LDR

By teahmanis

1.3K 157 134

⚠18+⚠ Tidak mudah menjalani hubungan jarak jauh. Rindu dan prasangka senantiasa menjadi bumbu di setiap harin... More

Prolog
Putus
Kalung gembok cinta
Rindu🌼
Sweetie
Baby finger
LDR 2.
LDR 3.
LDR 4.
LDR 5.
LDR 6.
LDR 7.
LDR 8.
LDR 10.
LDR 11.
LDR 12.
LDR 13.
LDR 14.
Fighting.
LDR 15.
LDR 16.
LDR 17.
LDR 18.
LDR 19.
LDR 20.

LDR 9.

33 6 3
By teahmanis


LDR 9

Ariana terbangun dari tidurnya. Samar-samar bayangan Jeong Jimin semalam kembali merangsek dalam ingatan. Seolah seperti bunga tidur, Jeong Jimin menemaninya semalaman dan kenyataannya pagi ini semuanya terasa sunyi. Tidak ada Jeong Jimin di sudut mana pun.

"Nona sudah bangun?" sapa Bibi Choi yang baru saja masuk ke dalam kamar Ariana. Pagi ini saja beliau sudah mengecek beberapa kali untuk memastikan apakah nonanya itu sudah bangun atau belum.

Ariana sedang termangu menopang keningnya yang terasa masih pusing. Seolah mengerti, Bibi Choi memberi Ariana air mineral agar sedikit lebih baik.

"Kenapa kepalaku sakit sekali?" gumam Ariana sembari memegangi kepalanya yang terus saja berdenyut.

"Semalam Nona minum terlalu banyak," tutur Bibi Choi.

"Lalu siapa yang membawaku pulang, Bibi?"

"Tuan Jeong."

"Jeong?"

"Saya akan ambilkan teh madu, itu baik untuk menyegarkan diri," ucap bibi Choi.

"Lalu di mana Jeong Jimin sekarang, Bibi?" tanya Ariana yang kini menyibak selimutnya dan hendak turun dari ranjang.

"Tuan muda sudah pergi pagi-pagi sekali, Nona," pungkas Bibi Choi yang lantas membuat kedua iris Ariana menciut.

"Kapan dia akan kembali?"

Bibi Choi menggelengkan kepala sebagai jawaban ketidak tahuannya perihal yang ditanyakan oleh nonanya tersebut.

"Apakah dia tidak meninggalkan pesan apa pun untukku?"

Bibi Choi kembali menggeleng.

Ariana merasa sedikit kecewa lantaran Jeong Jimin tidak menunggunya sampai bangun. Seharusnya pria itu mengucapkan banyak hal pada Bibi Choi, walaupun sepatah atau dua patah kata agar ia bisa mendengar sedikit pria itu.

***

Di sela kesibukannya, Jo Tae Yong tidak bisa fokus bekerja lantaran bayangan Ariana masih saja terbesit dalam ingatan. Saking kesalnya ia menutup laptop yang ada di hadapannya dengan begitu keras.

Bragh!

Saking kerasnya sampai sekretaris Jo Tae Young bergegas masuk ke dalam ruangan untuk memastikan apa yang terjadi.

"Ada apa, Tuan?"

Tae Yong menoleh, kemudian mendekat ke arah sekretarisnya yang mempunyai paras cantik serta tubuh ideal tersebut.

"Ada apa dengan Anda, Tuan?" tanya sang sekretaris sekali lagi, masih dengan mimik khawatinya.

Sedangkan di tempatnya, Jeo Tae Yong memberikan tatapan tajam dan mengintimidasi. Tangan kekarnya kemudian menangkup wajah cantik sang sekretaris dan mendaratkan satu ciuman tepat pada bibir perempuan tersebut.

Ufth!

"Tu- Tuan ...."

Tae Yong melumat bibir itu dengan rakus dan penuh gairah, pun tidak mendapat penolakan yang berarti hingga Tae Yong terus melanjutkan aksinya tersebut. Hal itu bukanlah kali pertama untuk sang sekretaris yang kerap kali menerima perlakuan mesum dari Jo Tae Yong.

Semakin bergairah, justru semakin membuat wajah Ariana terbayang nyata di pikiran Tae Yong. Matanya mengerjap kasar berharap bayangan Ariana akan lekas tiada dari benaknya, tetapi semua itu hanyalah sia-sia.

Hagh!

Ia pun terengah dan melepaskan wajah sekretarisnya kemudian lekas berpaling.

"Pergilah!"

Sekretaris itu tidak berkomentar apa pun. Mengusap bibirnya dan merapikan penampilan sebelum bergegas pergi meninggalkan ruangan.

Tae Yong terpejam untuk merasakan kembali sentuhannya pada Ariana seperti tadi malam. Bibirnya terasa begitu lembut hingga ciuman barusan tidak mampu menandingi sensasinya.

Ia mengusak rambut merasa begitu frustrasi. "Ari," gumamnya sembari berjalan ke arah meja kerja.

Ponselnya berdering. Ia bergegas meraihnya. Irisnya membulat, merasa tercengang karena Ariana yang menghubunginya.

"Halo?"

"Tae Yong, aku ingin bertemu denganmu."

"Ak- aku akan menjemputmu."

"Tidak. Temui aku di kafe," bantah Ariana.

Telepon itu pun terputus. Jo Tae Yong memandangi ponselnya dan memikirkan apa yang akan ia lakukan dengan Ariana hari ini.

Ariana tidak punya pilihan lain. Dari pada harus bersedih memikirkan hubungannya dengan Jeong Jimin, lebih baik sekarang ia bersiap untuk menemui Jo Tae Yong di tempat yang sudah dijanjikan. Sambil bercermin memandangi penampilannya, ia pun teringat kata-kata pria itu, bahwa dirinya menyukai wanita cantik yang energik.

Ariana mengabaikan pekerjaan untuk pertama kalinya. Ia tidak ingin memikirkan sanksi dari orang tuanya dan tidak ingin memikirkan beban apa pun saat ini. Ia ingin bahagia menjadi diri sendiri. Ia pergi tanpa sopir dan mengendarai mobilnya untuk menemui Jo Tae Yong. Sesampainya di tempat yang dijanjikan, ia turun dan melangkah seperti biasanya penuh dengan percaya diri.

Jo Tae Yong tercengang ketika melihat kedatangan Ariana.

"Ariana?" gumamnya.

Kali ini penampilan perempuan tersebut memang sangat berbeda. Bahkan pakaian yang ia kenakan persis seperti wanita-wanita yang Jo Tae Yong inginkan. Terlihat sangat percaya diri dengan rambut yang dibiarkan tergerai.

Ariana masuk ke dalam kafe, kemudian menoleh ke sana dan ke mari mencari sosok Jo Tae Yong.

"Selamat datang, Nona?" Tae Yong menepuk pundaknya dari belakang. Ariana sontak menoleh.

"Apakah aku membuatmu terkejut?" Tae Yong mendekat dan berbisik. Ariana menggeleng, hingga Tae Yong mengukir box smile dan memeluknya di hadapan banyak orang.

"Bagaimana keadaanmu?" Tae Yong hanya ingin memastikan bahwa Ariana baik-baik saja setelah mabuk semalam.

"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja," sahut Ariana.

Tae Yong Mengangguk seraya memberi pujian, "Looking great!"

Ariana tersenyum. Wanita itu tidak pernah tahu bahwa apa yang dilakukannya sekarang akan semakin membuat Jo Tae Yong menginginkannya.

"Tae Yong, apakah aku mengganggu waktumu?"

"Tidak."

"Kau merasa tidak keberatan, bukan, kalau aku terus menghubungimu?"

"Tentu saja, justru sebaliknya, aku merasa senang karena hubungan kita semakin dekat," tutur Tae Yong. "Jadi, apa yang akan kita lakukan hari ini?" ia pun mendekat dan merangkul bahu Ariana tanpa ragu.

Ariana mulanya hanya berdiam diri. Ia menatap pada Tae Yong karena sikap pria tersebut yang terkesan kurang ajar. Baiklah ia tidak akan marah atau pun merasa risi olehnya. Justru ia ingin menari di atas permainan yang sedang ia ciptakan. Tidak ingin memikirkan bagaimana hasilnya, yang jelas ia merasa senang oleh apa yang ia jalani akhir-akhir ini.

"Maaf karena semalam aku mabuk, aku jadi tidak tahu bagaimana gaya kencanmu yang sepenuhnya?"

"Jadi, kau ingin aku menunjukkan ulang padamu?" ucap Tae Yong dengan seulas senyum tipis. Sedangkan Ariana mengangguk, pun dengan diiringi senyum pula.

Tae Yong tertegun. Rasanya ia ingin membungkam bibir mungil Ariana saat itu juga dan berkata cukup untuk tidak menampakkan senyuman seperti itu lagi di hadapannya. Jujur saja itu terlalu manis hingga membuat hatinya tak karuan kacaunya.

Keduanya menghabiskan waktu hampir satu jam di kafe. Sekadar menikmati kopi dan sepotong kue dengan beberapa percakapan lainnya. Menjelang sore hari, mereka melanjutkan omong kosong itu untuk pergi ke sungai Han dan berdiam diri di sana seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Keduanya duduk di kursi kayu di tepi sungai tersebut. Awalnya memang tidak begitu membuat nyaman, tetapi lama-lama Ariana bisa menikmatinya juga. Terlebih ketika suasana senja terlihat begitu memesona di sepanjang mata memandang.

"Apakah kau menyukai tempat ini?" tanya Tae Yong seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

"Apakah kau sering ke mari?" Bukannya menjawab, justru Ariana malah balik bertanya pada Tae Yong.

"Tidak sering. Aku hanya menghabiskan waktu sesekali untuk menikmati waktu luang di tempat ini," jawab Tae Yong. Tanpa disengaja, tatapan keduanya saling bertemu. Saling mengintai dalam manik masing-masing hingga menimbulkan berbagai pikiran acak yang hanya keduanya mengerti. Angin yang menggoda membuat surai keduanya bergerak acak hingga menutupi sebagian wajah. Namun, hal itu tak mengendurkan iris dua insan yang tengah tenggelam dalam romansa tersebut.

Setelah beberapa waktu hanya saling memandang, Jo Tae Yong mengusap surai Ariana, kemudian menyelipkan anak rambut perempuan tersebut ke belakang telinga. Saat itu juga dada pria itu kembali berdegup lebih kencang. Kalau begini wajah manis Ariana terlihat semakin memesona, apalagi ketika wanita itu menundukkan wajah hingga atensinya berpindah ke arah leher seputih pualam yang semakin membangkitkan getaran dalam diri Tae Yong.

Anginnya semakin kencang hingga membuat Ariana mengusap kedua lengannya karena merasa udara yang semakin menusuk. Jo Tae Yong menyadari akan hal itu. Perempuan yang sejak tadi sibuk menahan dress-nya yang terus saja tersingkap dan tentu saja, Tae Yong berhasil melihat bagian mulus itu walaupun tidak sepenuhnya.

Pria itu mengukir senyum, kemudian berusaha menyembunyikannya dengan menundukkan wajah. Aneh rasanya ketika perasaan konyol itu berhasil membuatnya gemetar dan berdebar. Memangnya apa hebatnya leher dan paha Ariana Go? Bahkan ia sudah pernah melihat yang lebih dari semua itu. Namun, memang begitulah the power of feel yang bisa menjadikan seseorang bertanya-tanya kemudian merasa sangat bahagia hanya karena melihat satu sisi dari seseorang yang disukainya.

How do you feel, Tae Yong?

Ia membuka jasnya untuk menutup bagian kaki Ariana. Sedangkan perempuan yang beberapa waktu lalu memilih untuk berpaling sedikit tertegun karena merasakan dingin pada kakinya terganti dengan rasa hangat yang menjalar.

"Tae Yong ...."

"Iya?"

"Apakah aku sudah menjadi seperti wanita yang kau inginkan?"

Jo Tae Yong cukup tercengang oleh pertanyaan itu, maniknya sedikit melebar seolah mencari tahu maksud dari perkataan Ariana.

"Aku pikir kau akan mengenakan baju kasual layaknya seperti pria yang sedang berkencan dengan kekasihnya," ucap Ariana sambil memperhatikan penampilan Jo Tae Yong dalam balutan baju kantoran.

"Bagaimana aku bisa berganti pakaian? Kau terlalu mendadak untuk mengajakku bertemu," tutur Jo Tae Yong seraya mengerucutkan bibirnya seolah memberikan protes.

"Ah, kau benar," ucap Ariana dengan diselingi kekehan ringan.

Keduanya kompak mengalihkan pandangan ke arah sungai yang mengalir.

"Jadi, apakah seperti ini caramu berkencan dengan Jeong Jimin?" Tae Yong terlalu berani untuk menyodorkan pertanyaan seperti itu pada Ariana.

Ariana menoleh sejenak, kemudian menjawab santai, "Tidak."

Tae Yong mengangguk paham.

"Aku dengannya hampir tidak punya waktu seperti ini, kami sibuk bekerja dan hubungan kami hanya dihabiskan dengan menghitung hari. Itulah yang sering kami lewatkan," imbuh Ariana yang kemudian melemparkan pandangannya pada air sungai yang berkilau karena senja yang mulai menyebar. "Aku pikir ini adalah gaya berpacaranmu, Tae Yong?" tuturnya lagi.

"Tidak juga," sanggah Jo Tae Yong. "Aku bahkan belum pernah berdiam diri di tempat ini dengan kekasihku. Aku juga hampir sama sepertimu, bedanya waktuku tidak pernah kosong. Jika kau berdua menghitung hari untuk bertemu, maka aku menghitung jari hanya untuk berkencan dengan bergonta-ganti pacar," ungkapnya kelewat jujur. Tae Yong tetap saja Tae Yong, si womanizer.

"Apakah kau terkejut?" Tae Yong mengulum senyum karena melihat mimik wajah Ariana yang terlihat syok karena baru mendengar tentang dirinya pertama kali.

Ariana hanya menggeleng meski sebenarnya terlihat jelas bahwa ia merasa tidak nyaman oleh penuturan Tae Yong. Benar-benar pria gila.

"Kau pasti tidak suka karena aku membawamu ke mari, 'kan?" tanya Tae Yong.

Ariana kembali menggeleng. "Aku menyukainya. Ternyata aku baru sadar kalau ada banyak hal yang belum pernah kulakukan bersamanya." Ia pun menengadah memandang langit.

Jo Tae Yong semakin memerhatikannya dan mendekatkan wajahnya secara perlahan. "Sekarang aku sadar, bahwa aku sudah membawa kekasihku ke tempat ini," ucapnya bak semilir angin yang membelai telinga. Ariana menoleh seketika sampai pandangan mereka saling bertemu.

"Bukankah hari ini kita sedang berpura-pura menjadi sepasang kekasih?" jelas Tae Yong yang berusaha mengalihkan suasana. "Ah, ternyata begini ya rasanya." Ia menundukkan wajah dan menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

Tae Yong termangu mendapati Ariana yang kini diam seribu bahasa. Ia mengerti bahwa mungkin saja wanita itu sedang teringat pada Jeong Jimin.

"Tae Yong, aku ingin pulang," ucap Ariana. Pria itu mengangguk dan menuruti.

Sementara tidak jauh dari tempat keduanya berpijak, ada hati yang kian teriris ketika melihat kekasih hati bersama temannya sedang duduk menikmati indahnya senja di tepi sungai Han. Hal yang belum pernah ia lewatkan bersama-sama selain di masa sekolah dulu.

Jeong Jimin mengerjapkan mata dengan memegangi kemudinya, berharap bahwa itu semua hanya mimpi belaka. Ia harus tetap meneguhkan hati agar Ariana menjadi apa yang ia harapkan selama ini.

***

Ariana berkunjung ke apartemen Jo Tae Yong yang kini tampak sepi.

"Ke mana ibumu dan yang lainnya?" Ariana bertanya sembari menoleh ke sana dan ke mari.

"Ibuku sudah kembali ke rumahnya." Tae Yong menyahut. "Sebenarnya kami tidak tinggal bersama. Ibu hanya sementara di sini karena harus merawatku tempo hari," imbuhnya mencoba menjelaskan.

"Oh, begitu. Apakah kau tidak merasa kesepian tinggal di apartemen ini sendirian?"

Tae Yong menggeleng perlahan dengan kedua iris yang masih lekat pada perempuan di sampingnya tersebut. Membuat Ariana yang sebelumnya memperhatikan setiap sudut apartemen jadi menoleh pada Tae Yong. Perempuan itu lantas sedikit mendekatkan wajahnya, memperhatikan memar yang terlihat cukup jelas pada wajah Tae Yong.

"Tae Yong, ada apa dengan wajahmu?" tanyanya sembari mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Tae Yong. Sedangkan pria itu sedikit terkejut karena jari Ariana yang berhasil menempel pada kulit wajahnya. Spontan Tae Yong pun turut menggenggam tangan tersebut.

"Luka apa ini, Tae Yong?" Tanya Ariana.

"Oh, ini hanya luka ringan." Jo Tae Yong mengusap pipinya sendiri.

"Tapi, ini seperti bekas pukulan." Ariana semakin memperhatikannya.

Jo Tae Yong tidak tahu harus berkata apa. Akan tidak mungkin jika ia mengatakan yang sejujurnya bahwa kemarin malam Jeong Jimin memberi bogem mentah pada wajahnya.

"Apa kau sudah mengobati lukamu?" Ariana merabanya secara perlahan.

"Aku sudah mengobatinya. Kau jangan khawatir. Ini hanya luka ringan." Tae Yong mencoba meyakinkan Ariana kembali.

"Apakah Jimin yang melakukannya?" tebak Ariana. "Bibi Choi bilang padaku kalau Jimin mengantarku pulang semalam. Bukankah sebelumnya aku sedang bersamamu?" jelas Ariana serta mencoba menghubungkan beberapa kemungkinan.

Tae Yong hanya bisa bungkam. Ia tak bisa mengatakan jika apa yang Ariana pikirkan adalah sebuah kebenaran, tetapi ia juga terlalu sungkan untuk mengatakan sebuah kebohongan pada perempuan tersebut.

"Tae Yong, aku ingin minta maaf, karena aku kau jadi seperti ini."

"Kau tidak usah minta maaf. Sudah kubilang ini hanya luka ringan," kilah Tae Yong masih mencoba untuk menenangkan Ariana.

Ariana lantas menghambur pada tubuh Tae Yong, memeluk pria itu dengan dirundung rasa bersalah yang teramat besar. "Ternyata aku sudah banyak menyusahkanmu," ucapnya dengan rasa penuh penyesalan.

Jo Tae Yong terpaku. Ia semakin merasakan sesuatu yang sulit diartikan dalam dirinya sendiri. Ariana seakan membuatnya menjadi lemah. Ingin merengkuhnya saja ia bahkan tidak bisa. Sedangkan setan dalam pikirannya sudah meronta ingin berontak dan menghancurkan wanita ini sedemikian rupa hingga lemas dalam kungkungannya.

Ariana melepaskan pelukan dan menyeka air mata yang tanpa sadar menetes beberapa kali.

"Aku harus pergi sekarang."

Jo Tae Yong tidak ingin membiarkan Ariana pergi begitu saja. Ia menahannya dan membawa perempuan itu ke dalam dekapannya lagi. "Kumohon jangan pergi ... jangan pergi!" mohon Tae Yong yang lantas melepaskan pelukan keduanya. Tangan pria itu naik untuk sejenak mengusap surai Ariana yang lembut.

"Ini sudah malam," ucap Ariana yang menatap pada kedua iris Tae Yong.

"Aku belum menunjukkan semuanya padamu," tutur Tae Yong.

"Apa yang ingin kau tunjukan padaku?"

Jo Tae Yong tidak dapat lagi menahan diri. Ia mendaratkan satu ciuman sampai Ariana tercengang.

"Tae Yong!" Ariana menahan kedua tangan kekar Tae Yong ketika hendak menuju pada bagian dadanya.

"Ini adalah gayaku," pungkas Tae Yong singkat.

Ariana terkesiap membiarkan pria itu membalikkan tubuhnya dan mendekapnya dari belakang. Kedua tangan Tae Yong mulai meraba bahu hingga ke leher sampai Ariana memejamkan mata begitu erat. Pria itu memang sudah lihai hampir berhasil membuka seluruh kancing baju Ariana. Menyampaikan kecupan pada pundak hingga menelusur sampai ke pipi. Ariana terengah tidak ingin menghendaki dirinya tenggelam dalam godaan Jo Tae Yong malam itu. Tangannya saling meremat ketika mulut nakal Jo Tae Yong yang mulaimelumat daun telinganya.

"Tae Yong." Ariana berbalik. Tubuhnya meremang hebat sampai Ariana tidak berani hanya untuk sekadar menatap Tae Yong.

"Ssstt!" Pria itu menyimpan jari telunjuknya tepat di bibir Ariana dan meminta perempuan itu untuk diam.

Ariana semakin meremang oleh sentuhan Jo Tae Yong. Sedangkan pria itu seolah tidak ingin berhenti dan melanjutkan tindakannya dengan terus mencium Ariana. Wanita itu merasa enggan sampai mendorongnya dan menjauh seketika.

"Kenapa?" Tae Yong memandang Ariana. Dadanya naik dan turun seolah kehilangan pasokan udara setelah melumat habis Ariana.

"Aku harus pulang." Ariana melangkah. Namun, Jo Tae Yong kembali menahannya dan merapatkan tubuh Ariana sampai ke atas sofa, menindihnya secara paksa.

"Akh, Tae Yong apa yang kau lakukan?" pria itu menjadikan Ariana di bawah kungkungan.

"Bukankah kau ingin tahu bagaimana gaya pacaranku? Aku akan menunjukkannya padamu. Kami tidak pernah melewatkan tidur bersama ketika berkencan," Ungkapan Tae Yong membuat Ariana meringis. Merasa jijik hanya dengan mendengarnya saja. Namun, Tae Yong tetap saja kembali beraksi. Pria itu mulai menjilat leher Ariana dengan rakus.

"Tidak. Lepaskan aku!" Ariana mulai berontak. Itu sudah seperti pelecehan baginya. Tae Yong seperti ingin menyetubuhinya secara paksa.

"Tae Yong!" Ariana berhasil melepaskan diri dan beranjak dari sofa. Lagi, pria itu berhasil menariknya hingga pakaian Ariana robek di bagian bahu.

Plaakk.

Ariana menampar wajah Jo Tae Yong. Napasnya terengah. Tatapannya menjadi tajam. Ia marah karena pria itu sudah kurang ajar.


Continue Reading

You'll Also Like

396K 31.9K 63
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"
66.3K 3.5K 20
seorang gadis bernama Gleen ia berusia 20 tahun, gleen sangat menyukai novel , namun di usia yang begitu muda ia sudah meninggal, kecelakaan itu memb...
6.2M 604K 96
Yang Haechan tahu dia dijodohkan dengan laki-laki lugu yang bernama Mark Jung, tapi siapa sangka ternyata dibalik cover seorang Mark lugu Jung terdap...
872K 38.6K 97
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...