Fake Bride - BNHA Fanfict (Co...

By slayernominee

15K 2.4K 151

Berubah status dari rakyat biasa menjadi bangsawan, tidak membuat Midoriya bahagia. Karena dia sebenarnya han... More

Prolog
°1°
°2°
°3°
°4°
°5°
°6°
°7°
°8°
°9°
°10°
°11°
°12°
°13°
°14°
°15°
°16°
°17°
°18°
°20°
°21°
°22°
°23°
°24°
°25°
°26°
°27°
°28°
°29°
°30°
°31°
°32°
°33°
°34°
°35°
°36°
°37°
°38°
°39°
°40°
°The End°

°19°

285 51 1
By slayernominee

.
.
.
.
.

Sekembalinya ke istana, Midoriya menghapus seluruh penyamaran dan lega saat dia sudah menjadi dirinya lagi. Memakai dandanan palsu itu melelahkan.

Bersama Kirishima mereka melaporkan segala hal yang dilihat dan informasi yang didapatkan pada Bakugou. Koshi pun bergegas melakukan penyelidikan tambahan berdasar info yang didapat. Masih hanya bisa dilakukan diluar tempat bisnis, tapi Koshi punya rencana untuk mengumpulkan bukti-bukti lain.

"Kerja bagus." Bakugou menutup buku laporan. "Juga ada satu pertanyaan."

"Ya, ada apa Yang Mulia?"

Bakugou menatap ke lengan Midoriya. "Kenapa dengan perban itu?"

Sontak Midoriya menurunkan lengan pakaiannya yang tanpa dia sadari tak sengaja sedikit tersingkap dan membuat perban putihnya terlihat. "Eh ini..."

"Dia terluka saat melindungi anak yang akan dipukul oleh pengawas di sana." Kirishima mengambil alih jawaban. "Saya menyesal tengah ada jauh darinya, jadi hal itu tak terelakkan..."

"Itu akan membuat pengawas lain curiga, sama sekali tidak masalah." Ujar Midoriya.

"Apa kau sedang mengampangkan soal lukamu lagi?"

Midoriya menelan ludah mendengar Bakugou yang terdengar kesal. "Ma-maafkan saya..."

Bakugou menghela napas. "Apa yang terjadi?"

"Anak itu menjatuhkan tembakau dari keranjang, saya menghalangi saat pengawas akan memukul untuk kedua kalinya." Midoriya memegang lengan kirinya yang terbalut perban. "Membayangkan jika anak-anak itu sering menerima luka semacam ini sejak lama membuat saya sedih..."

"Mereka akan mendapat tambahan sanksi berat kekerasan pada anak, segera setelah kita meringkus mereka nanti."

"Ya, saya harap bisa secepatnya."

"Kembalilah ke timur, jangan hiraukan pekerjaan di sini dan istirahat lebih awal."

Midoriya tahu Bakugou tidak akan membiarkannya berdebat kali ini. "Kalau begitu saya permisi, Yang Mulia."

.
.
.
.
.

"Nona!" Sumire menghambur Midoriya dengan pelukan begitu gadis itu tiba di kediaman timur. "Saya lega Anda kembali dengan selamat!"

"Te-terima kasih Sumire, tapi aku tak bisa bernapas..."

"Ah, maafkan saya!" Sumire bergegas melepas pelukannya. "Apa Anda baik-baik saja? Tidak terluka?"

"Ya, aku baik-baik saja–"

"Lengan kirinya lebam, sisanya baik-baik saja." Potong Kirishima, yang membuat Midoriya mendelik protes padanya.

"Apa?! Lebam?! Kenapa bisa?!"

"Ah, bukan masalah besar kok. Tabib istana sudah mengobatinya, akan segera sembuh."

Sumire nampak sedih. "Nona pasti lelah, mari, saya akan segera siapkan makan malam."

"Ya, aku akan menunggu."

Sumire pergi ke dapur. Midoriya langsung menghela napas.

"Kirishima, kenapa kau seperti berniat untuk memberitakan soal lukaku ke semua orang...?"

Jenderal itu tersenyum. "Aku hanya menjalankan tugas dari Yang Mulia, untuk membuatmu tidak menganggap lukamu itu hal yang sepele."

"Kau hanya akan membuat orang-orang panik... Hah, sudahlah... aku ingin duduk..."

Tak berapa lama kemudian makan malam dihidangkan. Sumire dan Aoi menata hidangan di meja Kirishima dan Midoriya.

"Menu kali ini bagus untuk meningkatkan tekanan darahmu, Nona Midoriya." Ujar Aoi usai meletakkan makanan buatannya, juga sebuah sumpit. "Silakan makan yang banyak."

"Terima kasih, aku akan menikmatinya." Midoriya mengambil sumpit dan menyantap makanannya. Aoi tersenyum puas dan pergi meninggalkan ruang makan.

.
.
.
.
.

Dalam beberapa hari, akhirnya Koshi kembali muncul. Midoriya sudah tak melihatnya sejak penasehat itu sibuk mengumpulkan bukti tambahan. Dia kembali dengan kabar baik.

"Bukti-bukti selesai dikumpulkan."

Midoriya tersenyum lebar. "Jadi, kita bisa segera meringkus tempat itu?"

"Saya masih perlu izin Yang Mulia dan merencanakannya."

"Lakukan kapanpun kau siap." Ujar Bakugou dari mejanya seraya memeriksa bukti-bukti yang Koshi berikan. "Bawa pasukan sebanyak yang dibutuhkan."

Koshi meletakkan tangan di perut dan menunduk hormat. "Siap laksanakan."

"Syukurlah semua berjalan dengan baik." Ujar Kirishima melihat Midoriya menghela napas lega.

"Ya, aku terus terpikir soal anak-anak di sana. Rasanya aku ingin terus menemui mereka dan bertanya apa mereka baik-baik saja, tapi syukurlah mereka akan segera bebas."

Koshi maju sebagai perwakilan istana. Dia datang dengan kumpulan prajurit berzirah yang berada dalam komandonya. Tiba di depan pintu masuk, pria paruh baya itu menunjukkan dokumen perintah yang resmi dengan tanda tangan putra mahkota.

"Istana menyita tempat ini atas alasan kasus mempekerjakan anak-anak di bawah umur."

Para penjaga pintu depan terkejut bukan main. Sama sekali tak menduga kedatangan pihak istana yang melabrak mereka.

"A-apa yang Tuan bicarakan? Bisnis kami sama sekali tak melakukan hal semacam itu–"

Koshi menjentikkan jarinya dan seorang prjaurit membawa maju seorang anak kecil yang kurus kering. Dia adalah seorang anak yang Koshi diam-diam bawa dari asrama kecil penuh sesak yang bisnis itu sediakan untuk mereka.

"Dia sudah menceritakan bagaimana kalian membawa mereka. Kasus penculikan anak jalanan, kekerasan pada anak, pembayaran upah di bawah batasan umum, ketidakpedulian pada kesehatan mereka, wah, apa masih perlu kuteruskan? Itu saja sudah akan memberikan kalian hukuman berat lho."

"Kami–"

"Kalau masih mengelak, aku yakin semua anak di dalam sana akan bersedia memberikan pengakuan serupa dengan anak ini. Meski kalian adalah bisnis besar mereka akan tetap berpihak pada istana. Kuingatkan, mengelak hanya akan membuat hukuman kalian lebih berat."

Para penjaga itu pun tak bisa berkutik lagi. Koshi dengan percaya diri dan lugas telah mengalahkan mereka dengan telak meski hanya melalui jalur verbal.

"Tahan semua pengawas dan orang-orang dewasa di tempat ini." Titahnya yang segera membuat para prajurit bergerak. Para penjaga gerbang hanya bisa pasrah saat mereka diikat dan membiarkan pasukan istana menggeledah tempat mereka.

.
.
.
.
.

Bakugou menjatuhkan hukuman pada sidang para pihak yang bertanggung jawab atas tempat bisnis pengolahan tembakau itu. Untuk saat ini mereka hanya ditahan di penjara istana dan lahan mereka disita. Bisnis akan dijalankan oleh istana dengan sistem dan pekerja baru nantinya.

"Bagaimana dengan bangsawan yang memasok dana bagi mereka?"

"Saya sudah mendapatkan hampir seluruh daftar investor mereka."

"Segera tangkap mereka sebelum tikus-tikus itu kabur setelah mendengar berita bisnis itu disita. Telusuri juga masalah ini sampai ke cabang-cabang mereka di luar kota, ringkus semuanya tanpa terkecuali."

Koshi mengangguk. "Baik."

Anak-anak korban bisnis tembakau pun untuk sementara diurus oleh pihak istana. Mereka ditampung di sebuah lokasi di luar, dengan puluhan pelayan yang diutus untuk mengurus mereka.

Midoriya datang melihat tempat itu, tapi dia hanya seperti menengok diam-diam dan tak mengumumkan status dirinya pada anak-anak itu. Gadis itu melihat Ren, anak kecil yang dia temui saat mencari bukti. Anak itu terlihat lebih bahagia saat berhasil keluar dari sana dengan teman-temannya.

"Kudengar hampir semua dari mereka sudah mengidap penyakit akibat bekerja di tempat itu." Ujar Kirishima.

"Ya... meski bukan penyakit serius tapi itu pasti tetap mempengaruhi pertumbuhan mereka..."

"Mereka akan diobati, semoga saja bisa pulih sepenuhnya."

Melihat kasus yang berhasil dia tangani kali itu, membuat Midoriya berpikir untuk menjalani perannya lebih serius lagi. Dia ingin masalah perempuan dan anak seluruhnya bisa tersentuh oleh istana. Melihat dari satu kasus itu, dia yakin di luar sana masih banyak hal tersembunyi lain yang perlu dia selesaikan.

Dengan tekadnya itu, dalam beberapa bulan setelahnya Midoriya benar-benar menyibukkan dirinya untuk berfokus pada isu anak dan perempuan. Para anggota yang mencari informasi ke seluruh kota bergantian membawakan berita padanya. Sebagian besar memang bukan masalah yang terlalu pelik, tapi Midoriya tidak mengabaikan satu pun.

Sebisa mungkin dia mengambil seluruh masalah dan menyelesaikannya satu persatu. Mulai dari kesenjangan status perempuan dan laki-laki di daerah tertentu, kebutuhan para wanita lanjut usia, wanita yang menjadi orang tua tunggal, anak-anak yang terlantar, masalah ekonomi dan kelaparan, kesehatan ibu dan anak, dan sebagainya.

Pekerjaan lapangannya memang dibagi rata ke seluruh anggota, tapi meski demikian Midoriya masih begitu sibuk hingga dia sering bepergian untuk memeriksa, mengurus, dan menyelesaikan beberapa masalah secara langsung.

Kirishima yang selalu menemaninya kemana-mana pun mulai dibuat cemas. Pasalnya, dia melihat sejak Midoriya begitu sibuk, gadis itu tidak terlihat terlalu sehat.

Awalnya Midoriya hanya kadang merasa pusing dan akan sembuh setelah istirahat sejenak, tapi seiring waktu gadis itu butuh waktu lebih lama untuk bisa pulih. Kirishima bahkan sampai sering memintanya berhenti melakukan aktivitas selama setidaknya satu jam saat mereka sedang di luar.

Setahunya Sumire selalu memberikan perawatan terbaik saat di kediaman timur, tabib juga rutin memeriksa, tapi entah kenapa Kirishima merasa kesehatan Midoriya justru menurun.

"Kurasa dia sudah terlalu memaksakan diri..." pikir jenderal itu. "Bakugou-sama akan marah kalau aku terus membiarkan itu."

Pria bersurai merah itu melihat pada Midoriya yang tengah sibuk memberi instruksi pada para pelayan yang dia bawa untuk mengurus masalah kali ini. Setelah gadis itu terlihat cukup luang, Kirishima mendatanginya.

"Midoriya."

"Hm? Oh, Kirishima-kun. Ada apa?"

"Ini sudah siang, ayo istirahat sebentar."

Midoriya mendongak menatap langit dan baru menyadari jika waktu sudah beranjak secepat itu. "Kalau begitu biar kuselesaikan dulu tugasku, baru setelah itu–"

Kirishima memotong dengan mendorong pelan gadis itu dari belakang. "Tidak nanti-nanti, istirahatlah dulu."

"Eh... sudah tinggal sedikit kok."

"Nah, karena tinggal sedikit jadi diurus nanti juga tidak masalah, kan?" Kirishima terus menggiring Midoriya maju.

Midoriya pun mengalah dan hanya bisa manyun sebal saat pekerjaannya tertunda.

Mereka menemukan sebuah bangku kayu panjang di bawah pohon rindang besar. Kirishima meminta Midoriya duduk sebelum dia pergi menbeli minum di kedai terdekat.

"Kau baik-baik saja? Apa kau merasa pusing?" Tanya Kirishima seraya menyerahkan minuman yang dia beli.

"Hari ini aku baik-baik saja. Sumire sudah memberiku semacam vitamin, jadi aku merasa segar."

Memang Kirishima melihat Midoriya terlihat lebih baik dari kemarin, tapi gadis itu masih nampak tak sesehat seharusnya.

"Aku harus terus awasi dia."

.
.
.

Bakugou turun dari kereta kudanya, menghela napas. Dia tak terlalu suka menggunakan kendaraan itu jika saja bukan untuk urusan jadwal pekerjaan di luar kotanya.

Sudah sebulan dia meninggalkan istana untuk mengurus tumpukan pekerjaan di kota lain. Sejak menanggung gelar calon kaisar, Bakugou memang masih mencicil menyelesaikan tugas-tugas yang dulu ayahnya pegang. Jadi sekalinya dia pergi jauh, maka akan memakan waktu lama karena banyak yang harus dia urus.

"Tidak ada jadwal penting hari ini, silakan beristirahat, Yang Mulia." Ujar Koshi.

"Baiklah, tapi beri tahu saja kalau ada sesuatu."

"Baik."

Bakugou pergi ke gedung utama. Melewati para prajurit dan pelayan yang dengan rajin memberi hormat padanya, dia tiba di ruang kerjanya.

"Selamat datang kembali, Yang Mulia." Midoriya tersenyum menyapa kedatangan putra mahkota itu.

Bakugou terdiam sejenak, tapi kemudian dia mengangguk. Keberadaan Midoriya yang selalu menyambutnya selalu membuat Bakugou merasakan sesuatu yang baginya aneh. Yah, seisi istana jelas selalu menyambutnya selama ini, tapi terasa berbeda saat Midoriya yang melakukannya.

"Bagaimana perjalanannya? Apa semuanya berjalan lancar?"

"Ya, semuanya selesai tanpa masalah besar." Bakugou menghempaskan diri duduk di kursinya, menghela napas lelah.

"Apa Yang Mulia tidak ingin istirahat di ruangan Anda?" Midoriya melihat jika sepertinya Bakugou butuh tidur setelah perjalanan panjang. Meski menaiki kereta kuda mewah pun tidur tidak akan senyaman di kamar sendiri.

"Sebentar lagi." Bakugou melihat laporan-laporan di atas mejanya, membaca beberapa yang merupakan hasil kerja Midoriya. "Kelihatannya kau cukup sibuk sebulan kemarin."

"Ah ya, organisasi mulai berjalan dengan cukup baik, jadi banyak yang harus dilakukan."

Bakugou mengangguk-angguk kecil, matanya sibuk membaca sampai kemudian dia lupa jika baru saja pulang dari pergi jauh. Dia baru berhenti membaca saat Midoriya mendatangi mejanya.

"Berkas-berkas bisa menunggu untuk diperiksa nanti. Mari, saya antar ke ruangan Anda."

"Ah, ya..." dia meletakkan kertas-kertas itu dan beranjak berdiri.

Midoriya mengantar Bakugou hingga ke depan kamarnya. Dia baru saja akan pergi ketika melihat pria itu nampak berpikir.

"Ada apa Yang Mulia?"

"Rasanya aneh untuk tidur di siang hari."

Seketika Midoriya paham jika Bakugou bukan tipe orang yang sering tidur siang.

"Cobalah berbaring dulu, saya yakin kantuk akan membuat Yang Mulia tidur dengan mudah."

Bakugou mendengus, melangkah masuk ke ruangannya. Namun pria itu nampak kembali enggan untuk menyentuh futonnya.

Midoriya berpikir soal cara untuk membantu Bakugou bisa istirahat. "Yang Mulia," panggilnya. "Boleh... saya coba sesuatu supaya Yang Mulia bisa tidur?"

Bakugou mengernyit. "Apa itu?"

Gadis itu nampak ragu, tapi kemudian dia melangkah menuju pintu lain dari ruangan Bakugou yang mengarah ke taman pribadi di luar. Dia membuka pintu dan angin sepoi berembus masuk. Midoriya menoleh dan mengisyaratkan melalui rautnya untuk Bakugou mengikutinya pergi ke teras taman.

Putra mahkota itu tidak mengerti, tapi dia menurut saja dan melangkahkan kaki ke teras ruangannya. Dia bertambah bingung saat kemudian Midoriya duduk di tepi teras, tapi saat kemudian gadis itu mengisyaratkan sesuatu lagi, dia segera mengerti bersamaan dengan perasaan terkejutnya.

.
.
.
.
.

Midoriya menatap pada langit biru yang berawan. Siang itu cukup cerah terik, tapi taman dipenuhi pohon rindang yang menciptakan cukup bayangan untuk tetap merasa sejuk.

Sebenarnya langit terlalu cerah untuk dia pandangi lama-lama, tapi Midoriya tetap menengadahkan kepalanya.

Karena dia sedang berusaha untuk tak melihat pada Bakugou yang kini tengah tidur dengan berbantalkan pangkuannya.

"Aku tak menduga dia akan benar-benar menurutiku..." pikir Midoriya dengan matanya yang mulai perih.

Beberapa saat lalu, setelah Midoriya duduk di tepian teras, dia menepuk pelan pangkuannya. "Bagaimana kalau sesekali coba tidur selagi menikmati angin segar?"

Midoriya susah payah untuk bertahan dengan raut wajahnya yang dia yakin pasti sudah mulai memerah. Dia tak pernah membayangkan akan menawarkan pangkuannya pada seorang pria.

Bakugou menatapnya. "Kenapa kau menyarankan itu?"

"Saya... kadang juga kesulitan tidur. Saat itu terjadi, Ibu saya selalu membiarkan saya tidur di pangkuannya, saat kami duduk di teras dan menikmati alam sekitar."

Bakugou diam. Midoriya pikir mungkin tindakannya sudah berlebihan, dan pria itu tidak menyukainya. Tapi kemudian Bakugou melangkah mendekat. Ikut duduk di tepian di sampingnya, putra mahkota itu kemudian perlahan merebahkan dirinya ke samping hingga kemudian kepalanya berada di pangkuan Midoriya.

Midoriya biasa membiarkan anak kecil tidur di pangkuannya saat dia masih ikut mengurus panti asuhan dulu. Dia pikir dia akan merasa biasa saja, tapi hatinya melonjak ketika Bakugou merebahkan kepala di pangkuannya. Karena dia yang menawarkannya, maka Midoriya mau tidak mau harus tetap diam meski hatinya sudah ribut layaknya dentuman drum yang berisik.

Selama beberapa saat Midoriya hanya diam, tidak tahu harus berbuat apa setelah dengan nekat menyarankan hal itu. Namun tak lama kemudian dia merasa jika kepala Bakugou terasa semakin berat, tanda jika pria itu sudah terlelap.

Midoriya tersenyum, syukurlah yang Inko sering lakukan padanya dulu juga berpengaruh pada Bakugou.

Tapi masalahnya sekarang, Midoriya terjebak dengan situasi 'tak berani menatap wajah terlelap putra mahkota yang tidur di pangkuannya'.

Langit tak berhenti menjadi begitu cerah setelah setengah jam berlalu hingga akhirnya Midoriya menyerah. Dia berhenti menengadah menatap langit dan memejam, memijat sudut matanya yang terasa pedih juga pegal.

Saat dia membuka matanya lagi, udara semilir berembus sejuk. Ujung dan anak rambut Bakugou bergerak menari-nari tertiup angin. Surai pirang pria itu nampak lembut dan halus, Midoriya tergoda untuk menyentuhnya.

Dengan takut-takut, gadis itu menyentuhkan jarinya tipis ke rambut Bakugou. Beberapa saat kemudian dia menyentuhkan seluruh telapak tangannya dan bergerak membelai surai lembut itu.

Secara tak sadar Midoriya terlena dan tenggelam dengan aksi membelai rambut Bakugou yang tengah terlelap. Saat mendengar suara napas pria itu yang pelan dan stabil, Midoriya kembali sadar dan menarik tangannya secepat kilat.

"Astaga, apa yang kulakukan? Aku tak bisa seenaknya berbuat sesuatu saat dia tidur!" Rutuknya dalam hati.

Dia memikirkan hal lain untuk menunggu Bakugou bangun. Namun semilir angin perlahan juga membuatnya merasa mengantuk, dia pun akhirnya ikut tertidur.

.
.
.
.
.

Bakugou terbangun. Pemandangan taman di hadapannya yang tidak biasa dia lihat membuatnya bingung.

"Taman? Kenapa aku di sini?"

Menyadari jika kepalanya tidak merasa tengah menempel di teras kayu yang keras, Bakugou kemudian ingat apa yang terjadi.

Dia tidur di pangkuan Midoriya.

Bakugou menghela napas."Tidak kupercaya aku langsung tertidur tak lama setelah aku berbaring... biasanya tak semudah itu."

Entah sudah berapa lama dia tidur, tapi Bakugou tidak ingin membuat Midoriya pegal karena terus duduk dan tak bisa bergerak. Dia memutar wajahnya untuk menatap Midoriya.

"Berapa lama aku–"

Perkataannya terhenti saat dia melihat jika gadis itu ternyata juga terlelap, dalam posisi duduk dan kepalanya yang menunduk seraya terkantuk-kantuk pelan.

Dari posisi kepalanya yang masih ada di pangkuan, Bakugou bisa melihat dengan sangat jelas wajah Midoriya dari bawah. Dia pun berakhir memandangi wajah gadis itu dalam diam.

Baru kali ini Bakugou melihatnya terlelap, tapi dia juga menyadari satu hal lain.

"Dia sedikit pucat?"

Bakugou mengangkat sebelah tangan, jemarinya menyentuh pelan sisi wajah Midoriya.

Namun hal itu membangunkan Midoriya. Bakugou sontak menarik tangannya kembali.

"Kau bangun."

Manik emerald Midoriya nampak bingung untuk sesaat. Dia mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya kesadarannya benar-benar kembali. Gadis itu terkesiap.

"Y-yang Mulia! Astaga, sejak kapan Yang Mulia sudah bangun?!" Paniknya.

"Baru saja." Bakugou mengangkat tubuhnya dari posisi tidur.

"Ma-maaf... saya tak sengaja tertidur."

"Bukan masalah." Bakugou merasa tubuhnya sudah lebih ringan, sepertinya dia berhasil tidur selama satu dua jam. "Itu artinya kau juga perlu tidur."

"Tidak, anginnya hanya terlalu sejuk."

"Begitu."

Bakugou meminta Midoriya untuk kembali lebih dulu ke ruang kerja. Gadis itu pun pergi meninggalkan ruangan Bakugou. Saat berbelok di sudut bangunan, Midoriya terkejut karena dia hampir menabrak Kirishima.

"Oh, Kirishima. Maaf, aku pergi tanpa memberitahumu tadi."

"Tidak masalah. Aku mendengar Yang Mulia sudah kembali, jadi saat kau tidak ada di ruang kerja aku tahu kau bersamanya. Di mana kalian tadi?"

"Ruangan Yang Mulia."

"Oh..." Kirishima tersenyum miring. "Apa yang kalian lakukan saat berduaan di sana?" Tanyanya jail.

Midoriya menatap datar pengawalnya itu. "Aku hanya berniat mengantarnya, tapi aku berakhir ikut tertidur saat membantunya untuk bisa istirahat."

"Wah, kalian tidur bersama??"

Perempatan imajiner berkedut di kepala Midoriya. Kirishima memang kadang menggoda soal hubungannya dengan Bakugou, dan sesekali itu membuatnya kesal.

"Tidak, berhentilah berpikir hal-hal semacam itu."

"Tadi kau bilang ikut tertidur."

"Hanya di dekatnya. Kami bukannya berbaring bersebelahan atau semacamnya." Midoriya merona tipis.

"Haha, iya. Maaf, maaf." Kirishima berhenti menggoda Midoriya sebelum gadis itu akan semakin kesal.

.
.
.
.
.

Continue Reading

You'll Also Like

2.8K 510 7
[𝐆𝐨𝐣𝐨 𝐱 𝐅𝐞𝐦! 𝐘𝐮𝐮𝐣𝐢] Disaat ilusi manis tertelan oleh pahitnya kenyataan. Ketika perasaan tulus yang selama ini selalu di pertahankan seg...
5K 790 31
° Utaite Fanfiction ° [ SEDANG DITUNDA ] Shikioriori ni Tayutaite Project 🍁 Autumn Edition 🍁 Dijajah oleh ras terkutuk, Soraru si mantan Putera Ma...
7.4K 327 10
Codename Anastasia Fanfic Zegna x OC girl Codename Anastasia belong to Boy Season
250K 36.9K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...