"jadi maksud lo. Ini semua ulah mereka?!" Tanya Tiger.
"Anjing tu orang! Kita harus kasih pelajaran ke mereka!" Bara begitu siap untuk bertempur melawan anak buah Mr. R
"Jangan sekarang" ujar Jefan dengan tegas. Dengan sorot mata tatapan tajam bak elang.
Bara yang mendengarnya sedikit kesal. "Sampai kapan gini terus!" Bentaknya.
Tatapan tajam itu menatap panglima perang mereka semua. Siapa lagi kalau bukan Bara. "Sampai kita, dapetin bukti yang kuat"
Ia yang mendengarnya terkekeh. "Bukti? Jelas-jelas kita udah dapat bukti! Tapi lo malah bilang belum dapat bukti?!"
"Bukti emang udah di depan mata. Tapi kalau cuma bukti itu aja yang kita dapat, itu belum kuat. Bisa aja, mereka pakai nama Mr. R buat akallan mereka." Ujarnya panjang lebar.
Mereka semua terdiam. Perkataan Jefan memang ada benarnya, bukti yang hanya stiker diamond belum menentukan kalau Mr. R si pelaku di balik semua ini.
~~~
Rahza duduk di dekat makam yang terlihat kotor. Dia membersihkan, makam itu yang di tumpukan daun-daun kering. Setelah bersih, ia taburkan bunga di atas makam. Lalu menaruh setangkai bunga mawar di depan nisan.
Sorot matanya terlihat begitu teduh, sangat sedih ketika mengingat kejadian dulu. Tapi bibirnya kembali tersenyum, setelah mengingat kejadian konyol waktu kecil, yang pernah mereka lakukan bersama-sama.
Tangannya mengusap nisan itu dengan lembut, "Lama ya, kita gak ketemu. Tau gak sih, gue itu rindu banget sama lo. Kapan kita bisa bareng lagi star? kapan? Gue pengen... Banget, bisa cerita banyak sama lo. Tentang Gio, tentang sahabat gue, apalagi sih Alana yang bawel. Dia lebih bawel dari lo. Gue rindu kehadiran lo star, kenapa lo gak hadir di mimpi gue?" air matanya perlahan turun, membasahi pipinya yang mulus.
Ia menghapus air mata yang membasahi pipinya, "Kalau gue punya kekuatan, kayak di film-film. Mungkin permintaan gue cuma satu. Gue pengen lo kembali hidup satu hari aja buat gue, dan di hari itu juga. Gue akan cerita semua kehidupan gue, gak cuma itu, gue akan ajak lo keliling ke London. Yang paling penting, gue pengen peluk tubuh lo star, gue rindu kehadiran lo" Lanjutnya.
"Maaf ya, gue harus melakukan ini semua. Ini demi kebaikan lo star. Gue gak mau, mereka hidup bahagia, setelah melakukan perbuatan keji di atas penderitaan lo" Itulah prinsip seorang Rahza. "Sorry star" ujarnya sambil mencium papan nisan.
"Gue pergi dulu ya. Lo gak perlu khawatir, nanti gue akan balik lagi ke sini. Gue akan selalu berdoa yang terbaik buat lo. Good bye my handsome" ujarnya tersenyum tipis.
Kini Rahza bangun untuk berdiri. Dia menatap makam Bintang dengan penuh kesedihan, tatapan gadis itu tak bisa bohong.
Kaki jenjangnya berjalan menjauh dari sana, saat mau masuk ke dalam mobil. Dia melihat sosok tak begitu asing baginya. Itu Gio, dia parkir tak begitu jauh dari jarak mobil Rahza.
Cowok itu pergi masuk ke dalam makam, setelah memarkirkan motornya. Rahza sendiri bingung, kenapa cowok itu pergi ke makam. Setau dia, keluarganya gak ada yang meninggal di makamkan di tempat ini.
Dia yang penasaran. Memutuskan untuk mengikuti Gio dari belakang, jadi dia mengurungkan keputusannya untuk pergi dari sana.
Cowok itu berhenti di makam yang begitu terlihat bersih. Gio duduk jongkok di tengah-tengah antara dua makam, di samping kanan dan kirinya.
Rahza yang melihat hal itu, semakin membuatnya bingung. Gio gak pernah menceritakan kalau keluarganya ada yang meninggal.
Gadis itu menghampiri Gio yang duduk sendiri di sana. Dia menepuk pundak cowok itu. Kepalanya mendongak ke atas, dia melihat sosok gadis yang selalu menemaninya waktu kecil.
"O-Oza. Kamu? Kenapa bisa ke sini?" Tanyanya dengan gugup.
"Justru gue yang tanya sama lo! Kenapa lo ke makam?" Tanya balik Rahza.
Matanya menatap kedua makam di depannya. Tatapan cowok itu berubah menjadi sedih. Tiba-tiba dia memeluk tubuh Rahza dengan erat, air matanya menetes membasahi pipinya.
Gadis itu semakin bingung apa yang terjadi, dia di buat menjadi pusing. Untuk menenangkan sahabat kecilnya, dia menepuk dengan lembut pundak Cowok itu. Untuk menyalurkan kekuatan, agar dia bisa tenang.
"Maafin gue Oza" lirihnya. Sambil meneteskan air mata terus menerus.
"Gue harus bohong sama lo. Seharusnya gue dari kemarin cerita sama lo, tapi gue malah egois." Lanjutnya.
Rahza melepaskan pelukan Cowok itu. Dia berjalan mendekat ke makam itu. Terlihat kedua nisan yang tertulis nama ADI WHELLSS dan MELLA ARIANA.
Tatapan gadis itu langsung sedih. Begitu melihat nama orang tua Gio, di atas papan nisan putih di sana. Air matanya kini perlahan menetes, dia tak sanggup melihat dua orang yang paling dekat dengannya dulu. Kini telah pergi selama-lamanya.
Dia tak bisa berkata apa-apa lagi. Melihat kejadian ini semua. Dia memutar balik badannya, melihat ke arah belakang. Mata gio terlihat sudah merah, pipinya sudah di penuhi air mata.
Ia tak pernah melihat ada cowok yang menangis seperti itu. Ya kalian tau lah! Kalau cowok udah menangis seperti itu. Itu artinya, dia benar-benar merasakan kehilangan, sosok yang paling penting dalam hidupnya.
"KENAPA LO BOHONG!" Teriaknya sambil memukul pundak Gio. "KENAPA?!" Lanjutnya lebih lantang.
Tangisan Rahza semakin tak tertahankan. Tangisannya semakin kencang terdengar. Siapa yang gak sedih? Mereka berdua adalah sosok pengganti peran orang tua Rahza ketika di London.
Mereka begitu baik terhadap Rahza, mereka selalu memperlakukan gadis itu seperti anaknya. Tak pernah mereka membandingkan antara gio maupun rahza.
Walaupun Rahza memiliki kakek dan nenek di London. Tapi kasih sayang mereka bukan menunjukkan seperti sosok orang tua.
Karena hal itu lah, yang membuat gadis itu benar-benar terpukul.
"Gue minta maaf za. Gue gak cerita sama lo" ujar Gio. Dia melangkahkan kakinya mendekat ke dua makam orang tuanya.
Sambil mengusap lembut papan nisan mereka. Rahza melihat gio, yang berada di tengah-tengah antara makam Mella dan Adi.
"Mereka meninggal, waktu gue baru datang ke Indonesia. Kejadian itu terjadi waktu gue masih kelas satu SMP. Di mana malam itu, gue bersama keluarga gue pergi jalan-jalan menuju ke pantai. Tapi waktu perjalanan di tengah malam itu. Ada truk yang nabrak mobil kita dari arah berlawanan, truk itu bukannya tanggung jawab. Tapi dia malah pergi gitu aja, karena kejadian itu, orang tua gue meninggal. Cuma gue yang selamat dari kejadian itu" ujarnya panjang lebar.
Gadis itu tak menyangka, begitu tragis kecelakaan yang di alami Gio dengan keluarganya. Mereka harus menerima kenyataan, orang yang paling berharga di hidup mereka. Harus meninggalkan dunia ini selamanya.
Mata Rahza gak bisa bohong, dia sudah kedua kalinya kehilangan orang yang dia sayangi.
"Kenapa lo harus bohong!" gadis itu mendorong badan Gio.
Gio memeluk tubuh Rahza dengan erat. Gadis itu menangis di pelukan gio, yang begitu nyaman. "Gue terpaksa za. Gue gak mau lo sedih" bisiknya.
"Cukup gue yang merasa kehilangan. Gue gak mau lo ngerasain apa yang gue rasain" lanjutnya.
Gadis itu menangis sampai sesegukan, di dalam dekapan pelukan Gio. Betapa hancurnya hatinya, mendengar kejadian yang begitu tragis.
°°°
GO NEXT