AZURA (21+)

By Nezbie

17.2K 119 6

Update seminggu sekali!!! ⛔️18+⛔️ Konten mengandung unsur dewasa sekaligus pergaulam bebas. Ini berawal dari... More

Prolog
Perubahan Sikap
Makan Malam
Vibes Azura
Vibes Felix
Club
Saran
Vibez Seth
Vibez Alaska
cafe
Keputusan
Gadis Istimewa
Birthday Girl
Dinner
Tantang Wahana
Penolakan
Menuju Malam Tahun Baru
Erga Instagram
Malam Tahun Baru (a)

interaksi

322 7 0
By Nezbie

Dua hari sejak kejadian kemarin, Azura benar-benar menarik diri dari orang rumah. Bahkan Alaska, Felix dan Seth pun tidak ada kesempatan untuk menghibur atau sekedar berbicara dengan gadis tersebut.
Bimo dan Tamara? Jangan di tanya kedua pasangan tersebut benar-benar pergi untuk mengurus berkas kedua anaknya agar semuanya segera selesai.

Dan Alaska pun yang melihat tersebut rasanya dongkol juga lama-lama karena mereka berdua tidak mau mencoba membujuk ulang adeknya itu, alhasil ia tidak mau ambil pusing karena yang dirinya pikirkan sekarang adalah bagaimana membuat hari sweetseventeen Azura menjadi hari yang terbaik di tahun ini walaupun Alaska tidak bisa yakin dengan itu seratus persen.

Bahkan dia meminta bantuan kepada Seth dan juga Felix untuk mencari cara memeriahkan hari ulang tahun Azura besok.
Terlebih, Seth pun tidak lupa menceritakan hal ini kepada Erga, Kai, Joy dan Rehan. Mereka semua benar-benar memikirkan hari ulang tahun untuk gadis tersebut.

Oh dan juga, Erga pun berusaha untuk mencoba mengajak gadis itu mencari udara segar karena ia mendengar cerita dari Seth bahwa Azura sama sekali masih belum bisa menerima kepindahannya di sini secara mendadak.

Baru juga Erga mencoba untuk menaruh sebatang coklat di depan pintu kamar Azura. tiba-tiba pintu kamar gadis tersebut terbuka.
Tentunya itu mampu membuat pergerakan Erga sedikit membeku, dengan tatapan mereka yang saling bertautan tersebut senyuman Erga mengembang seperti halnya bulan sabit di sana.

"Sorry," Celetuk Erga canggung.

Azura menatap laki-laki itu datar, kemudian mengacuhkannya dengan cara jalan lurus melewati tubuh Erga.

Erga yang biasa melihat raut wajah Azura yang datar dan juga terkadang dengan ucapannya yang sedikit ketus. Untuk kali ini dirinya benar-benar tidak suka dengan raut wajah dan paandangan yang di tunjukan Azura kepadanya.

"Lo sadar gak sih? Udah body Lo krempeng, terus gue denger-denger Lo juga gak makan selama dua hari. Mau nyiksa diri Sampek kapan?" Kali ini langkah Erga mendekat ke arah Azura yang sudah memberhentikan langkahnya.

"Urusan Lo apa?"

Mendengar hal itu Erga hanya menghela nafas panjang, dengan posisi Azura yang tengah memakai baju santai, rasanya itu tidak sedikit memalukan juga jika ia langsung membawa kabur Azura keluar dari rumah hanya untuk sekedar mengajaknya makan di luar.




Outfit Azura


Outfit Erga

















Lantas, tanpa pikir panjang Erga pun menggendong tubuh mungil Azura dengan gaya drible style.
Oh tentu juga Azura sedikit terkejut dengan tingkah laku memalukan yang di lakukan Erga kepadanya.

"Ga? Lo apaan sih?!" Ucap Azura memberontak.

"Belum makan dua hari, badan makin kurus, muka super duper suram. Pokoknya hari ini Lo kudu ikut gue, jadi gak usah berisik,"

Apapun jawaban yang di berikan Erga itu tentu tidak membuat gadis tersebut tidak berhenti berontak, yang ada ia berteriak meminta bantuan ke pada siapapun.
Semua nama di panggil oleh Azura dan yang menyadari panggilan itu hanyalah Alaska dan Felix yang sedang duduk di ruang tengah sebari menonton film di layar TV.

Seth dan teman-temannya? Jangan di tanya mereka ada di kamar laki-laki itu. Bahkan mereka pun tidak sadar bahwa Erga tengah keluar dari kamarnya.
Sedangkan Tante Fitri, ia pun tengah pergi ke sekolah Seth dan Felix untuk mengurus pendaftaran Alaska dan Azura.

Jadi yang benar-benar sadar bahwa Azura tengah berteriak ya hanya mereka berdua.
Awalnya Felix berniat untuk membantu Azura, dan dirinya pun sudah bangkit dari posisi duduknya tadi.
Namun secara reflek, Alaska menahan laki-laki itu sebari melihat Azura dan Erga keluar dari rumah.

"Biarin Lix," jelas Alaska.

"Gue udah sadar dari awal kalau Erga emang tertarik sama adek gue, jadi biarin dia dan cukup liat aja gimana cara dia buat kembaliin mood Azura nanti. Gue tau Erga gak sebrengsek itu selama gue kenal sama dia. Gak kaya gue, Lo dan juga Seth," lanjutnya lagi, dan Felix yang mendengar penuturan Alaska pun akhirnya kembali menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.

Namun, entah mengapa di saat Alaska mengatakan hal seperti itu membuat sesuatu di dalam diri Felix sakit.
Ia tidak tahu apa itu, hatinya? Rasanya tidak mungkin karena dirinya paham betul bahwa saat ini hanya ada Gisel di hatinya.

Lantas apa? Kenapa Felix tidak sesuka itu jika Azura dekat dengan laki-laki yang bukan dirinya.

                 。◕‿◕。

"Makan," Erga menyodorkan satu piring spaghetti bolognese yang dia pesan tadi di salah satu restoran cepat saji yang tidak jauh dari rumah Seth.

Azura hanya menatap malas ke arah piring tersebut lalu bergantian menatap laki-laki yang ada di hadapannya.

Erga tahu tatapan itu, lalu ia menarik piring yang ada di atas meja. "Mau makan sendiri atau mau gue sumpel paksa ni makanan ke mulut Lo?"

Mendengar hal itu Azura membelalakkan kedua matanya ke arah Erga, "Emang rada-rada Lo Ga," Ucapnya sebari menari kasar piring tersebut.

Melihat Azura yang akhirnya memakan pelan spaghetti tersebut membuat Erga tersenyum simpul di mana gadis tersebut tidak menyadari hal manis itu.

Entah kenapa, ada titik senang tersendiri yang di rasakan oleh Erga melihat Azura yang mau mendengarkannya.
Sederhana, tapi itu kebahagiaan bagi Erga.

"Apapun masalah yang Lo alami sekarang, pokoknya jangan sampek gak makan," Erga pun membuka suara di mana mereka berdua hanya diam seperkian menit barusan.

Melihat makanan di atas piring tersebut hampir ludes, akhirnya Erga memilih membuka percakapan di Antara mereka berdua.

"Gak usah banyak komentar, Lo gak bakal paham di posisi gue,"

"Paham dalam posisi apa? Jauh dari orang tua atau apa?" Erga terkekeh pelan. "Yaelah Ra, gue aja dari bocah gak di kelilingi orang-orang yang gak sayang sama gue. Gue masih bisa hidup sampai detik ini,"

Mendengar Erga mengatakan itu entah kenapa ada beberapa hal kecil yang membuat gadis tersebut tertarik kepada laki-laki yang tengah duduk di hadapannya.

Faktanya, beberapa Minggu mereka kenal selama di Jakarta. Mereka berdua hanya bercanda tidak jelas, tapi jika untuk melakukan sharing bersama itu jelas belum, dan entah kenapa dengan Erga yang membuka obrolan seperti ini rasanya ini waktu yang pas dirinya bisa memahami sesuatu di luar perasaannya sekarang.

"Gue bukan berarti adu nasib sama Lo, tapi terkadang manusia itu kurang bersyukur dengan keadaan yang ada. Dan terlalu melihat ke atas di mana banyak hal di bawahnya yang lebih sulit dari kehidupan mereka,"

Erga menatap lurus ke arah Azura, "Jadi manusia banyakin bersyukur, jangan dikit-dikit emosi terus nyiksa diri. Yang ada hati Lo malah ke bawa dongkol terus sama orang-orang yang gak memenuhi ekpetasi tinggi yang Lo buat sendiri,"

Azura diam, ia menyerap semua perkataan yang Erga berikan kepadanya. Apa yang di katakan laki-laki tersebut memang masuk ke logikanya bahkan sangat realistis juga di dengar olehn gadis itu.

"Gue salah ya nolak keputusan nyokap? Maksudnya gini gue tuh gak tahu alasannya apa mereka nyuruh gue sekolah di sini. Tapi gue tuh butuh alasan dan penjelasan yang masuk akal, tapi gak ada satu pun yang mau ngasih tahu gue,"

"Gak semua alasan itu harus di ceritakan secara gamblang Ra," Erga menyenderkan tubuhnya. "Dalam hubungan orang tua, kita itu gak tahu ada Masalah apa di sana, dan hal tersebut gak harus melulu anak tahu masalah mereka. Ada batasnya di mana anak mereka perlu tahu atau enggak,"

"Intinya, Lo harus memahami kedua orang tua Lo yang ngambil keputusan seenak jidat tanpa menjelaskan alasan mereka seperti apa, karena sejujurnya keputusan orang tua itu yang terbaik,"

"Kalau seandainya keputusan itu adalah yang terburuk?"

Erga diam, menatap lurus ke arah gadis yang mengikat rambutnya asal tapi tampak terlihat cantik di matanya. Erga mengalihkan pandangannya, tidak ingin menatap lama Azura karena ia sadar semakin dirinya menatap gadis itu lama, detak jantungnya semakin tidak bisa di ajak kerjasama.

"Ya mereka sebagai kedua orang tua tahu konsekuensinya, dan mereka tidak akan menyalahkan anak karena bagaimana pun itu sudah keputusan mereka berdua yang sudah di pikirkan matang-matang secara bersama,"

Azura pun tidak berkomentar, ia hanya diam sebari menatap lurus ke arah piring kosong di atas meja, sedangkan Erga hanya membuat Azura berdiam diri yang tengah berdebat dengan pikirannya sendiri

Rasanya dengan apa yang di katakan Erga barusan itu cukup membuat Azura sedikit meredakan rasa amarah yang beberapa hari ini tengah melanda perasaannya.
Sebisa mungkin pun dirinya mencoba memahami dari sisi Bunda dan juga ayahnya sebagaimana dia juga tidak paham betul maksud dan tujuan mereka berdua.

"Kamu bisa gak sih kalau marah-marah gak usah di tempat umum gini yang? Malu,"

Azura memberhentikan pergerakan tangannya yang tadi sempat mengaduk-aduk air di dalam gelas.
Matanya menatap ke arah Erga yang juga tengah menatapnya.

Obrolan yang sempat mereka berdua dengar itu cukup membuat keduanya sedikit tertarik secara diam-diam.

Bahkan mereka pun saling tatap seakan-akan tengah saling berbicara satu sama lain di dalam pikiran mereka.

"CK! Gak usah bahas yang lain deh. Udah jelas ketauan banget Lo selingkuh masih aja masang muka melas," Ucap laki-laki yang mengatakan hal tersebut penuh dengan rasa penekanan di setiap kata.

Jiwa kepo Azura saat ini benar-benar tergoyahkan, bahkan ia berusaha untuk mencoba melirik ke arah pasangan yang tengah berdebat di tempat duduk dirinya dan juga Erga.

"Gar, aku gak selingkuh. Kamu salah paham. Dia sepupu aku,"

"Mau sampai kapan sih Na bohong terus?" Laki-laki itu bangkit dari duduknya tapi sambil sedikit menggebrak meja.

Dan itu cukup membuat pelanggan di restoran itu memusatkan perhatian mereka kepada dua sejoli itu.

Dari gerak gerik pun Azura sudah paham bahwa gadis itu sudah gemetar melihat respon pasangannya.
Dan rasanya Azura tidak perlu berlagak ikut campur karena bagaimana pun ia tidak tahu persis masalahnya apa dan dia pun tidak mau menjadi pahlawan kesiangan hanya karena melihat seseorang tengah bercekcok ria dengan berdalih women sport women.
Karena di pikiran Azura pun, di balik ia sedikit mendengarkan percakapan mereka berdua yang selingkuh ya gadis tersebut.
Ya di mana pun selingkuh itu hal salah dan hal yang tidak bisa di benarkan bukan?

Tapi sayang, prinsip yang baru saja sempat ia pikirkan beberapa detik hancur sudah saat kedua matanya melihat bahwa laki-laki itu hampir menampar gadis cantik tersebut.
Ini benar-benar udah terlalu kelewat batas, terlebih ini di depan umum.

Lantas, tanpa pikir panjang pun Azura mengambil segelas air miliknya dan menyiramkan hal itu kepada laki-laki yang berniat menampar kekasihnya.

Melihat hal tersebut, itu cukup membuat semua orang terkejut termasuk Erga yang menatap kejadian itu dengan tatapan tidak percaya dan memaki Azura dari dalam hati karena tindakan yang ia lakukan sedikit ceroboh dan sembrono.

"Mas, kalau emang Lo laki gak usah main tangan juga," Cetus Azura yang rasanya ia juga menyesali perbuatannya sendiri di mana dirinya sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan yang fatal.

Tapi Azura memberanikan diri menatap wajah merah padam laki-laki itu yang tengah menahan amarahnya.

Baru juga berniat menyerang balik Azura dengan cara mendorong tubuh kecil gadis tersebut, tanpa di duga Erga langsung bangkit dari duduknya dan menarik lengan Azura sehingga tubuh mungilnya terhuyung pelan untuk diam di belakang tubuhnya.

Kali ini, Erga dan laki-laki tersebut tengah berhadapan dengan raut wajah yang sama-sama ingin menerkam satu sama lain.

"Kalau mau lawan balik, sama gue, jangan sama dia," Kata Erga menegaskan. Ia benar-benar berniat melindungi Azura karena Erga sadar dengan Azura yang juga sudah menahan rasa takutnya barusan.

Laki-laki tersebut menghela nafas, memutar bola matanya jengah. Lalu kemudian kedua matanya menatap bergantian ke arah Erga dan Azura.

"Kalian berdua gue tandaiin," Ucapnya lalu pergi meninggalkan mereka berdua dan juga kekasihnya yang sudah menangis di tempat.

Setelah punggung laki-laki sinting itu hilang, Azura menatap gadis yang tengah menangis di sana.
"Kalau sekiranya tahu cowoknya ringan tangan, gak usah di pertahanin mbak. Sayang muka cantiknya di ancurin sama cowok sinting,"

Tapi tanpa mendengar nasihat yang Azura berikan barusan, dirinya hanya menatap Azura dengan tatapan sayu, "Makasih banyak ya,"

Sedangkan Azura yang mendengar perkataan tersebut hanya berdehem pelan, kemudian menarik tangan Erga untuk pergi dari situ karena sekarang mereka berdua benar-benar menjadi pusat perhatian banyak orang.

"Ga?"

"Hmm?"

"Gue kok bego ya nyiram tuh cowok? Astaga tolol banget sih," Kata Azura yang penuh dengan rasa penyesalan.

"Lah sadar Lo?"

Azura menoleh, "Tapi untung Lo langsung pasang badan," Ucapnya sebari melengkungkan garis bibirnya lebar.

Melihat senyuman manis Azura, entah kenapa Erga langsung mengalihkan pandangannya. Kedua telinga laki-laki itu memanas bahkan detak jantungnya berdetak kencang tidak karuan.

"Gue bisa di hajar habis sama Felix, Alaska dan Seth kalau gue balik cuma bawa nama Lo doang,"

Mendengar hal itu entah kenapa Azura tergelak kencang, benar-benar dirinya tidak berfikir bahwa ketiga laki-laki gila itu bakal menghajar habis Erga jika memang ia membuat Azura lecet dikit.

"Emang Lo tuh random ya Ga,"

Perkataan sederhana, tapi itu cukup membuat hati Erga senang mendengarnya.
Baiklah, rasanya membuat mood gadis itu kembali seperti semula Erga telah berhasil ternyata.

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 77.3K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
284K 16.9K 35
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
1.6M 113K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
2.7M 271K 63
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?