Wiellevery

61.7K 5.1K 368

[END] Baekhyun adalah seorang mahasiswa semester 4 yang bebas dan terbiasa hidup mandiri dalam petak one room... Mais

AWAL
BAB 1 - 1| Kejutan di Kelas
BAB 1 - 2 | Kejutan di Kelas
BAB 2 - 1 | Manis dan Pemberani
BAB 2 - 2 | Manis dan Pemberani
BAB 3 - 1 | Tekanan Ibu
BAB 4 - 1 | Empati
BAB 4 - 2 | Empati
BAB 5 | Menginap di Kamar 57
BAB 6 | Saling Bertemu
BAB 7 | Makan Malam
BAB 8 | Ke Pantai
BAB 9 | Ciuman Pertama
BAB 10 | Sebuah Rahasia
BAB 11 | Curahan Hati Baekhyun
BAB 12 | Sepasang Kekasih Baru
BAB 13 | Roman Picisan
BAB 14 | Intimasi
BAB 15 | Tertangkap Basah
BAB 16 | Mencari Restu
BAB 17 AKHIR | Bahagia, Selalu
SPOILER SPESIAL PART MR. PARK
BAGI-BAGI VOUCHER DISKON LAGI!!

BAB 3 - 2 | Tekanan Ibu

2.1K 237 27
Por Wiellevery

"Oh, siapa? Kenapa kau bisa masuk kemari?" tanya wanita itu dengan tatapan menyelidik.

Kaki melangkah pelan mendekati Baekhyun yang segera berdiri.

"Ah, aku Baekhyun." Badan di bungkukkan, "aku mahasiswa Mr. Park yang ingin mengumpulkan tugas."

Baekhyun tersenyum tipis, barulah tatapan tajam itu agak melembut. Mata menilai turun ke bawah lalu naik dan turun lagi, tersenyum simpul.

"Mahasiswanya Chanyeol? Dia sedang pergi untuk membeli susu yang habis."

Wanita itu berjalan melewatinya, menuju kompor menyala dengan panci mengepul di atasnya. Wangi dari sup ayam menguar saat tutup di buka, membuat Baekhyun tanpa sadar mengusap perut, kelaparan.

"Ah, kalau begitu bisakah aku menitipkan tugas pada Anda. Mungkin Mr. Park akan lama."

Matanya menoleh pada Baekhyun, lalu beralih pada lembaran dalam pelukan, "tunggu saja di sini. Dia tidak akan lama."

Mau tak mau Baekhyun kembali duduk. Entah bagaimana seberapa lembut wanita paruh baya itu berucap, kalimatnya mengandung perintah yang tak mampu di tolak.

...

Saat belanja mingguan kemarin harusnya Chanyeol ingat untuk membeli susu. Minuman itu jadi hal wajib yang ada di kulkas sejak ia masih kecil. Kebiasaan itu terbawa hingga ia dewasa bahkan hidup seorang diri di perantauan.

Ibunya selalu mengatakan jika minum susu akan menambah tinggi badannya. Percaya atau tidak Chanyeol tetap menerapkannya hingga kini. Untuk itu, saat Ibunya yang datang mendadak membuat Chanyeol kembali di omel karena lupa dengan susu dan segala makanan sehat di kulkasnya.

Denting lift yang terbuka membuat Chanyeol mengeratkan pegangan pada keresek. Kaki panjang melangkah mantap pada kamar 57. Kode pintu di masukkan dan pintu tak terkunci.

Kening berkerut bingung saat Chanyeol menatap sebuah sepatu asing warna putih. Seingatnya, ia tak punya sepatu macam itu.

"Aku pulang," kata Chanyeol kali pertama, namun baru 3 langkah berjalan, ia berhenti.

Baekhyun duduk di salah satu kursi makan, di depannya ada tumpukan rapi folio. Setengah terkejut karena melihat sang dosen telah menggulung lengan kemejanya, kancing teratas di buka.

"Chanyeol, ada mahasiswamu yang mengumpulkan tugas."

Baekhyun berdiri, ia menyerahkan tugasnya pada Chanyeol ketika beberapa kreseknya di letakkan.

"Ini tugasnya, Mr. Park."

Chanyeol mengecek jam di tangan kiri, alis menukik, "kau tidak terlambat 'kan?"

"Tidak. Aku mengumpulkan tepat waktu."

Bohong. Chanyeol bahkan ingat kalau ia keluar di jam 1 tepat dan tidak ada Baekhyun di luar.

"Kau yakin?" mata almond memicing.

Baekhyun menghela napas, mata melirik gelisah, "terlambat 2 menit."

"Kali ini aku akan memaafkanmu. Tapi tidak lain kali. Kau juga tidak boleh terlambat dan mabuk-mabukan lagi."

Mata sipit melotot, "a-apa? Bagaimana Anda tahu?"

Ketukan pada sisi luar panci mengalihkan perhatian dua orang yang adu mulut. Ibu Chanyeol tersenyum tipis. "Kita makan siang bersama." Pandangannya beralih pada Baekhyun sekilas, "kau ikut makan bersama kami."

Dua lengan gemuk memegang kuping panci panas, meletakkan hati-hati di atas meja. Ia duduk diantara Baekhyun dan Chanyeol.

"Dimana rumahmu, Baekhyun?"

"Ah, aku tinggal di kamar sebelah."

Chanyeol melirik dari ekor mata. Ia diam, penasaran.

Mangkok nasi ambil, "Orang tuamu?"

"Ibuku tinggal di Bucheon dan Ayahku di Seoul."

"Bercerai?" Mangkok penuh Baekhyun di kembalikan, gantian mengisi mangkok Chanyeol.

"...Ya, mereka bercerai saat aku kecil."

Ibu Chanyeol terdiam sejenak, lalu tangan yang mulai bergelambir itu mengambil lauk, meletakkan di atas piring Baekhyun. "Makanlah."

Mau tak mau perlakuan itu membuat sudut hati kecilnya terenyuh. Sudah lama ia tak merasakan kehangatan di antara anggota keluarga terutama seorang ibu. Tanpa sadar mata sipit malah berkaca-kaca. Tak sadar saat Chanyeol menghentikan kunyahan pada mulutnya dan memandangnya. "Terima kasih."

Ibu melirik Chanyeol sekejab, lalu kembali makan dengan khitmat. "Tapi Baekhyun masih sering bertemu ayahnya kan?"

Mahasiswa dengan kepala merah itu menggeleng, "tidak. Ayah sudah punya istri baru, rasanya agak sungkan untuk datang."

"Pantas saja," bisik Ibu Chanyeol, wanita itu melempar pandangan pada ranjang dengan sprei kelabu yang gelap.

"Ya?"

"Tidak, makan yang banyak, Baekhyun." Ibu Chanyeol tersenyum tipis, mata tak lepas memandangi sosok mahasiswa dari sang putra yang kini makan dengan lahab.

...

"Mr. Park dan Nyonya, terima kasih atas makanannya." Baekhyun membungkuk, tali tas punggung di cengkram erat.

"Ya. Jangan sungkan," sahut Ibu, berdiri di balik wastafel.

"Baekhyun, aku serius tentang jenis pakaian yang kau kenakan. Kenapa kau begitu keras kepala?" tanya Chanyeol agak heran sembari mengamati kemeja, kaos juga ripped jeans yang mengganggunya. Tubuh tinggi bersandar di dinding. Mengamati mahasiswanya yang tengah mengenakan sepatu dengan tajam.

"Aku suka dengan gaya pakaianku, Mr. Park. Lagipula kampus tidak pernah melarang jenis pakaian apapun yang dikenakan oleh mahasiswanya." Baekhyun mendongak, ia baru sadar kalau dosennya itu memang benar-benar tinggi dalam jarak sedekat ini. Kemana saja Baekhyun kemarin? Mata dengan manik coklet gelap menusuknya intens. Seolah mendorongnya masuk ke dalam lautan tanpa dasar yang begitu gelap. Tanpa segaris senyum dari bibir tebalnya.

"Kampus adalah kampus. Tapi aku punya aturan sendiri di kelasku. Ikuti atau kau tidak perlu masuk di kelasku dan dapat nilai E. Aku tidak masalah. Juga lakukan tugasmu sebagaimana PJMK pada umumnya."

Napasnya tercekat.

Baekhyun melempar pandangannya ke dinding polos dengan lukisan abstrak. Jantung berdetak dua kali lipat. Tatapan mata itu begitu tajam, perlahan menguliti Baekhyun hingga nyalinya menciut takut.

"Baik. Lainkali aku akan berpakaian lebih baik dan tidak telat," balas Baekhyun agak gugup. Kenop pintu di tarik, Baekhyun pamit pulang.

Sementara Chanyeol memutar mata malas, berdecak untuk kesekian kali.

"Wajahnya jelek sekali. Dia mau menangis atau apa?" gumam Chanyeol. "Hanya karena ucapanku?"

Bagi Chanyeol ucapannya memang agak pedas, ia terbiasa menegur mahasiswa yang memang keluar dari aturannya. Mungkin karena itu juga tak sedikit mahasiswa yang kurang suka pada dirinya.

Sekali lagi, Chanyeol tak masalah, tujuannya adalah baik.

Namun entah mengapa kali ini hatinya tak tenang.

Ia merasa bersalah. Sedikit. Apalagi di tambah dengan ucapan Ibu.

"Aku benar-benar tak suka pada orang dengan penampilan berantakan sepertinya."

Ucapan Ibu membuat Chanyeol terkesiap. Ia balik badan. Raut Ibu jauh berbeda. Tak ada seulas senyum saat berbicara.

"Saat melihat penampilannya, aku tahu ia anak bermasalah. Orang tuanya bercerai dan tak ada yang mengurusnya. Beruntung ia masih bisa mengucapkan salam dan terima kasih dengan baik." Dua pasang mata bertemu, "jangan terlalu dekat dengan mahasiswamu itu, Yeol."

Chanyeol terhenyak, bibir tebal di gigit. Itu memang benar. Baekhyun bukan anak polos yang gemar menghabiskan waktu di rumah. Ia adalah anak yang bebas dan mandiri, bolos, telat, hingga gemar pergi ke club malam, mabuk, dan semoga saja ia tak suka bermain dengan banyak perempuan.

Tapi rasanya ia tak suka saat Ibu berbicara seperti itu.

"Dia ... baik, Bu."

Walau nyatanya Chanyeol tidak tahu pasti.

"Entah dia baik atau tidak, yang paling penting jangan dekat dengannya."

Ibu berkemas, tas jinjing di angkat. Tubuh agak gemuk itu mendekat, memberi pelukan yang segera di sambut Chanyeol. "Urus saja dirimu, temukan wanita mana yang akan kau kenalkan pada Ibumu dalam waktu dekat. Kau sudah memasuki masa menikah, Chanyeol."

Pelukan dilepas, Ibu tersenyum lembut. Telapak mengusap bahu Chanyeol yang kaku. "Ibu pamit, sampai jumpa."

Meninggalkan sang putra dengan tekanan lebih besar dari sebelumnya.

|_______|

Tolong jangan dimasukkan hati kata-kata Ibunya Chanyeol ya. Cuma agak khawatir sama anaknya yang udah gede aja.

Sampai jumpa di bab selanjutnya!

Continuar a ler

Também vai Gostar

328K 22.7K 13
Mingyu menikah? Si berandal dari Shinki Senior High itu menikah? Ia menolak tentu saja! Apalagi ia dijodohkan dengan laki-laki dan laki-laki itu adal...
107K 11.6K 16
[COMPLETE] Maru, sebutan bagi orang ketiga. Atau yang sering disebut Pelakor. "Punya suami ganteng itu bikin was-was" -baekhyun "Adek gue tuh sebel...
56.3K 5.3K 17
"Pak mau resign.." "Mana bisa kamu sembarangan resign pas ada event penting kayak gini.." • "Pak saya resign ya.." "Gak bisa Raffa.. saya butuh kamu...
84.2K 8.6K 30
Kisah dua orang yang bersahabatan sejak kecil hingga mereka terpisahkan dan bertemu kembali dalam pertemuan pertama hingga disebut seorang yang asing...