Fake Bride - BNHA Fanfict (Co...

By slayernominee

17.4K 2.7K 271

Berubah status dari rakyat biasa menjadi bangsawan, tidak membuat Midoriya bahagia. Karena dia sebenarnya han... More

Prolog
°1°
°2°
°3°
°4°
°5°
°6°
°7°
°8°
°9°
°10°
°11°
°12°
°13°
°14°
°16°
°17°
°18°
°19°
°20°
°21°
°22°
°23°
°24°
°25°
°26°
°27°
°28°
°29°
°30°
°31°
°32°
°33°
°34°
°35°
°36°
°37°
°38°
°39°
°40°
°The End°

°15°

395 68 1
By slayernominee


.
.
.
.

Midoriya menatap pada Bakugou yang terlelap tidur di futonnya.

"Apa Yang Mulia butuh sesuatu yang lain?"

"Jangan pergi. Aku ingin... kau tetap di sisiku."

Perkataan itu membuat Midoriya terdiam. Apa yang barusan dia dengar? Apa Bakugou mengatakannya hanya karena efek demamnya atau memang dia berniat memintanya tinggal? Entahlah, Midoriya tidak mengerti. Tatapan manik crimson itu membuatnya bingung.

Namun Midoriya sedikitnya paham jika Bakugou tengah merasa kesepian. Di hari peringatan kematian ibunya dia sakit, dia yakin pria itu setidaknya merindukan perhatian ibunya.

"Baiklah, saya tidak akan pergi." Midoriya mengurungkan niatnya untuk beranjak. "Tidurlah, saya akan tetap di sini saat Yang Mulia bangun nanti."

Karena itulah dia masih berada di ruangan Bakugou. Duduk menunggui. Namun dia tidak bisa membaca dengan tenang seperti sebelumnya, atensinya tertuju pada sosok pria yang berbaring di hadapannya itu.

"Apa... hubungan kami semakin berkembang?" Pikirnya. Dia masih bingung soal maksud di balik perkataan Bakugou tadi, tapi ada satu kemungkinan.

Apakah Bakugou mulai memiliki perasaan padanya?

Jika memang demikian maka sebenarnya itu bagus untuk status hubungan mereka sejak awal. Nantinya mereka akan menikah, jadi memiliki perasaan satu sama lain adalah hal yahg baik.

Namun masalahnya, Midoriya adalah pengantin palsu. Hal itu membuat gadis itu merasa bersalah jika dia juga memiliki perasaan pada putra mahkota.

Midoriya memang ingin menjalani perannya sebaik mungkin dan tidak menyulitkan siapapun, tapi dia juga tidak ingin menjadi penipu sepenuhnya. Semua pemikiran itu membuatnya gelisah.

Dia menghela napas pelan. "Jangan terlalu memikirkannya dulu... Belum tentu Yang Mulia memang mulai memiliki perasaan padaku..."

Bakugou mengernyit dalam tidurnya. Dia pasti kembali mendapat mimpi-mimpi aneh efek dari demamnya. Obat memang membantunya tidur nyenyak, tapi karena suhunya belum begitu turun dia kembali sulit tidur dengan tenang.

Midoriya mengambil kain kompres dan mencelupkannya ulang ke dalam air hangat, memeras airnya dan kembali meletakkannya ke dahi Bakugou. Dia juga mengambil satu kain lain yang masih kering untuk mengusap keringat yang muncul di sekitar pelipis dan leher pria itu.

Bakugou akhirnya terbangun, efek obatnya tidak terlalu lama saat demamnya masih tinggi. Tapi setidaknya dia sudah berhasil tidur cukup lama tadi. Midoriya kembali mengusap peluh di pelipisnya dengan lembut.

"Apa Yang Mulia ingin minum lagi?"

Suhu tinggi badannya membuat Bakugou sering dehidrasi. "Ya..."

Midoriya membantunya untuk sedikit bangun dan menempelkan bibir cangkir ke mulutnya. Bakugou meminum beberapa teguk sebelum kembali berbaring.

"Kau sungguhan masih di sini..." gumam Bakugou.

"Tentu saja, saya sudah berjanji tadi."

Bakugou bernapas dengan sedikit berat dan hangat. "Sudah malam, pergilah. Kau harus kembali ke timur."

"Saya akan tinggal di pusat hari ini. Saya sudah menjelaskan pada Koshi-san dan Kirishima-san tadi."

"Begitu..."

Midoriya memeriksa suhu dengan menempelkan telapak tangannya ke kening Bakugou. "Masih agak tinggi, kuharap besok akan segera turun."

Bakugou mendengus. "Ini sudah biasa, besok pagi juga hilang."

Saat itu seseorang mengetuk pintu. "Nona, Yang Mulia, makan malam sudah siap." Suara Koshi terdengar dari luar.

Midoriya meminta untuk makanannya dan Bakugou di bawakan ke ruangan itu saja karena Bakugou lebih baik tidak pergi jauh-jauh. Dia juga akan menemani pria itu makan malam.

Bakugou makan dengan tangannya sendiri, tapi dia tak menghabiskannya dan memilih untuk minum obat saja agar bisa kembali tidur. Dia berbaring dan menunggu efek obatnya bekerja.

"Pergilah tidur, kau akan tertular kalau di sini semalaman." Meski Bakugou tadi sempat merasa sepi jika Midoriya pergi, dia tak ingin menulari orang lain.

Midoriya mengangguk. "Koshi-san bilang saya bisa menempati ruang sebelah. Jadi kalau ada apa-apa silakan panggil saja. Kirishima-san juga berjaga di luar."

"Hm."

"Kalau begitu saya permisi. Selamat malam, Yang Mulia." Gadis itu beranjak berdiri dan pergi keluar.

Sepi. Benar-benar terasa sepi. Meski gadis itu tak banyak bicara tapi kepergiannya membuat ruangan terasa berbeda. Entah sejak kapan Bakugou merasa seperti itu.

Untungnya obat mulai bekerja tak lama kemudian dan membuatnya tidur kembali.

.
.
.
.
.

Besoknya Bakugou sudah sembuh. Meski belum benar-benar pulih tapi dia sudah bisa bekerja. Hanya saja Koshi tidak membiarkannya bekerja terlalu keras sampai beberapa hari ke depannya.

Usai putra mahkota sudah sepenuhnya sehat, Koshi memperhatikan jika nampaknya ada sesuatu yang Bakugou pikirkan di setiap saat dia duduk sendirian. Sebagai penasehat yang sudah bekerja sejak Bakugou kecil, pria paruh baya itu hapal beberapa tabiatnya.

"Yang Mulia, apa Anda menginginkan sesuatu?" Tanyanya. Tahu jika sesekali Bakugou memiliki pemikiran pribadi yang enggan untuk langsung dia sampaikan.

Bakugou tak terkejut akan pertanyaan itu karena Koshi memang seringkali bisa menebak pikirannya. Dia diam sejenak. "Aku hanya berpikir, soal bagaimana jika ruang kerjaku dan gadis itu lebih baik digabung saja."

Koshi terdiam. Bakugou enggan menatap, memilih sibuk dengan dokumennya. Tapi dia tahu jika raut pria paruh baya itu pasti terkejut.

Benar saja, penasehat itu sempat tak percaya mendengar kata-kata barusan. Dengan senyum lebar, dia berkata. "Tentu saja itu bisa diatur. Tapi apa Yang Mulia yakin? Yang Mulia selalu menyukai ketenangan dan tidak ingin diganggu saat bekerja, bukan?"

"Kurasa dia bukan gadis yang ribut, jadi tak masalah. Aku juga bisa mengajarinya lebih cepat kalau tak harus datang ke ruangannya dulu."

"Kalau begitu saya akan segera menyiapkannya dan menyampaikannya ke Nona." Koshi dengan girang pergi melaksanakan tugasnya tanpa menunggu Bakugou lanjut berkata-kata lagi.

.
.
.

Esoknya semua hal sudah tertata seperti keinginan Bakugou. Di ruang kerjanya kini ada dua meja yang saling bersebrangan namun tak sejajar, karena ruangan itu luas jadi tak masalah untuk meja diletakkan di mana saja. Lemari dokumen juga bertambah satu, begitu juga dengan peralatan dan perlengkapan lain, bertambah oleh barang-barang kerja Midoriya yang dipindahkan ke dalam sana.

Bakugou menatap ruangan itu keseluruhan. Biasanya dia menyukai tatanan rapi untuk satu orang, tapi semua tambahan itu tak begitu mengganggunya. Lagipula memang dia yang meminta.

Karena Bakugou memang tinggal di pusat, dia datang sangat awal usai latihan paginya yang rutin. Midoriya baru akan tiba satu dua jam lagi, jadi dia pergi untuk menyantap sarapan yang sudah disiapkan dan mengecek jadwal kerjanya.

Ternyata hari itu dia sibuk. Usai sarapan sudah ada jadwal rapat dengan beberapa pejabat. Setelahnya beberapa petinggi datang berkunjung ke istana. Di kota juga ada beberapa acara yang harus dia hadiri, juga penandatangan dokumen pengesahan di depan para rakyat pada sebuah acara pembukaan fasilitas baru.

Bakugou baru kembali ke istana saat hari mulai gelap. Dengan lelah dia masuk ke ruang kerjanya untuk duduk istirahat.

"Ah, selamat datang kembali Yang Mulia."

Sapaan itu mengingatkan Bakugou jika mulai hari ini Midoriya bekerja dengannya. Tak terbiasa mendapat sambutan seperti tadi sempat mengejutkannya. Gadis bersurai hijau itu duduk di mejanya dengan memegang pena bulu, tersenyum padanya.

Bakugou menghela napas pelan, merutuki diri. "Maaf, aku yang buat kau pindah ke sini dan malah sibuk di luar."

"Tidak apa, saya mengerti Yang Mulia sangat sibuk. Lagipula memang tidak setiap saat Yang Mulia bekerja di ruangan ini, kan?"

"Ya, seringnya begitu." Bakugou duduk di kursinya, melihat ke arah Midoriya. "Bagaimana, apa pindah ke sini tidak membuatmu nyaman?"

"Ah, tentu saja tidak. Masih banyak tempat luas di sini, jadi tidak mengganggu konsentrasi. Saya juga bisa belajar lebih banyak soal dokumen selama bersama Yang Mulia."

Sepertinya perkataan Koshi mengenai Midoriya yang tidak masalah soal pindah ruang kerja memang benar. Kadang Bakugou was-was dengan Koshi yang suka seenaknya sendiri.

Kirishima kembali dari suatu tempat dengan membawa beberapa gulungan kertas. "Oh, selamat datang kembali, Yang Mulia." Sapanya. "Saya baru kembali mengambilkan gulungan kosong baru dari persediaan. Mulai sekarang saya juga bisa bantu Yang Mulia, jadi katakan saja jika ada perlu."

Bakugou mengangguk. Karena hari sudah gelap, Midoriya sudah harus kembali ke timur. Hari ini hanya sebentar mereka bertemu karena jadwal padat. Usai Kirishima dan Midoriya berpamitan, Bakugou melihat lagi ke seisi ruangan.

Entah hanya perasaannya saja atau ruangannya terasa lebih hidup. Dia akan tahu lebih jauh besok, semoga saja jadwalnya tidak lagi membuatnya seharian di luar.

.
.
.

"Yang Mulia, dokumen ini tercampur dengan milik saya." Midoriya beranjak dari kursinya.

Bakugou buyar dari konsentrasinya sejenak. "Oh, ya. Letakkan saja di situ."

"Juga, boleh saya tanya soal yang satu ini? Persyaratannya masih sedikit membingungkan."

Bakugou melihat dokumen lain yang Midoriya sodorkan dan dia menjelaskannya.

Sudah beberapa bulan sejak mereka menjadi satu ruang kerja. Awalnya sangat canggung, tapi lama-lama suasana di antara mereka mulai melunak dan santai. Bakugou masih kerap sibuk dengan jadwalnya di luar, jadi dia selalu mencoba menikmati waktunya selama ada di dalam ruangan.

Aneh, dulu dia akan merasa lelah saat bekerja di dalam karena sudah sangat sibuk di luar, tapi karena keberadaan Midoriya, bekerja di dalam ruang kerjanya kini serasa menjadi sedikit refreshing baginya.

Midoriya mendengarkan penjelasan dengan fokus, sesekali mengangguk dengan raut wajahnya yang serius. Karena gadis itu ada di sampingnya setiap kali meminta penjelasan, maka Bakugou selalu bisa melihatnya lebih dekat. Hal itu membuatnya sesekali tanpa sadar justru memandangi wajah Midoriya saat menjelaskan, hingga dia akan sadar sendiri dan mencoba kembali fokus.

Kirishima yang setiap hari membantu, entah membereskan ruangan, mengambilkan sesuatu, ikut memeriksa sesuatu, di sela tugasnya sebagai penjaga pribadi Midoriya, memperhatikan mereka dengan senang. Hubungan mereka jelas semakin baik. Sebagai penonton baris depan, dia sangat berbunga-bunga.

Seorang pelayan datang mengetuk ruangan, Bakugou mempersilakan dia masuk.

"Yang Mulia, Tuan Todoroki datang berkunjung."

"Minta dia tunggu di ruang depan."

"Baik."

Bakugou beranjak berdiri. "Aku pergi sebentar, kau istirahat saja dulu kalau mau."

Midoriya mengangguk. Setelah Bakugou pergi Kirishima mengajaknya pergi berkeliling untuk mencari udara segar.

"Oh, Midoriya-sama." Mereka berpapasan dengan Todoroki dan Iida yang tengah berjalan di sekitar pusat.

"Sudah lama tak jumpa, Todoroki-san, Iida-san. Hanya Tuan Endeavor yang bertemu dengan Yang Mulia?"

"Ya, seperti biasa."

Dengan pertemuan itu mereka berempat berjalan-jalan bersama mengelilingi istana di hari yang cukup cerah. Midoriya dan Todoroki berjalan mengobrol di depan, sedangkan Kirishima dan Iida mengikuti mereka dari belakang.

"Apa Todoroki masih sering bermasalah dengan ayahnya?" Tanya Kirishima.

Iida menghela napas pelan. "Yah, masalah mereka berdua bukan hal yang mudah diurus. Bahkan Todoroki berencana untuk tidak tinggal lagi di kediaman keluarga besar."

"Haha, aku mengerti alasannya. Kurang lebih."

"Kalau Todoroki pergi maka di rumah utama hanya akan tersisa Tuan Endeavor seorang."

Konflik di keluarga Todoroki menjarah ke setiap anggota keluarga. Sang ibu dipindah ke rumah orang tuanya untuk menjauhi sikap keras suaminya yang membuatnya stress. Sang kakak perempuan pindah ke luar kota untuk memdalami pendidikannya, begitu juga sang adik laki2. Satu lagi si kakak laki-laki meninggalkan rumah begitu saja sejak bertahun-tahun lalu, entah pergi ke mana.

"Apa kau akan mengikuti Todoroki nantinya?"

"Tentu saja, aku pengawal pribadinya. Di rumah utama masih banyak orang yang mampu jadi penjaga yang baik."

Midoriya menunjukkan beberapa perubahan dekorasi taman pada Todoroki. Beberapa adalah idenya yang secara ajaib diterima oleh penata kebun.

"Aku sempat khawatir apa itu akan baik-baik saja..."

Todoroki tersenyum. "Tenang saja, buktinya taman ini terlihat lebih indah dengan sentuhan idemu."

"Ya, aku merasa sangat lega." Kedua tangan Midoriya saling remas dengan gugup.

Todoroki mengerling dan melihat pada cincin pertunangan yang menghiasi jari manis gadis itu.

"Midoriya."

"Ya?"

"Kapan kau dan Yang Mulia akan menikah...?" Tanyanya dengan sedikit ragu.

"Ah soal itu... masih belum dipastikan."

"Apa hubungan kalian baik-baik saja?"

"Ya, tentu. Hubungan kami semakin baik."

Todoroki mengernyit. "Baik? Apa sebelumnya kalian tidak dekat?"

Midoriya merasa jika dirinya baru saja kelepasan bicara. Dia terbawa suasana berbicara dengan Todoroki yang sudah cukup akrab dengannya.

"Apa itu sebuah rahasia? Aku tidak akan beri tahu siapa-siapa."

"Sungguh...?"

"Yah, mungkin hanya Iida karena dia pengawalku. Selain itu aku akan tutup mulut."

Midoriya meremat gaunnya pelan. "Sebenarnya kami semacam dijodohkan. Jadi aku dan Yang Mulia mencoba membangun hubungan dari nol sampai sekarang."

"Apa kalian saling kenal sebelumnya?"

Midoriya menggeleng.

"Kalau begitu apa kau baik-baik saja?" Todoroki menggaruk pipinya. "Yah... kau tahu kebanyakan perjodohan itu diluar keinginan hati."

"Memang awalnya aku sangat terkejut, meski dia adalah putra mahkota yang kebanyakan gadis pasti mau dengannya, tapi itu tetap menakutkan. Sekarang aku mencoba untuk mengikuti arus saja dan berharap semuanya akan baik-baik saja."

"Kalau ada masalah kau bisa memberitahuku kapan saja. Aku akan bantu sebisa mungkin."

"Terima kasih banyak, Todoroki-san."

.
.
.
.
.

Continue Reading

You'll Also Like

5K 525 15
Apa kalian percaya tentang Takdir Benang merah?? Lucy seorang gadis yang percaya dengan benang merah... Dia menyukai sahabat ny Natsu... Namun Natsu...
1.5K 135 9
Mata itu begitu dingin bagaimana jika aku ditatap oleh mata itu? apa aku akan tenggelam apa aku akan mati aku menyukaimu, apa kau bisa menyukaiku ju...
Teman? | Zolu By Vi

Teen Fiction

19.1K 2K 14
[Lokal au] One piece fanfiction | Zolu . . . . . Katanya sih cuma teman, tapi kelakuan seakan bilang lebih dari teman. Yang satu gak peka, yang satun...
160K 17.5K 26
Cover by pinterest •not bl🙅🏻‍♀️ Ayash menyia-nyiakan kehidupannya karena terlarut dalam kesedihan. Pria berusia sembilan belas tahun itu menjadi p...