BoBoiBoy and Readers

By Evlynaxlnn

136K 10K 3K

୨⎯ Chara!BoBoiBoy w/ Female!Readers ⎯୧ Apakah setiap adam dan hawa akan bersatu? Entahlah. Setiap orang memil... More

02. I Want U [BlazeorIce?xReaders]
03. Cold Girl [SolarxReaders]
04. Friend [GempaxReaders]
05. Matchmaking [TaufanxReaders]
06. Being Boy [GempaxReaders]
07. Malesub [ThornxReaders]
08. Impromptu Babysitter [BoFuxReaders]
09. Seatmate [GentarxReaders]
10. Young Teacher [GempaxReaders]
11. Only Love Can Hurt Like This [BoBoiBoyxReaders]
12. Home [GempaxReaders]
13. Secret Admirer [HalilintarxReaders]
14. Mother Figure [BoBoiBoyxReaders]
15. Neighbor [GempaxReaders]
16. Neighbor II [GempaxReaders]
17. Neighbor III [GempaxReaders]
18. Be Lover [GempaxReaders]
19. Pay Womb [HalilintarxReaders]
20. Brother? [BlazexReaders]
21. Impromptu Sister [HalilintarxReaders]
22. Impromptu Sister II [HalilintarxReaders]
23. Love Forever [HalilintarxReaders]
24. Innocent Husband [ThornxReaders] [Squeal 'Malesub']
25. Matchmaking II [TaufanxReaders]
26. Step-father [IcexReaders]
27. Nausea [BoBoiBoyxReaders]
28. Nausea II [BoBoiBoyxReaders]
29. Time Travel [SolarxReaders]
30. Lisis [IcexReaders]
31. MBA [KaizoxReaders]
32. Early Matchmaking [FrostfirexReaders]
33. Early Matchmaking II [FrostfirexReaders]
34. Traumatic [Fem!SolarxReaders]
35. Stuck [IcexReaders]
36. Unilateral [TaufanxReaders]
37. You're Strong [GempaxReaders]
38. Small [GentarxReaders]
39. Hate Into Love [SolarxReaders]
40. Unexpected [BlazexReaders]
41. Unexpected II [BlazexReaders]
42. Widow? [TaufanxReaders]
43. Heartfelt? [?xReaders]
44. LDR [GlacierxReaders]
45. After Married [GempaxReaders]
46. Crush [HalilintarxReaders]
47. Fake Boyfriend [GentarxReaders]
48. Drunken [HalilintarxReaders]
49. Cheating Matter [HalilintarxReaders]
50. Private Teacher [SupraxReaders]
51. [SupraxReaders]
52. Beauty and Blind [BlazexReaders]
53. Toxic Circle [SolarxReaders]
54. One Fault [SolHalixReaders]
55. Zone [BoBoiBoyxReaders]

01. My Cats [BoElxReaders]

13.2K 630 175
By Evlynaxlnn

My Cats

BoEl x Readers

BoBoiBoy ©Monsta
Story ©Evlynaxlnn

•••••

(Name) adalah seorang perempuan yang kini berusia 15 tahun dan menduduki bangku kelas sepuluh. Sudah lama ia tinggal sendiri, setelah kehilangan ibunya karena penyakit tumor saat ia berumur 5 tahun dan ayahnya yang ditabrak lari saat ia berumur 14 tahun.

Ya deh, yateam gua -(Name)

Sstt, udah anteng aja main perannya -Author

Saat ini, ia dalam perjalanan pulang. Tiba-tiba ada dua orang preman yang mencegatnya.

"Hai cantik~ sendirian, nih?" ucap si Preman1.

"Mau ditemenin, gak?~" imbuh Preman2

(Name) tidak menanggapi, Anda ingin menutup?

Eh!! Salah narasi!

(Name) tidak menanggapi, ia ingin segera kabur dari sana, tetapi tangannya dicekal kuat oleh si Preman1.

"Lepas!" berontak (Name)

"Gak mau~" Preman-preman itu pun kian mendekat ke arah (Name).

"Gak! Tolong!!" seru (Name)

"Gak ada yang bisa menolongmu, manis~ di sini sepi, hanya ada kita bertiga."

"Lepasin gua!!!"

"Gak akan, sebelum kami dapat kepuasan."

Kemudian, (Name) dipojokkan di tembok gang yang sepi dan kumuh itu. (Name) sudah pasrah, apa ia akan berakhir di sini?

"MIAWW!!"

Mereka bertiga secara serempak kaget begitu mendengar meongan sejumlah kucing yang berlari menghampiri mereka. Lalu kucing-kucing itu menyerang kedua preman tersebut. Mencakar, menggigit, hingga mereka kewalahan sendiri dan pada akhirnya kabur.

(Name) masih sibuk mencerna kejadian di hadapannya dengan tatapan terkejutnya. Lalu setelah preman-preman itu kabur jauh, para kucing itu serempak berlari dan mengerubungi (Name).

(Name) tersenyum haru, karena tau ada makhluk hidup yang peduli dan mau menyelamatkannya, meskipun mereka hewan.

(Name) memperhatikan kucing-kucing yang sibuk menggesekkan kepala mereka ke tangan ataupun kaki (Name) dengan manjanya, bahkan sampai terdengar dengkuran yang menandakan mereka menyukai (Name). (Name) tersenyum gemas melihatnya.

Kucing-kucing itu tampak gemuk dengan bulu yang agak panjang dan lebat tentunya. Warna mereka semuanya sama, coklat dengan sedikit helai putih. Yang membedakannya adalah warna mata mereka. Ada yang merah, biru safir, coklat keemasan, jingga kemerahan, biru langit, hijau zamrud, dan abu-abu. Menurut (Name), mereka semua unik.

(Name) berjongkok lalu tangannya terulur mengelus mereka. Sementara, kucing-kucing itu lantas mengendus-endus wajah (Name) dan ada juga yang menjilat pipinya.

"Ihh lucu ... pengen bawa pulang. Mumpung gak ada yang punya." (Name) tak henti mengembangkan senyuman melihat kucing-kucing tersebut.

"Miaw!"

"Tapi... gimana cara bawanya?" (Name) pun mulai berpikir.

(Name) menggendong salah satunya yang bermata merah. Lalu mencoba menggendong yang bermata abu-abu sehingga ia jadi menggendong dua kucing. Begitu seterusnya. Tapi yang mampu digendongnya hanya empat ekor.

"Emm, gimana ya? Banyak ini," Lalu, (Name) kembali menurunkan mereka.

Tiba-tiba, si mata coklat berlari menghampiri ujung gang yang membawa mereka ke jalan raya. (Name) memperhatikannya, lalu mengikutinya. Kucing yang lainnya pun juga mengikuti.

Lalu, kucing bermata coklat itu menghampiri tempat sampah dan menemukan sebuah kotak kardus besar. Ia tampak mencoba menariknya keluar di antara tumpukan sampah tersebut. (Name) yang mengerti itu, kemudian menghampirinya lalu mengambil kotak kardus tersebut.

"Ooo ... jadi kamu mau agar kalian diwadahin di sini?" tanya (Name)

"Miaw." jawabnya seakan mengerti dengan perkataan (Name).

'AAAAAAAA LUCU!!!' batin (Name)

Kemudian, (Name) mulai memasukkan kucing-kucingnya ke dalam kotak kardus yang besar itu dan kembali melanjutkan perjalanan pulangnya sebelum hari semakin gelap.

Setibanya di rumah, (Name) meletakkan kardus tersebut di lantai.

Tampak salah satu dari kucing itu yang bermata biru safir memunculkan kepalanya, seolah sedang mengintip ada apa di luar sana. Kucing yang lainnya pun melakukan hal yang sama sehingga kotak itu jatuh ke samping.

"Eh, eh!" (Name) yang baru selesai melepas sepatu kembali menghampiri mereka yang berhamburan.

"Woy, balik! Jangan berhamburan begini!" (Name) sibuk mengejar ketujuh kucing yang berlari-lari di sekitar rumah (Name).

Ada yang ke dapur, bawah meja, ngumpet di balik gorden, nyari tempat sempit, dan sebagainya. Untung rumahnya tidak luas, jadi tidak begitu menyulitkan untuk mengejar mereka.

"Hei, mata biru, keluar dong." (Name) berjongkok untuk mengintip di antara kulkas dan meja yang memiliki celah sempit namun masih saja bisa dimasuki oleh hewan cair ini.

(Name) mencoba mengambilnya, tapi tangannya tak muat untuk dimasukkan ke dalam celah sempit itu.

"Akh! Aduh, aduh!" (Name) menarik paksa tangannya yang sepertinya tersangkut di celah itu.

"Dih, gak bisa dibilangin ya, lo. Keluar ngapa!" oceh (Name)

"Miaw..." Kucing bermata biru langit itu masih di sana, dengan mata yang tampak sayup-sayup.

"Cing ... entar lo mati gepeng di sana."

Kucing itu tidak mengeong lagi dan sepertinya sudah tidur di celah sempit itu.

"Bisa-bisanya ini kucing ye ... kucing benda cair kali?" gumam (Name)

Tiba-tiba saja (Name) merasa ada sesuatu yang membuat rok sekolah yang masih dipakainya tersingkap, juga merasa ada yang lembut dan menggelikan di paha hingga bokongnya.

Ia menundukkan kepalanya dan mendapati salah satu kucingnya memasukkan kepala hingga setengah badannya ke dalam rok sekolah (Name).

"Heh, cing! Gak usah mesum lo!" Wajah (Name) langsung merona begitu kucing itu ngedusel-dusel manja bawah di sana. Lalu, (Name) berdiri dari acara jongkoknya.

"Miaw?"

"Ihh ... lo kucing model apaan dah?" (Name) menatap ngeri ke arah kucing bermata jingga itu.

"Miaw..."

"Maaf, nih, gua gak ngerti bahasa lo."

"Miaw." Kucing itu kembali menggesek kepalanya dengan manja di kaki (Name) dan langsung meredam kemarahan (Name).

"Aaaaaa~ gak jadi marah, deh! Sini, sini, sayangku~" (Name) menggendong kucing itu dan membawanya ke dalam kardus yang sudah diisi kucing yang lain.

"Hmm, kalian bertujuh harus ada nama ..." gumam (Name) sambil memperhatikan ketujuh ekor kucing di dalam kardus itu.

Tiba-tiba terlintas sebuah ide di benak (Name).

"Ha! Aku namain sesuai warna mata kalian aja!" ujar (Name) dengan antusias.

"Ini merah, coklat, biru, jingga, hijau, abu,"

"Dan satu lagi biru langit!"

"Miaw?" ngeong mereka kompak.

"Udah, itu aja nama kalian,"

"Kalian mau makan, gak?"

"Miaww." ngeong mereka serempak, seolah mengiyakan ucapan (Name).

"Emm, tapi apa ya ... Kalian bisa makan sayur?"

"Nyaw?"

"Bisa gak?" (Name)

"Ngaw." ngeong si coklat sambil mengangguk.

"Ohoho kalian vegan ya? Bentar deh, (Name) ganti baju dulu." (Name) mengelus kepala mereka bergantian lalu pergi ke kamarnya.

Mereka berenam menatap (Name) dengan tatapan imut mereka, ada juga yang sambil memiringkan kepala.

Tak lama kemudian (Name) kembali dengan mengenakan pakaian rumah. Ia pun mulai memasak untuk dirinya dan kucing-kucingnya.

Setelah memasak, (Name) memberi mereka makan terlebih dahulu lalu barulah ia juga ikut makan.

"Baru tau ada kucing bisa makan sayur." gumam (Name) sambil memperhatikan mereka.

Si biru langit yang mencium aroma masakan pun keluar dari persembunyiannya lalu berjalan ke arah (Name) dengan tampang tak berdosanya ingin minta makan pada babu.

"Ihh, tadi capa yang nda mau disuruh keluar dari celah sempit itu, hm?" ujar (Name) terhadap kucing itu, dengan nada yang diimut-imutkan.

"Miaw."

(Name) terkekeh, lalu memberi bagiannya pada si mata biru langit tersebut. Kemudian (Name) lanjut makan.

Selesai dengan makan-makan, (Name) membereskan piring kotor untuk dibuang.

Becanda, maksudnya untuk dicuci lalu disimpan kembali di rak piring.

Setelah dengan urusan makan, (Name) duduk di sofa ruang tamu. Kucing-kucingnya pun mengerubunginya.

Ada yang ikut duduk di sofa, rebahan di lantai, tengkurap di pangkuan (Name), iseng mencet-mencet remote tv sampai tv-nya nyala.

"Hee ... bisa nyalain tv juga ini kucing." (Name) memperhatikan si jingga yang sibuk mencet-mencet remote dan membuat channel di tv itu gonta-ganti dengan cepat.

===

Kini, sudah malam dan waktunya tidur.

(Name) sedang rebahan di atas kasurnya ditemani oleh tujuh ekor kucingnya yang ikut rebahan di sekitarnya.

Tak perlu waktu lama, semua pun terlelap ke alam mimpi.

KEESOKAN HARINYA

(Name) terbangun dari tidurnya karena sudah pagi. Ia masih ditemani kucing-kucingnya yang masih tidur. Dasar pemalas.

(Name) memutuskan untuk turun dari kasur lalu mengambil handuk dan masuk kamar mandi untuk melakukan ritual pagi sebelum sekolah.

Setelah mandi, ia masih memakai pakaian rumah dan pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Setelah membuat sarapan, ia pun memakan sarapannya.

"Emm, si kucing kasih makan, gak, ya? Belum bangun juga, sih." gumam (Name)

"Tapi kalau dibiarin gak makan sampai setengah hari, emang gapapa?" gumamnya lagi

Selesai dengan sarapan, (Name) membersihkan alat makan yang ia pakai lalu pergi ke kamarnya untuk segera berganti pakaian.

Ia lihat mereka masih sama, tak ada yang bangun dari tidur nyenyaknya. (Name) hanya geleng-geleng kepala, lalu mulai mengambil seragam sekolah yang ia gantung di dalam lemari.

Saat memakai seragamnya, (Name) tak sadar jika si merah sudah bangun dari tidurnya. Lalu,  kucing itu tak sengaja melihat (Name) yang sedang memakai pakaian sekolah. Seketika itu, si kucing nge-blush melihat beberapa bagian tubuh (Name). Ia pun kembali menutup matanya.

Bisa gitu juga ya🗿.

Setelah bersiap, (Name) mengambil tas sekolahnya. Ia menatap ke arah kucing-kucing itu.

"Apa iya dikunci di dalam?"

Setelah berpikir sejenak, ia memutuskan untuk mengeluarkan mereka dari dalam rumah dan membiarkan mereka berkeliaran di halaman. Saat sedang dipindahkan itu, mereka bertujuh terbangun dari tidurnya.

"Ingat, selama aku sekolah, jangan kemana-mana! Tetap di rumah, oke?!" ujar (Name) pada ketujuh kucingnya seakan berbicara dengan manusia.

Mereka ada yang hanya menatap (Name), ada juga yang melanjutkan tidurnya.

"Aku anggap kalian ngerti, ya."

(Name) beranjak dari situ lalu keluar dari kawasan rumahnya. Pintu pun sudah dikunci, jadi aman untuk ditinggalkan.

(Name) berjalan kaki ke sekolah di hari yang masih pagi, dan sepertinya, belum banyak yang datang.

Setibanya di sekolah, (Name) langsung saja berjalan menuju kelas. Tak ada yang spesial di sekolahnya, semua terasa sama. Hingga akhirnya, ia tiba di kelas.

"Woi, (Name)!" panggil seseorang secara tiba-tiba.

Yaelah, baru juga sampai udah diteriakin.

Kemudian beberapa buku terlempar ke arahnya. "Kerjain PR kami." titah perempuan itu, Leona.

(Name) menatap buku-buku yang terlempar ke atas mejanya. "Kerjain sendiri, kan tenggatnya besok."

Plak!

"Berani, ya, lo?!"

"Ya, kenapa enggak?" ujar (Name) dengan santai.

(Name) sebenarnya enggan mencari masalah dengan meladeni Leona yang selalu menyuruh-nyuruhnya hingga membullynya. Makanya ia sering diam dan menuruti perkataan Leona.

Namun, kali ini, sekali saja, (Name) membuka mulut dan membalas apapun perkataan Leona.

"Cewek tolol! Nurut aja susah, lo mau dikasarin?!"

"Kalau gua tolol, ngapain nyontek ke gua?"

Leona seketika bungkam.

"Pokoknya, kerjain PR kami. Kalau lo gak mau disuruh minum air kloset lagi." ancam Leona, kemudian ia pergi dari sana.

(Name) melihat kepergian Leona, lalu beralih pada buku tulis di atas mejanya. Ia menghempaskannya begitu saja menggunakan tangannya hingga buku-buku itu berserakan di lantai.

Kalau sudah diperlakukan begini terus, kenapa (Name) diam saja? Ya, tak ada gunanya melaporkan hal ini ke guru, yang ada gurunya disuap oleh Leona agar dia tidak dihukum atau bahkan dikeluarkan dari sekolah.

=====

Bugh!

"Kurang ajar, kagak lo kerjain PR kami?!"

Masalah PR doang sampai jadi kekerasan🗿.

Kini sudah waktu pulang sekolah dan (Name) diseret ke belakang sekolah oleh Leona and geng, untuk dibully.

Sesekali (Name) melawan pukulan dan tendangan mereka, namun tetap saja, satu akan kalah dilawan oleh empat. Keadaan (Name) sekarang sudah banyak memar, darah, dan sebagainya.

"Anak gak guna."

"Dasar yatim."

(Name) tersentak begitu mendengar penghinaan tersebut. Namun, ia hanya diam.

"Tinggalin." ujar Leona, lalu pergi dari sana meninggalkan (Name) yang duduk sambil menundukkan kepalanya di sana.

(Name) masih diam di situ. Melihat keadaan yang sudah sepi, (Name) berdiri dengan susah payah lalu berjalan pulang.

Setibanya di rumah, ia ambruk di halaman rumahnya. Namun, ia tidak pingsan. Melihat itu, kucing-kucingnya pun menghampiri (Name).

(Name) tersenyum tipis melihat mereka yang datang mengerubunginya, lalu ia mengubah posisi menjadi duduk.

"Miaw?"

"Nyaw!"

"Gua gak ngerti ..." gumam (Name) melihat kucing-kucingnya yang terus mengeong padanya.

"Ahaha, kalian pasti lapar 'kan? Ayo masuk." Lalu, (Name) segera berdiri.

Ia berjalan ke arah pintu lalu membuka kunci pintu, kemudian ia bersama ketujuh kucingnya masuk ke rumah.

(Name) langsung ke dapur, membuat makanan untuk anak-anak pungutnya itu. Tak lama, makanan sudah siap dan (Name) memberikannya pada mereka.

Setelahnya, (Name) pergi ke kamarnya untuk melakukan ritual sorenya.

Setengah jam kemudian, ia kembali ke dapur dan melihat piring-piring tersebut sudah disikat habis isinya. (Name) pun segera membereskannya.

Ia tak ada niat makan apapun sore ini, jadi ia langsung duduk di sofa setelah membereskan piring yang terpakai tadi.

"Miaw?" ngeong si coklat.

(Name) menoleh ke si coklat. Kemudian, ia merebahkan tubuhnya di atas sofa, dan si coklat kini naik ke perut (Name) dan tengkurap di sana.

'Hmm, habis ini gua harus kerja dimana? Gua udah dipecat dari cafe-nya Tok Aba ... karena, karena apa ya? Gak tau ah, pokoknya dipecat aja gua. Apa karena gua masih sekolah? Tapi gua 'kan gak ada mata pencaharian buat hidup. Apalagi gua punya anaq pungut ...' batin (Name)

"Miaw?"

"Ha?" Seketika lamunan (Name) hilang.

"Nyaw?" ngeongnya lagi

(Name) menatap kucing itu cukup lama. Bahkan, mereka sampai eyes contact. Kalau si coklat itu manusia, dia sudah kelihatan nge-blush. Kayak sekarang, dia sebenarnya nge-blush karena eyes contact bersama babu.

Beberapa menit kemudian, (Name) pun memutus kontak mata tersebut.

"Gua gak ngerti lo ngomong apa."

Si coklat pun bersweatdrop.

"Meooww."

Kaki depan si coklat terulur menyentuh salah satu luka memar di wajah (Name). Sontak saja (Name) meringis lalu memegang kaki depannya itu.

"Lo mau tau? Ini luka, dikasih sama cewek-cewek yang suka nagih contekan ke gua, kayak nagih utang aja, gitu. Tapi, tadi gua gak kasih, jadinya gua dibully." (Name) pun malah curhat di depan majikan.

"Meow!?" Alis si coklat tampak bertaut, seperti sedang marah.

"Tapi gua udah biasa terima itu semua dari mereka berempat ... lagian, gua lapor ke guru juga gak ada gunanya." Tangan (Name) yang masih memegang kaki depan si coklat kini mengelus paw-nya menggunakan ibu jari

"Yang ada, gurunya disuap. Mereka 'kan kaya, bisa ngapain aja buat nutupin kejahatan mereka." (Name) tampak tersenyum tipis.

'Jahat..' batin kucing itu.

"Meow..."

(Name) menatap wajah si coklat, lalu memeluknya dengan sedikit erat. Sampai-sampai wajah kucing itu menyelam di antara dada (Name).

Si coklat sempat berontak, tapi (Name) malah menahannya pada posisi itu. Hingga akhirnya si kucing pasrah, ia tertidur dengan posisi itu. Begitu juga dengan (Name).

=====

Pagi hari kembali tiba. (Name) bangun dan merasa ada yang berbeda.

'Bentar ... ini di kamar?'

'Perasaan kemarin tidur di sofa, kenapa tiba-tiba nyampe sini...'

Ia mengedarkan pandangan, lalu menemukan tujuh sosok manusia tampan di sana. (Name) terkejut, lantas mengambil gunting yang ada di atas meja dan menodongkannya ke arah mereka.

"Siapa kalian?!" (Name) seketika berwaspada.

"T-tenang, kak!" sahut salah satunya.

"Kami bisa jelaskan!"

"Alah ngaco, lo, bocil, pasti lo pada suruhan preman gitu 'kan, terus nyelinap malam-malam ke sini buat maling. Iya, 'kan?! Gua ini misqin, gak usah maling ke si--hmph!"

Tiba-tiba, mulutnya dibekap dari belakang, dan gunting di tangannya dirampas. Ia melirik ke belakang dan menemukan seorang laki-laki bernetra biru langit yang membekapnya.

"Tenang dulu, kak, biar kami menjelaskan." bisiknya

Setelah keadaan cukup tenang, si mata coklat mulai menjelaskan siapa mereka.

'Hah? gak mungkin 'kan? Jaman sekarang masih ada kefiksian kayak gitu?' batin (Name)

Lalu, ia tiba-tiba teringat sesuatu.

"KUCING-KUCING GUA KEMANA?!" seru (Name)

"Eerr ... kami dah kucingnya kakak."

(Name) memperhatikan ketujuh laki-laki yang lebih muda darinya dengan teliti.

"Iyakah?" tanya (Name) berwaspada.

"Iya!" sahut si mata jingga ngegas.

"Hmm, kalau begitu, buktikan."

Mereka bertujuh saling tatap sebentar, sebelum akhirnya menjelaskan, "Kami yang nolongin kakak dari dua preman yang ganggu kakak waktu itu, lalu kakak bawa kami pulang pakai kardus besar dan kakak kasih kami makan sayur selama jadi kucing." ujar si mata biru safir.

"Lalu, kakak juga pernah curhat soal kakak dibully di sekolah." imbuh si mata coklat.

(Name) hanya diam dengan mata yang berkedip beberapa kali. Ia masih kurang percaya, tapi mendengar mereka tadi, rasanya ada kemungkinan.

"Hmm, baiklah ... tadi, kenapa kalian bisa jadi kucing?"

"Ditutuk." gumam laki-laki bermata hijau zamrud.

"Dikutuk namanya, Thorn." ucap si mata merah memperbaiki.

(Name) mengangguk singkat. "Kalian ... punya nama? Masa iya aku panggil pakai nama buatanku yang gitu."

"Punya." jawab mereka bertujuh.

"Ekhem! Kenalin, kak, nama asli aku Gempa." ucap si mata coklat.

"Halilintar." ucap si mata merah

"Taufan!" ucap si mata biru safir

"Blaze!" ucap si mata jingga

"Ice." ucap si mata biru langit

"Thorn." ucap si mata hijau zamrud

"Solar~" ucap si mata abu-abu

(Name) hanya memperhatikan mereka yang memiliki ekspresinya masing-masing. Ia tampak terdiam. "Baiklah, baiklah ... kalian banyak sekali." Lalu, (Name) tersenyum tipis.

"Lalu ... apa kalian akan pulang--"

Gerp!

"Eh?"

Tiba-tiba (Name) dipeluk oleh tujuh kembar tersebut. Bahkan, Halilintar dan Ice yang terlihat malas juga ikutan.

"Pulang? Kami gak punya rumah! Rumah kami cuma di sini!"

"Kami gak punya keluarga, kak, mereka buang kami karena kena kutukan."

(Name) menatap kasihan pada ketujuh laki-laki kecil yang sedang memeluknya. Ia menghela napas, lalu mengelus kepala mereka bergantian.

"Baiklah ... aku paham."

Seketika, kedua mata Thorn berbinar. "Jadi, kami boleh gak tinggal di sini? Setidaknya sampai kami bisa punya rumah sendiri."

"... Aku perlu mempertimbangkannya. Di sini, aku tinggal sendiri, sekarang tiba-tiba diberkati tujuh bocah, aku juga enggak punya kerjaan dan uang semakin hari semakin menipis. Selain itu, memangnya kalian gak sekolah?"

Kembar tujuh itu menatap (Name) dengan tatapan masing-masing. Sebenarnya tidak semua mengerti, tapi semuanya mengangguk. Kemudian, mereka menguraikan pelukan.

"Gak apa-apa, kak. Kami bakal berusaha untuk mengurangi beban kakak di sini. Aku bisa cari kerja biar bisa nambah uang." ucap Gempa dengan antusias.

"Aku juga, aku punya beberapa kemampuan untuk menjalankan jasa." ucap Halilintar

"Aku juga!" seru Thorn, walau ia kurang mengerti.

"Eeeer... aku- aku di rumah aja, ya? Aku bisa buat kerjaan rumah." ujar Ice

"Halah, bukannya kau cuma bisa tidur?" sindir Blaze

"Aku, kak- eeeer, aku hisa ... nemenin kakak di rumah! Biar enggak kesepian!" ucap Taufan

"Aku juga, deh." ujar Solar

(Name) menatap ketujuh bocah itu, lalu tersenyum. "Baiklah, aku pegang omongan kalian ... untuk Halilintar, Gempa, juga Thorn, kalian semua masih kecil. Jangan bekerja dulu, biar aku aja yang cari uang."

"Eh? Tapi, kak..." ucap Gempa

"Udah, gak apa-apa. Kalian diam aja di rumah. Bantu-bantu aku, gitu. Aku kurang tau juga, sih, bantuin apa-"

"Terus, kakak mau ngapain untuk itu?"

(Name) tersenyum. "Itu urusanku."

Dan, sejak saat itu, (Name) pun secara resmi mengasuh tujuh orang bocah laki-laki di dalam rumahnya. Yang awalnya mengira akan terbebani oleh tujuh nyawa tambahan, ternyata malah meringankan pekerjaan (Name).

Tiap pagi, sudah dibantu membuat sarapan. Setelah lelah bersekolah, rumah sudah bersih dan rapi. Walau kadang ada saja kerusuhan dari Blaze dan Taufan yang memberantakkan rumah, membuat (Name) naik darah, tapi dengan segera Gempa menenangkannya, serta yang lainnya mulai membereskan dan juga mengomeli Blaze & Taufan.

Ah, tak apa, lah. Itu hanyalah perasa. (Name) juga jadi ada teman di rumah.

END

Synt

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 97.1K 103
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
19.5K 1.3K 15
berawal y/n adalah gadis dingin,dan tomboy yang bertemu dengan power sphera .power sphera slalu merasa aneh ia slalu merasa kenal dengan tuanya tetap...
51.7K 5.7K 15
𖣯 🎀 𝘄𝘄︩︪𝕨. 𝗲𝗹𝗲𝗺𝗲𝗻𝘁𝗮𝗹 ᵎ ᥴ𝗼̸ꬺ 𓈀 ──────┄ 𖥦 ֹ ָ 💌 ָ ֹ 𖥦 ┄────── Boboiboy Halilintar ✕ You Aishiteru yo Chara : Monsta Book : leon...
164K 14.9K 37
Saat kecil (Name) dibuang di panti asuhan oleh ayahnya. Lingkungan yg terus menyakitinya, membuat diri nya depresi. Sampai pada suatu saat, (Name) be...