Disempurnakan Cinta (Sudah Te...

De YunOliviaZahra

112K 15.3K 985

Rencana pernikahan yang sudah di depan mata harus pupus karena 'kesalahan' yang sama sekali tidak dia sengaja... Mais

Prolog
Luka
Rajendra Biantara
Sebuah Rencana
Pernikahan Kilat
Suami istri
Pendekatan
Berusaha dekat
Bukan Bulan Madu 🔞🔞
Kabar tentang Sena
Pernikahan Sena
Terkuak
Kembali Luka
Penyesalan?
Pasrah
Bertahan
Pernyataan
Mulai menjauh
Mulai sadar?
Analisis Sena
Pergi
Galau
Menjauh
Keegoisan
Rindu?
Perlahan terurai
Sesal
Positif
Bertemu Renata
Jujur
Berdua
Sebuah Kesungguhan
Perhatian Renata
prasangka
Keputusan Romi
Pengakuan
Mencoba Memahami
Intimate
Dugaan Ana
Intimate 2
Morning sickness
Ketahuan
Pasang badan
Sebuah pengungkapan
Penolakan
Percik cemburu
Kembali ke rumah
Kecanggungan Sena
Penggalan masa lalu
Open PO Disempurnakan Cinta
Ulang Tahun Renata
Cemburu?
Romi mencari tahu
Promo ebook

Asumsi Sena

1.8K 296 21
De YunOliviaZahra


Satu bogem mendarat di rahang Jendra kala baru saja dia keluar dari kantor. Sore itu dia bermaksud hendak mengajak Renata pulang ke kediaman mereka setelah berdebatan yang cukup alot dengan sang isteri.

Namun, siapa sangka jika Dirga datang lagi melanjutkan urusan yang siang tadi tidak selesai. Tempat parkir yang sepi sore itu membuat Dirga leluasa menghajar Jendra.

"Kalian salah kalau menganggap dengan melakukan ini semua lantas aku setuju menandatangani surat itu!" tutur Jendra seraya mengusap rahangnya.

"Kamu sedang mempersulit diri sendiri, Tuan! Lebih baik akhiri saja semua dengan satu tanda tangan!" Dirga menyodorkan map yang berisi berkas perceraian itu.

Jendra naik pitam mendengar ucapan Dirga. Tanpa memikirkan akibatnya, dia membalas pukulan pria itu dengan pukulan serupa dan mendarat tempat yang sama.

Tertawa sinis, Dirga mengejek, "Pukulannya lumayan juga! Punya sabuk apa kamu?"

Tak memedulikan pertanyaan pria itu, Jendra membuka pintu mobil, tetapi gagal karena kembali Dirga memukul dengannya dari samping dengan cepat sehingga Jendra kehilangan kendali dan jatuh terduduk.

"Masih belum mau tanda tangan juga?"

Menahan sakit di bagian lengan, Jendra memberi isyarat agar map itu diberikan padanya.

"Bagus! Dengan begini tugasku selesai!" ucap Dirga seraya menyerahkan berkas ke tangan Jendra.

Pria yang terduduk itu perlahan bangkit. Menarik napas dalam-dalam, dia membuka map dan mengambil surat yang ada di dalamnya.

"Aku sudah bilang, kan? Aku nggak akan pernah melakukan apa pun untuk ini!" Suaranya terdengar tegas dan berat.

Menyeringai, Jendra merobek surat tersebut hingga menjadi serpihan kertas yang kemudian beterbangan tertiup angin.

"Tugasmu selesai, Tuan Tukang Pukul!" pungkasnya bergegas masuk ke mobil saat Dirga tengah terkejut melihat kertas itu sudah menjadi potongan-potongan kecil.

**

Sena tertunduk lesu membiarkan cerca yang datang padanya lewat mulut Romi. Papa Renata itu benar-benar dibuat pusing dengan kejadian yang sebenarnya. Dia bahkan berulang-ulang harus menahan tangannya untuk tidak melayang yang kedua kalinya ke pipi Sena.

"Kamu! Kamu sama berengseknya dengan dia! Kamu pria bodoh yang seharusnya sudah sejak dulu aku jauhkan dari anakku! Sekarang kamu datang dan bualan baru seolah-olah ada kesengajaan di masalah ini! Apa maumu, Anak Muda?"

Sena masih menunduk, dia menarik napas dalam-dalam kembali mencoba meyakinkan jika apa yang dia katakan itu adalah hal yang sebenarnya terjadi.

"Om, saya sudah jelaskan yang sebenarnya, dan itu bukan bualan saya. Saya bicara yang sesungguhnya bahwa Dea anak dari rekan kerja Om-lah yang jadi otak dari kekisruhan ini. Saya bicara sebenar-benarnya, Om," papar Sena meyakinkan.

Romi menatap tajam ke pria yang tengah duduk di depannya itu. Dea bukan nama baru di telinganya, dia tahu siapa Dea. Namun, ada hal yang masih belum bisa dia pahami mengapa harus sampai sedalam ini masalahnya.

"Menurut Dea, Om-lah yang menyebabkan keluarnya hancur dan bangkrut. Om juga yang membuat masa depannya berantakan," imbuhnya.

Pria paruh baya itu menarik napas dalam-dalam. Yang dia tahu, Dea adalah teman dekat puterinya dan anak dari Guntur yang baru saja meninggal dunia. Romi kembali merunut peristiwa apa saja yang pernah terjadi antara dia dan Guntur. Sejenak Romi menoleh ke Sena lalu memiringkan kepalanya seraya berkata, "Jadi Dea yang membuat semua skenario malam itu?"

"Iya, Om."

"Kamu bisa seyakin itu? Apa kamu punya bukti?"

Sena menyodorkan ponsel yang didalamnya ada rekaman saat Dea mencaci maki Renata.

"Dari situ saya paham dan bisa mengambil benang merahnya, Om."

Romi memberi isyarat agar Sena memutar hasil rekamannya. Meski tidak panjang, tetapi sudah terbaca dengan jelas apa yang diutarakan anak perempuan Guntur itu. Terbesit kecewa dan rasa bersalah di paras Romi.

Kecewa karena dia sama sekali tidak menyangka jika masalah bisnisnya menjadi awal dari kehancuran sang puteri. Rasa bersalah juga bersamaan menyeruak karena Romi merasa, sebagai seorang papa dia tidak bisa memberi kenyamanan dan keamanan bagi Renata hingga saat ini.

"Jadi anak Guntur yang jadi biang keroknya? Cuma dia atau ...."

Sena membiarkan Romi berpikir.

"Dan saya juga jadi ikut percaya karena Dea telah sedemikian rupa mengarang cerita hingga saya percaya kalau ...."

"Cukup! Kamu keluar sekarang! Urusanmu sudah selesai!" Romi mengangkat tangannya memberi isyarat agar Sena diam.

"Om, saya ingin membantu Om supaya bisa membongkar ini semua? Saya juga termasuk salah satu korban di kasus ini, Om," dalihnya.

"Korban katamu?"

"Iya, karena saya dengan mudahnya percaya jika semua omongan Dea benar, jadi saya terbawa emosi dan hal yang paling bodoh adalah melepaskan Renata," jawabnya dengan nada penuh penyesalan.

Romi menyeringai kemudian mengedikkan bahu.

"Kamu memang bodoh!" umpat Romi seraya bangun dari kursinya. "Lalu sekarang apa maumu?" tanyanya seperti mulai bisa membaca arah pembicaraan pria yang pernah begitu dicintai puterinya itu.

"Apa Om tahu kalau Jendra ...."

"Pelaku malam itu?"

Menarik napas, Sena mengangguk. Pria yang berdiri di samping mejanya itu mengangguk.

"Kenapa? Apa kamu tahu sesuatu?" selidiknya.

Sena tak menjawab, karena jujur dia sedikit memiliki perasaan curiga kepada suami Renata itu. Entah kenapa di kepalanya muncul dugaan jika Jendra pria yang mengambil kesempatan saat itu.

Mungkin Jendra bukan salah satu dari pencetus ide malam itu, hanya saja putera Romi itu ada di tempat yang tepat untuk melancarkan skenario Dea untuk kehancuran Renata. Itu yang ada di pikiran Sena.

"Sena! Kenapa kamu diam? Apa kamu tahu tentang Jendra?" Romi menelisik tajam.

"Saya pikir ... ada, Om, itu bisa saja terjadi, kan, Om? Karena Ranu adalah teman Jendra, jadi bisa saja dia memanfaatkan situasi yang ada mengingat ... siapa yang tidak kenal dengan kebiasaan Rajendra Biantara di kalangan penikmat dunia malam?"

Pernyataan Sena membuat Romi menyipitkan matanya.

"Aku tahu siapa Jendra, dan kamu nggak perlu menjelaskan, tapi dia sudah berubah, dan aku bisa baca hal itu. Pernikahan mereka pun didasarkan karena percaya jika Jendra bisa berubah dan bisa jadi pendamping yang baik bagi Renata, meski pada akhirnya tetap saja puteriku terluka," ungkapnya lalu melangkah ke arah sofa dan menghenyakkan tubuhnya di sana.

Sena memutar badannya menghadap Romi. Ada perasaan sesal dan bersalah yang besar mendengar ucapan pria itu. Andai saja kala itu dia bisa sedikit saja menurunkan ego dan emosinya, pasti hidupnya tidak serumit ini.

Andai saja dia membiarkan Renata menjelaskan hal yang terjadi, sudah pasti saat ini perempuan cantik itu sudah menjadi orang pertama yang dia lihat kala bangun pagi.

Menarik napas dalam-dalam, Sena kini seperti bergantung pada jaring-jaring sesal. Akan tetapi, baginya tidak mengapa jika harus menyesal tetapi mengetahui hak yang sesungguhnya, dan sekarang tengah mencubit memperbaiki semuanya untuk bisa meraih hati Renata kembali jika bisa.

"Saya merasa Jendra ikut di dalamnya meski di luar skenario," ungkap Sena mulai mengajak Romi berasumsi.

"Maksud kamu? Jendra sudah tahu kalau Renata itu ...."

"Lebih tepatnya, Jendra malam itu memang ada di sana dan bisa jadi dia memanfaatkan keadaan yang memang sudah dikondisikan, Om," sambungnya.

Romi menatap tajam Sena. Memang bisa saja apa yang dikatakan Sena itu benar, meski tentu saja semuanya butuh pembuktian.

Namun, jika dari keterangan Jendra kala itu, dia mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi karena memang di datang sebagai tamu dan minum hingga akhirnya terjadi hal itu.

Setidaknya itu pengakuan Jendra, tetapi bukankah setiap orang akan menyelamatkan diri dengan alibi masing-masing jika di posisi terdesak? Romi menyangka jika Jendra memang beralasan agar dirinya bersih dari segala hal yang bisa saja beralih padanya.

"Bisa jadi apa yang kamu pikirkan itu benar, Sena, tapi bisa juga salah," cetusnya.

"Tapi nggak apa-apa, toh semuanya akan selesai, saya nggak peduli. Dan saya nggak ada urusan dengan semuanya! Sudah banyak tender yang terlewat hanya karena hampir seluruh waktu saya untuk memikirkan Renata!"

Mendengar penuturan Romi, Sena menyipitkan matanya.

"Selesai, Om? Apanya yang selesai?"

"Pernikahan Renata dengan Jendra!"

***

Continue lendo

Você também vai gostar

16.3M 622K 36
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
988K 45.8K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
6.2M 322K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
999K 48.1K 38
Kalluna Ciara Hermawan memutuskan untuk pulang ke kampung Ibu nya dan meninggalkan hiruk pikuk gemerlap kota metropolitan yang sudah berteman dengan...