SEMUA ADA WAKTUNYA

By Adonisstone

1.3K 111 35

GAGAS-ROSE [TAMAT-LENGKAP DI KARYAKARSA] More

Intro
Bab 1
Bab 11
Bab 12

Bab 2

199 24 1
By Adonisstone

(ROSEMALIN)

Aku menatap sosokku sendiri pada cermin di hadapanku. Kedua alisku naik waspada dan mataku agak membelalak. Kecemasan jelas tergambar dari rautku gara-gara nama itu.

Gagas.

Astaga!

Haruskah pria itu kaban baruku?

Aku jadi ingat kata rekan umbi-umbianku di Kemnaker dulu. Aku pasti menyesal mengajukan mutasi ke Kabupaten.

Luar biasa banget. Belum genap satu tahun itu sudah terbukti. Kebahagiaan bekerja dekat keluarga sirna seketika. Gara-gara nama ini aku dapat sinyal hidupku nggak akan tentram lagi.

Delapan tahun lalu saat baru saja purna dari dunia perkuliahan, aku berkenalan dengan Eka Dirly Hanafi. Aku mengenalnya di salah satu job fair yang kudatangi. Sebagai fresh graduate pada umumnya, aku giat mendatangi career expo dan job fair pada saat itu berusaha menemukan nasib baik.

Dia manajer HR salah satu perusahaan properti yang saat itu juga membuka booth di job fair tersebut dan aku memasukkan lamaranku. Dia delapan tahun lebih tua dariku, sangat mengemongku yang masih seperti remaja pada pertemuan kami yang singkat di booth waktu itu. Kami akhirnya dekat karena kesediaannya menjadi orang yang kutanyai lebih lanjut mengenai bekerja di perusahaan tempatnya bekerja.

Meski setelahnya aku tidak mendapat panggilan interview dari perusahaan tersebut, komunikasiku dengan Eka tak seketika berhenti. Kami bahkan beberapa kali bertemu untuk makan siang. Dia sering menjemputku di rumah. Pernah meminta untuk bertemu Ibu dan Ayah saat ia menjemputku untuk nonton, tapi kutolak dengan alasan aku masih malu dengan keluargaku soal hubungan dengan pria.

Eka adalah pria dewasa, pemikiran dan apa yang dia lihat dari hubungan kami sangat berbeda dariku. Namun dia bisa membuatku excited setiap mendengar rencananya. Aku emang remaja naif saat itu. Aku langsung terlena ucapannya yang menjanjikan dan serius. Tanpa kusadari ternyata aku sedang dipermainkan. Ternyata dia sudah punya calon istri.

Pada bulan ketiga kedekatan kami, calon istrinya menemukan bukti chat kami yang kelewat mesra. Mulai dari situlah duniaku yang baru saja meninggalkan remaja mengenal kehidupan yang sebenarnya. Aku tau rasanya dilabrak. Aku merasakan jahatnya mulut orang-orang yang kemakan hasutan. Dari pengalaman itu pula aku membuktikan sendiri, cowok berengsek itu ada di dunia nyata. Satu hal yang harus dilakukan para wanita adalah lari dari mereka sebelum merasakan kehilangan harga diri.

Wanita yang lima tahun lebih tua dariku itu meneleponku dengan nomor Eka. Aku menerima dengan kebiasaan seperti jika Eka yang menelepon, memanggilnya dengan panggilan Sayang, nggak tau ternyata itu malapetaka yang menelepon.

Dia menanyakan siapa aku dan apa hubunganku dengan Eka sebelum mengeluarkan pernyataan yang membuatku ingin mengubur diri langsung. "Aku tunangan Eka, tiga minggu lagi kami menikah asal kamu tau!"

Aku nggak bisa mengelak dan mengatakan tidak memiliki hubungan apapun dengan Eka karena sejak pertama aku sudah menggunakan panggilan Sayang. Aku pasrah saja mendengar dia memakiku dan langsung mematikan panggilan ketika dia tak puas cuma sekali memakiku.

Setelah panggilan itu aku cuma ingin menampar Eka sekencang-kencangnya. Ada satu minggu lebih dia nggak menghubungiku. Menghilang begitu saja tanpa sekalimat penjelasan pun. Aku pun nggak mencarinya, apalagi berusaha menghubunginya untuk meminta penjelasan. Sudah jelas dia pria berengsek.

Selama satu minggu hidupku sendiri tak jenak. Merasa bersalah sekaligus bodoh menjadi perempuan. Aku menilai diriku sangat rendah karena dekat dengan calon suami orang. Aku kehilangan rasa percaya diriku tiap memikirkan hari selanjutnya, seolah aku sangat berdosa.

Pada hari ketujuh aku berusaha menghibur diri. Aku berhenti marah pada diriku dan berhenti menganggap diriku bodoh. Meskipun posisiku salah, tapi bukan aku yang membikin kesalahan ini. Itu yang terus kutanamkan di kepalaku agar berhenti membenci diri.

Saat aku mulai tegar lagi, sudah berhasil menyusun ulang kepercayaan diriku, pesannya datang dan membuatku merasa ditidurkan di atas pemanggangan. Dia menyalahkanku karena sudah menggodanya dan ingin aku meminta maaf padanya dan juga calon istrinya.

Ternyata selama satu minggu menghilang itu dia memutar-mutar cerita. Dia menjadikanku kambing hitam di depan keluarganya dan juga keluarga calon istrinya.

Nggak perlu kepintaran Albert Einstein untuk menebak reaksi keluarganya. Mereka semua percaya aku lah yang menggoda Eka. Eka hanya berusaha menolakku tanpa ingin menyakiti perasaanku, itu yang ia katakan pada keluarganya.

Secara aku wanita, mudah sekali mereka percaya pada cerita yang mengecapku jelek. Begitulah menjadi wanita, jalan di depan pria beristri dengan celana pendek saja bisa dikecam, apalagi memanggilnya Sayang. Sementara pria, sudah ketahuan berselingkuh, sudah ketahuan mendekati perempuan lain, yang disalahkan tetap perempuannya.

Aku terpaksa mengiyakan ajakannya bertemu karena dia mengancam akan mendatangi rumahku jika aku menolak. Nggak akan kubiarkan kedua orang tuaku terseret masalah memalukan ini, jadi aku datang.

Aku datang membawa persiapan tak main-main. Berbagai pembelaan kususun dari kenyataan yang ada. Ya, kami dekat, aku tertarik padanya dan menaruh hati padanya, kami memiliki hubungan khusus, tapi semua itu karena dia menutupi statusnya dan di hadapanku dia bertingkah seolah aku lah masa depannya. Aku berani menemuinya karena aku yakin aku benar.

Pada hari yang sudah ditentukan, bajingan itu datang bersama calon istri dan keluarga besarnya. Keluarga besar yang beringas. Niat mereka menemuiku bukan untuk mengetahui cerita dari sisi lain, tapi cuma ingin menghabisiku. Baru datang, aku langsung disudutkan dan dipaksa agar cepat mengakui kegenitan yang nggak kulakukan sama sekali.

Persiapanku tak berguna. Begitu berhadapan dengan mereka aku nggak dikasih satu kesempatan pun untuk mengangkat harga diriku. Aku cuma anak usia dua puluh satu tahun, selama ini hidup tanpa nada keras dari kedua orang tuaku, punya banyak teman dan jarang berkonflik dengan mereka, mentok masalahku cuma menghadapi pusingnya mengerjakan tugas kuliah dan beban organisasi, sekarang tiba-tiba harus menghadapi orang-orang jahat ini.

Namun saat pertahananku hampir jebol, pria itu muncul. Gagas namanya. Eka beberapa kali menyebut namanya dalam obrolan kami dan aku pernah melihat fotonya dari unggahan instagram Eka. Mereka berteman, tapi dari yang kudengar Eka kurang suka pada Gagas yang nggak pandang bulu menilai orang dan karena Eka sering tersinggung dengan ucapan temannya itu.

Mengingat perangainya, kupikir kedatangannya di sini untuk jadi penengah. Aku sedikit punya harapan. Namun sayang sekali aku harus kecewa sedalam-dalamnya.

Apa yang keluar dari mulutnya setelah lama menatapku hanyalah kata-kata yang membuatku nggak bisa lagi menahan tangisku, "Kamu masih muda, seharusnya kamu nggak bertindak sebodoh itu. Apa yang kamu harapin dari mendekati pria yang udah punya calon istri? Dia ninggalin calonnya buat kamu begitu?"

Dia pasti sudah lupa denganku.

Kejadian itu sudah delapan tahun lalu. Seharusnya, dia sudah lupa.

Meski kurang yakin, aku segera menyudahi kecemasanku.

Aku membasuh muka, lalu kembali ke ruangan bidang empat Bappeda, ruangan tempatku bekerja. Ada banyak pekerjaan untuk persiapan Krenova yang akan diselenggarakan selama empat hari pada pertengahan Februari nanti. SKP ku pun belum jadi. Padahal tahun sudah sampai di ujung, satu minggu lagi sudah liburan akhir tahun.

Omong-omong, Krenova Kotabaru adalah agenda tahunan bidang litbang, bidangku. Tahun ini agenda Krenova Kotabaru terdiri dari serangkaian acara Lomba Kreativitas dan Inovasi yang diselenggarakan untuk umum, pelajar, dan juga OPD. Selain lomba, ada pula workshop yang bertujuan untuk mendorong kreativitas dan mendukung inovasi daerah.

Ini pertama kalinya aku memegang acara seperti ini. Jujur saja, aku agak kewalahan.

Aku menghampiri kasubid yang ada di mejanya. "Bu Harti, ini gimana ya, Bu? Berita acara penerimaan proposal inovasi lomba dibikin jadi satu apa tiap kategori sendiri-sendiri?" tanyaku. Kulihat layar ponselnya yang ada di meja, ternyata sedang menonton sinetron di Youtube.

"Lihat yang tahun kemarin!"

"Ih, Ibu, nggak ada di komputer. Kalau ada mah aku nggak nanya," cebikku.

"Masa nggak ada?"

"Enggak. Adanya yang dua tahun sebelumnya, dipisah tiap kategori. Ngikut itu aja, Bu?"

"Nggak, kamu cari dulu yang tahun kemarin!" Lah.

"Orang nggak ada."

"Cari arsipnya yang hard file di gudang. Suruh adek-adek magang itu loh, pada ke mana ini?"

Aku menghembus napas masam lalu kembali ke mejaku. Adek-adek magang nggak di kantor semua. Dua dibawa kabidku keluar untuk cek tempat dan yang satu ikut rekanku menerima dokumen penawaran dari developer website.

"Dek, tolong fotocopy-in SKP ini! Satu rangkap aja!" Belum juga sampai di mejaku, aku sudah dihadang ibu kasubid lain yang baru saja masuk ruangan.

Dan ibu kasubid yang tersisa pun nggak mau ketinggalan untuk memerintahku. "Rose, ini tolong dong, eh nanti aja abis fotocopy, tolong bikinin SPDD Pak Danu sama Mas Sandy! Ini SPT sama surat undangan-nya, ya."

Aku cuma berdiri pasrah menerima nasib. Nasib bawahan yang THP nggak seberapa, tapi beban kerja orang se-bidang diangkut semua.





























Continue Reading

You'll Also Like

6.4M 949K 54
Prahara rumah tangga si cowok spek malaikat dan cewek spek iblis. PART MASIH LENGKAP! TIDAK DI HAPUS SAMA SEKALI ❣️ Novel tersedia di seluruh Gramedi...
5M 741K 62
Riona Amara tak pernah menyangka jika ia akan meninggal karena dibunuh oleh keempat putranya sendiri dan mati dalam penyesalan. Namun, di tengah peny...
2.9M 145K 61
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
16.9M 748K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...