[4] Dear,Radeska || π™ΉπšŠπšŽπš–οΏ½...

By MuftiaCahyani

63K 8.8K 1K

°°° π‘π‘Žπ‘šπ‘Žπ‘›π‘¦π‘Ž π‘…π‘Žπ‘‘π‘’π‘ π‘˜π‘Ž πΏπ‘Žπ‘›π‘”π‘–π‘‘ π΄π‘Ÿπ‘˜π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘šπ‘Ž π‘…π‘Žπ‘‘π‘’π‘ π‘˜π‘Ž π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ π‘π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘”π‘–π‘Ž πΏπ‘ŽοΏ½... More

✨ π‘…π‘Žπ‘‘π‘’π‘ π‘˜π‘Ž πΏπ‘Žπ‘›π‘”π‘–π‘‘ π΄π‘Ÿπ‘˜π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘šπ‘Ž ✨
✨ π‘šπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘š π‘…π‘Žπ‘‘π‘’π‘ π‘˜π‘Ž ✨
✨ π·π‘’π‘ π‘˜π‘Ž π‘˜π‘Žπ‘› π‘šπ‘Žπ‘’ π‘šπ‘Žπ‘–π‘› ✨
✨ 𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖𝑑𝑖𝑣𝑒 ✨
✨ π‘†π‘β„Žπ‘œπ‘œπ‘™ ✨
βœ¨π‘‘π‘Žπ‘šπ‘’ π‘˜π‘’π‘π‘–π‘™ ✨
βœ¨π‘œπ‘š π‘‘π‘’π‘šπ‘Žπ‘› π‘‘π‘Žπ‘‘π‘‘π‘¦βœ¨
✨ π‘‘π‘Žπ‘›π‘¦π‘Ž π‘Žπ‘™π‘Žπ‘šπ‘Žπ‘‘??✨
✨ π‘œπ‘š 𝑅𝑒𝑖 ✨
βœ¨π‘¦π‘œπ‘’ π‘‘π‘œπ‘›'𝑑 β„Žπ‘Žπ‘£π‘’ π‘‘π‘œ 𝑏𝑒 π‘ π‘œπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘¦,π·π‘’π‘ π‘˜π‘Žβœ¨
βœ¨π‘›π‘Žπ‘›π‘‘π‘– π‘¦π‘Ž, 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒 π·π‘’π‘ π‘˜π‘Ž π‘π‘’π‘ π‘Žπ‘Ÿβœ¨
βœ¨π·π‘’π‘ π‘˜π‘Ž π‘‘π‘Žπ‘˜π‘’π‘‘ π‘ π‘Žπ‘™π‘Žβ„Žβœ¨
✨ π‘Šβ„Žπ‘’π‘Ÿπ‘’'𝑠 π‘šπ‘¦ π‘šπ‘œπ‘šβœ¨
βœ¨π‘…π‘Žπ‘‘π‘’π‘ π‘˜π‘Ž π‘ π‘Žπ‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘šπ‘Žπ‘šπ‘Žβœ¨
βœ¨πΏπ‘Žπ‘›π‘”π‘–π‘‘ π‘Žπ‘˜π‘Žπ‘› π‘π‘’π‘Ÿπ‘”π‘–?✨
✨ π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ π‘π‘’π‘™π‘’π‘š π‘Ÿπ‘’π‘™π‘Ž?✨
✨ π·π‘Žπ‘£π‘–π‘‘?✨
βœ¨π‘‡π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘›π‘”π‘Žπ‘› π‘π‘’π‘›π‘”π‘œπ‘ π‘œπ‘›π‘” π‘‘π‘œπ‘šπ‘π‘’π‘‘ ✨
βœ¨πΈπ‘  π‘™π‘œπ‘™π‘– π‘π‘Žπ‘˜π‘Ÿπ‘Žβœ¨
✨ 𝐼 𝑠𝑑𝑖𝑙𝑙 π‘šπ‘Žπ‘‘ π‘Žπ‘‘ π‘¦π‘œπ‘’, π·π‘Žπ‘‘π‘‘π‘¦ ✨
✨ π‘€π‘Žπ‘Ÿπ‘˜ π‘ π‘Žπ‘¦π‘Žπ‘›π‘” π·π‘Žπ‘£π‘–π‘‘ ✨
βœ¨π‘π‘’π‘˜π‘’π‘ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘–π‘Žπ‘ π‘Ž π‘Žπ‘—π‘Ž π‘˜π‘Žπ‘›?✨
✨ π‘‡π‘Ÿπ‘’π‘ π‘‘ π‘šπ‘’ π‘π‘™π‘’π‘Žπ‘ π‘’ ✨
βœ¨π·π‘’π‘ π‘˜π‘Ž π‘ π‘’π‘‘π‘Žβ„Ž π‘π‘’π‘™π‘Žπ‘›π‘” π‘™π‘œh✨
✨ 𝑇𝑒𝑙𝑒𝑣𝑖𝑠𝑖 π‘π‘Žπ‘Ÿπ‘’ π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘šπ‘’π‘›π‘—π‘Žπ‘‘π‘– π‘˜π‘œπ‘Ÿπ‘π‘Žπ‘›βœ¨
✨ π‘…π‘Žπ‘‘π‘’π‘ π‘˜π‘Ž π‘‘π‘Žπ‘› π‘ƒπ‘Žπ‘π‘Ž ✨

✨ π‘˜π‘–π‘‘π‘Ž π‘ π‘’π‘‘π‘’π‘˜π‘Žπ‘‘ 𝑖𝑑𝑒, π‘π‘Žπ‘˜ ✨

1.1K 193 9
By MuftiaCahyani

-Happy reading 🍁
-sorry for typo(s)

—Dear, Radeska—

Seperti hari-hari biasanya, Airin akan menyambut kepulangan putranya dengan senyuman lebarnya. Ia akan memeluk dan bertanya tentang bagaimana hari sang putra di sekolah. Hari ini pun begitu, tetapi ada yang berbeda dari biasanya, putranya pulang tidak sendiri, melainkan membawa seseorang bersamanya.

Mark terlihat girang sekali memasuki rumah dengan menggandeng makhluk mungil yang mau-mau saja di gandeng. Kemudian Mark mendongak menatap Mommynya.

"Hai Mom, ini Sky. Dia mau main" katanya.

Airin mengernyit heran, namun ketika menatap binar gemas dari si kecil yang berada di samping putranya, Airin langsung tersenyum, "oh iya, wah Mommy kedatangan anak gemes ternyata. Omong-omong, udah izin Daddy belum mau main hmm?" Tanyanya, seraya mengusap pipi Radeska.

"Belum, nanti kalo Deska udah pulang Deska baru bilang" cicit si kecil.

Airin terkekeh, kemudian dengan begitu saja mengangkat tubuh si kecil, ia gendong dan ia bawa duduk di sofa. Mark mengikuti masih dengan senyum girangnya.

"Berarti anak ganteng ini belum izin ya. Aduh aduh, pasti kak Mark ya yang ajak main hmm"

"Hihi Mom. Tadi Mark liat Sky belum di jemput, jadi Mark ajak aja deh main ke rumahnya Mark" cicit Mark.

Airin mencubit gemas pipi putranya itu. Sangking kesepiannya karena jadi anak satu-satunya di rumah, Mark selalu ingin ajak main siapa saja anak yang ia temui, baik di taman bermain, di playground, ataupun di jalanan saat Mark bertemu teman kala menemani Daddy joging di pagi hari.

"Ya udah ganti baju dulu gih Mark. Pinjemin Adeknya baju juga ya, jangan yang terlalu besar, Mark kan punya baju yang udah nggak muat sama Mark"

"Oke Mom. Ayo Sky"

Sekepergian Mark dan Radeska, Airin tersenyum tipis. Anak dari Jeffery begitu menggemaskan, lembut sekali, rasanya seperti sebuah squisy. Airin berharap, Tuhan kembali menitipkan buah hati yang mirip dengan Radeska.

"Heuhh. Here we go, siapin makan siang buat Tuan kecil Mark and his little friend" ujarnya, kemudian berdiri dan pergi ke dapur.







—Dear, Radeska—







Mark juga Radeska selesai mengganti baju, Mark sengaja memilih baju dengan warna senada untuk dirinya dan Radeska pakai. Bahkan Mark pun membantu Radeska memakai bajunya tadi.

Sekarang dua anak kecil itu menuruni tangga dengan perlahan, kemudian berjalan menghampiri Mommy di dapur.

"Mom," panggil Mark

Airin menoleh, kemudian tersenyum, "woww you guys looks like a twin" ujarnya, kemudian terkekeh.

"Haha yasshhh, Sky is Mark twin" heboh Mark.

"Eum. Twin" cicit Radeska, ikut-ikutan excited.

"Oke twin, sekarang waktunya lunch"

Mark juga Radeska mengangguk, kemudian keduanya segera menaiki kursi makan. Tapi pemandangan selanjutnya yang Airin lihat, mampu membuatnya melengos menahan tawa.

"Hahaha mejanya terlalu tinggi ya sayang"

Mark pun ikut terkekeh, "he is a tiny friend, right Mom?" 

Radeska hanya meringis, juga menggaruk pipinya karena malu.

"It's okay, Mark masih punya kursi makan baby. Sebentar ya sayang, Tante siapin dulu"

"Eum. Thank you Tante"

"My pleasure, sayang"

Kini Radeska sudah aman duduk di kursi makan bayi milik Mark, mangkuk kecil didepannya juga sudah terisi makanan, pun dengan milik Mark.

"Selamat makan" ujar kedua anak kecil itu, sebelum menyuap makanannya.

"Selamat makan, Nak" balas Airin. Kemudian dirinya hanya diam dengan senyum tipis di bibir memerhatikan dua anak kecil di depannya makan dengan begitu lahap.

"Enak tidak Rades?" Tanyanya

Radeska mendongak, kemudian cepat mengangguk, "enak enak enak. Deska suka banyak banyak"

"Syukurlah. Nanti lain kali Tante bawakan bekal menu ini lagi ya, nanti Tante titipkan ke Mark, oke Markie?"

"Ya Mommy"

Makan siang sudah selesai mereka habiskan. Sekarang, dua bocah elementary school itu sedang bermain di ruang tengah. Sedari tadi Mark maupun Radeska terus saja berlari bolak-balik dari ruang bermain ke ruang tengah, hanya untuk memindah mainan-mainan. Membuat Airin yang melihat, hendak protes tapi tentu tidak bisa.

"Nanti jangan lupa di bereskan ya kalo sudah selesai bermain" ujarnya, hanya itu yang bisa ia katakan, pada dua super menggemaskan di ruang tengah.

"Oke Mommy!!" Balas keduanya.

"Eum?" Kaget Airin, kala Radeska pun ikut memanggilnya Mommy.

"Hehe Mommy kak Mark"

"Sky super cutiee. Ahhh Mom how? Huhu Mark gemes banget sama Radeska uaaa"

Airin mengerling, sometimes Mark memang lebay banget. Si kecil miliknya kadang super hiperbola. Tapi ya Radeska memang segemas itu sih.

"Main yang akhur ya Markie. Mom ke atas dulu mau ambil jemuran, udah mulai gerimis soalnya" ujar Airin, yang diangguki Mark.

"Oke Mommy. Call me if you need something to help ya"

Airin terkekeh pun mengangguk, "oke sayang"


—Dear, Radeska—


Airin selesai mengangkat semua jemuran, sudah ia letakkan pula di ruang gosok di lantai atas, hanya tinggal menunggu pekerja datang besok pagi. Sekarang, Ibu satu anak itu hendak kembali ke ruang tengah.

Dan saat dirinya sudah berada di ruang tengah, Airin hanya melihat Radeska yang sedang duduk bermain mobil-mobilan sendiri? Lalu di mana Mark?

"Astaga Markie, Adeknya ditinggal tidur" ujarnya tak habis pikir, karena Mark kecilnya malah tertidur ditengah kegiatan bermain, bahkan tangannya masih memegang mainan robot.

Radeska mendongak menatap Mommy dari Kak Marknya itu, kemudian bibirnya mengerucut dengan helaan nafas kecil. Si kecil itu terlihat bosan juga mengantuk.

"Tante, Deska mau pulang" cicitnya.

"Eh? Deska mau pulang? Bosen ya anak gemes, Kak Marknya malah bobo ya"

Radeska semakin mengerucutkan bibirnya, matanya pun malah ikut berkaca-kaca. Membuat Airin menggaruk pelipisnya bingung.

"Oke oke, sebentar ya sayang. Tante pindahin Kak Mark ke kamar dulu ya, sebentar" ujarnya, dan dengan segera mengangkat tubuh kecil Mark untuk ia pindahkan ke kamar. Kemudian baru kembali lagi ke ruang tengah, berganti menggendong Radeska.

"Di luar baru aja hujan deres sayang. Pulangnya nanti ya, Rades disini dulu, nanti Tante telfon Daddy Rades untuk jemput ya"

"No hiks Deska mau Daddy"

"Iya nanti Daddy datang jemput. Rades bobo dulu yuk, sama kak Mark mau?"

Radeska menggeleng, tapi kepalanya ia rebahkan di bahu Airin, "mau susu" cicitnya.

Airin tersenyum gemas, anak yang menggeleng saat di tawari untuk tidur di gendongannya ini, sebenernya memang mengantuk. Dilihat dari netra sayunya saja, rasa-rasanya ditiup angin sedikit langsung tidur anak itu.

"Oke, mau di gelas atau di botol?"

"No no gelas" katanya.

Airin mengangguk mengerti. Mark saat seumur Radeska juga belum lepas dari dot, jadi Airin tidak kaget kenapa anak seusia Radeska masih minum di dot susu. Dan untungnya dot milik Mark pun masih tersimpan rapi di tumpukan peralatan makan milik Mark di dapur.

Sembari menggendong Radeska, Airin dengan telaten membuatkan anak itu susu. Radeska pun hanya diam di gendongan Airin, anak itu terlihat nyaman merebahkan kepalanya di bahu Airin.

Selesai membuat susu, Airin kembali ke ruang tengah, mendudukkan dirinya di sofa masih dengan memangku Radeska menghadap dirinya.

"Oke, ini susunya" ujarnya, memberikan botol susu pada Radeska, yang di terima anak itu dengan ringisan gemas. Setelahnya Radeska memasukkan botol dotnya ke dalam mulutnya, menghisapnya rakus, matanya otomatis tertutup dengan kepala yang berganti ia rebahkan di dada Airin.

Airin pun tak masalah, kini Airin malah juga menepuk-nepuk bokong Radeska pelan, membuat bocah kecil di pelukannya itu tambah nyenyak saja.

"Hujannya deras banget sayang. Tante jadi inget, Tante pernah punya moment begini sama anak Tante. Tante peluk bayi kecil Tante yang lagi minum ASI, di sore hujan juga kaya gini, ahh rindunya Nak" monolog Airin, seraya memeluk Radeska lembut.

Sore itu, ditemani rintik hujan yang deras turun di luar. Airin duduk di ruang tengah, memeluk Radeska yang tertidur dengan botol susu di mulutnya, sesekali Airin menggumamkan sebuah nada dari bibirnya, dan itu menambah nyenyak tidur si Langit.

"Sayang,"

Airin tersentak kecil saat mendapati suaminya tiba-tiba saja sudah pulang. Pria dewasa itu tiba-tiba saja sudah berada di ruang tengah, terlihat mengusak surainya yang mungkin basah terkena hujan.

"Sayang, Aku nggak tau kamu pulang cepet"

"Kamu nglamun ya sayang? Aku dari tadi panggil loh"

Airin berdiri dari duduknya. Masih dengan Radeska di gendongannya. Reihan pun mengernyit kala sadar jika anak di pelukan sang istri, bukanlah Mark kecilnya.

"Siapa sayang?" Tanyanya.

"Ah, ini. Radeska, teman Mark. Dia juga anaknya Jeffery, guru lesnya Mark, sayang"

Reihan mengangguk mengerti, kemudian melangkah pergi untuk ke kamarnya, diikuti Airin di belakangnya yang membawakan tas kantornya.

"Dia tadi ikut pulang bareng Mark. Mungkin Mark yang bujuk dia supaya mau main ke sini. Tapi malah sama Mark di tinggal tidur" cerita Airin, sembari duduk di pinggir ranjang, memerhatikan sang suami berganti pakaian.

"Marknya tidur?"

"Iya, udah aku pindahin ke kamar. Ini makanya aku jadi jagain dia" ujar Airin, menunduk menunjuk Radeska.

Reihan hanya terkekeh singkat, kemudian mendudukkan dirinya di samping sang istri. Ia perhatikan si kecil yang terlelap di pelukan istrinya.

"Seandainya dia David, berarti Tuhan benar-benar mau dia kembali ke kita sayang" ujarnya tiba-tiba, setelah keduanya sama-sama diam.

Mengernyit heran, Airin kini menatap mengernyit pada suaminya, "maksud kamu apa sayang?"

Reihan tersenyum tipis, mencium kening Airin singkat, kemudian beralih pada Radeska, mengusap surai bayi milik si kecil, "anak yang tempo hari aku cerita, yang aku dan timku sedang cari informasinya ya anak ini. Radeska Langit Arkatama, tidak ada surat kelahiran resmi, tapi dia tinggal bersama tiga ayahnya, salah satunya Jeffery" ujarnya.

"Pagi tadi aku sama Mark juga lagi bahas anak ini, Mark cerita apa yang dia tau, dan selama aku di kantor aku kepikiran terus anak ini, dan sekarang aku pulang, anak ini ada di sini. Sayang, kalo bukan rencana Tuhan ini semua nggak akan terjadi"

"Jadi, dia David?" Bingung Airin.

"Belum pasti, tapi aku udah yakin banget. Aku juga udah ngobrol sama Jeffery, dan dia bilang dia butuh waktu"

"Rei? Are you serious? Kamu tau aku udah nggak mau berharap banyak kan?"

Reihan mengangguk mengerti, "kita sama sayang. Tapi kita masih punya harapan. Kita hanya butuh sebentar lagi, sebentar lagi sampai Jeffery dan teman-temannya siap cerita. Dan aku yakin, semuanya memang sesuai dengan apa yang selama ini aku curigai"

Airin memejamkan matanya kuat, bibirnya bergetar walaupun terlihat tersenyum. Pelukan pada si kecil yang terlelap semakin erat, bahkan Reihan pun ikut memeluknya.

"David kita. Selama ini kita sedekat ini Nak, Mommy deket banget sama kamu selama ini. Astaga, Ibu macam apa aku, kenapa begitu nggak pekanya aku sebagai Ibu"

"Sayang, jangan begitu. Semua ada waktunya"

"Mark pasti seneng banget kan sayang. Dia yang pertama kali ketemu sama adiknya, David yang selalu dia tanya kapan pulangnya. Tuhan, terimakasih sekali"

Reihan mengangguk mantap, mengecup kening Airin kembali dan mencium juga surai Radeska.

"Dia bahkan senyenyak itu tidur di pelukan kamu sayang. Dia pasti ngerasa nyaman karena kamu Ibunya"

"Iya, Aku bahagia banget. Walaupun belum pasti, tapi aku bahagia, lebih dari bahagia, Reihan"

"Kamu harus, sayang. Karena itu janjiku saat pertama kali memutuskan pindah ke sini, membuatmu dan Mark kita bahagia, karena David"












—Dear, Radeska—











Daddy Rei yang sangat tamvan luar biasa 😌

Mommy Airin si yang cantik selalu

5y.o Mark, when he lost his little brother

David 18 months












Votement juseyoooo~

Continue Reading

You'll Also Like

90.3K 3.1K 31
menceritakan tentang perjodohan antara laki laki cantik dan seorang CEO tampan namun kasar, tegas, dan pemarah #bxb #homo jika salah lapak langsung...
74.8K 9.7K 54
Untuk mereka yang selalu bersamaku dan untuk diriku yang harus tetap teguh tuhan menetapkan ku pada posisi sulit seperti ini, menjadi anak yang kehad...
4.9M 397K 44
-jangan lupa follow sebelum membaca- Aster tidak menyangka bahwa pacar yang dulu hanya memanfaatkannya, kini berubah obsesif padanya. Jika resikonya...
240K 14.8K 48
☠️ PLAGIAT DILARANG KERAS☠️ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...