[✔] Klub 513 | Long Journey |...

By Wiki_Dwiki

44.2K 14.3K 1.1K

"Keep an eyes on the Horizon. We will touch that Utopia." 1914 (Kala setiap insan dihadapkan oleh pilihan sul... More

Prologue : "Di Atas Pasir Putih, Sebuah Janji Terikat"
1. Puisi Pelik di Tengah Keramaian
2. Menimbun Kebencian Dalam Hatinya
3. Memikul Pedih, Mengemis Asih
4. Percikan Pertama Api Perang Dunia I
5. Mengangkat Kaki, Membela Harga Diri
6. Dan Tulang Hatinya Patah
7. Mengukir Luka Kekal Dalam Jiwanya
8. Meninggalkan Tanah Terkutuk
9. Berbagai Hal Yang Tidak Biasa
10. Penjara Dibalik Tenda Sirkus
11. Semburat Dunia Abu-Abu
12. Kepedihan Atas Ketidaksempurnaan
13. Kasta Tertinggi Ialah Wanita
14. Menoreh Serpihan Kaca
16. Daratan Komunis
17. Yang Tidak Sejarah Catat
18. Dibalik Tembok Tahanan
19. Usaha Untuk Melarikan Diri
20. Di Sisi Lain Panggung Konflik
21. Pertunjukan Inti Akhir Musim Panas
22. Nama Tanda Penghormatan
23. Takdir Di Atas Air Asin

15. Bara Api Kebebasan

1.4K 537 49
By Wiki_Dwiki

.
.
.

"Apakah mungkin..?" Yunho berucap, "Sirkus Mimpi bukan hanya soal membeli pemain sirkus yang unik semudah membeli baju di etalase toko, melainkan telah terjadi sesuatu yang lebih besar dibalik tenda hitam dan putih itu, Mingi?"

Mendengar itu, Mingi hanya bisa diam. Yunho mengatakan hal yang sangat mungkin terjadi di dalam Sirkus Mimpi. Dia mengetahuinya bahwa dapur mereka sangatlah kotor, hal semacam yang dikatakan Yunho jelas bisa terjadi juga. Jika memang benar ada sesuatu yang lebih 'besar' telah terjadi di dalam Sirkus Mimpi, maka Mingi akan mulai menormalkan surat surat kabar yang punya ungkapan kebencian di setiap paragraf nya untuk Sirkus Mimpi.

Namun disisi lain, Mingi juga khawatir. Jika yang dikatakan Yunho itu benar, maka mereka semua akan ditangkap. Selain karena 'hal besar' itu melainkan juga karena dugaan eksploitasi binatang. Mingi bahkan sudah kehilangan ingatan kapan terakhir para hewan sirkus itu (selain Belka) makan dengan benar dan sesuai porsi liar mereka.

"Aku rasa Mingi," Yunho berucap lagi, "Hongjoong mengetahuinya dan dia masih enggan memberitahu baik diriku maupun dirimu."

"Kenapa? Justru bukankah ini berhubungan langsung denganku?" Tanya Mingi.

"Entahlah.. dia ingin melindungi mu, kah? Atau dia hanya kasihan, atau malah dia memanfaatkan situasi itu untuk rencana lanjutannya." Balas Yunho.

"Rencana lanjutan apa?"

Mingi bertanya dan Yunho menoleh sedikit terkejut, bukan karena Mingi namun karena Yunho sendiri belum pernah mengatakan soal Hongjoong sebagai seorang pemberontak yang kini sepertinya menjadi buron nomor satu di negara asal mereka. Yunho juga belum pernah mengatakan pada Mingi bahwa Hongjoong memiliki pandangan berbeda pada dunia. Soal upayanya menghancurkan pemerintah, dia yang mendeklarasikan anarkisme untuk dirinya sendiri, dan tentu saja, soal dunia tanpa cidera, Utopia.

"Mingi, apakah aku belum pernah mengatakan bahwa Hongjoong seorang anti-pemerintahan?" Tanya Yunho.

"Kurasa? Aku hanya tau dia anti-hierarki, tapi bukankah itu sama? Aku rasa dia hanya seorang pemberontak yang tidak tahu apa yang sedang dia lakukan." Balas Mingi.

Yunho menggelengkan kepala sambil tertawa. "Dia sadar betul apa yang dia lakukan Mingi. Dengan keadaan sadar berdiri, mendongak di depan para petinggi yang mengacungkan pistol padanya. Dia lebih gila daripada yang bisa kamu bayangkan, bukan seseorang yang sebatas memberontak lalu pergi melarikan diri, bersembunyi, tak melakukan apapun agar dia tidak dikejar. Hongjoong, sejauh yang aku tahu, seseorang yang akan memperjuangkan apa yang menurutnya patut diperjuangkan."

"Apa yang dia perjuangkan?"

"Kesetaraan sesama manusia." Balas Yunho. "Dia menentang adanya hierarki, dia membenci perang dan perbudakan.. dan yang paling penting adalah itu tadi, dia seorang anti-pemerintahan."

"Semua orang bukankah membenci perang?"

Yunho mengangguk. "Namun hanya sedikit orang yang mampu dan mau melalukan sesuatu atas itu. Sama seperti halnya ketika setiap orang bisa dengan berani menempatkan dirinya sebagai pahlawan atau korban dalam cerita kehidupannya, namun hanya berapa banyak dari kita yang berani menyebut diri sebagai seorang penjahat dalam kisah kehidupannya?"

"Hongjoong adalah salah satunya, dia bilang padaku bahwa dia tak peduli menjadi seorang penjahat, karena menurutnya, untuk memulai sebuah revolusi, harus ada yang mau menjadi pelaku pertama, yang kemudian akan disalahkan seluruh umat karena perilakunya, entah itu baik maupun buruk."

"Dia mencukupi kriteria tidak waras untuk disebut orang yang gila." Balas Mingi.

Yunho tertawa, tawa lepas yang jika sekiranya saja dia tunjukkan di lingkungan keluarganya, ketika nama Elsworth masihlah suatu penghormatan tertinggi di hidupnya, maka akan Yunho dapatkan gunjingan karenanya. Bukan hal sopan bagi seorang bangsawan tertawa seakan tidak ada beban di atas pundaknya seperti itu.

"Walau begitu, akan aku akui.. apa yang dia pertahankan, yang dia percayai, adalah hal berani yang aku sendiri mungkin tidak akan pernah berani lakukan, jangankan untuk melakukan, memikirkan saja mungkin aku tidak pantas. Bahkan ketika kali pertama berita perang besar itu merebak, aku tak punya kekuatan apapun, lantas ku beritahu diriku sendiri bahwa kau hanya bisa memikirkan dua takdir, mati karena dampak perang atau hidup sedikit lebih lama hingga perang berakhir."

"Bagaimana denganmu? Apakah kau juga mengikuti pendiriannya?" Tanya Mingi kemudian.

Yunho tersenyum, tampak keberatan dengan pertanyaan Mingi barusan.

"Aku tahu, kau tidak akan berbohong untuk hal seperti ini." Ucap Mingi lagi.

"Kau mulai mengenalku tampaknya." Kara Yunho.

"Mudah sekali membacamu seperti membaca sebuah buku klasik dengan banyak tambalan disana sini. Perilaku manusia membuatmu rusak namun menguatkanmu secara bersamaan, walau itu berarti memperburuk rupa dan tampilan hati dan otakmu. Oh, mungkin lebih mudah jika disebut balada saja." Balas Mingi.

"Kalau begitu kau sebuah serenade, Mingi?" Tanya Yunho.

Mingi menggeleng, "Aku lebih suka epigram."

"Aku bisa lihat itu pada dirimu." Ucap Yunho.

"Kau selalu menghindari pertanyaan dengan balik bertanya padaku hal yang sama, apakah itu sebuah kebiasaan untukmu?"

"Itu hanya bentuk pertahanan diri, Mingi."

"Omong kosong! Kau hanya tidak mau berbohong, hanya itu. Kau memegang prinsip hidup dari Ibumu begitu serius.. namun, mau bagaimanapun, akan sangat aneh jika aku mengatakan bahwa berbohong sesekali adalah hal yang biasa." Ucap Mingi, tampaknya dia mulai frustasi dengan sikap Yunho yang akan bisa Mingi katakan jarang sekali itu. Beberapa bangsawan yang pernah Mingi temui sebelumnya adalah para penjilat dan pencari muka, pembohong ulung yang akan terus membuat sebuah kebohongan untuk mengharumkan namanya di mata masyarakat lalu berkhianat setelah dia naik pangkat.

"Ngomong-ngomong, dimana pemuda itu? Dia tak ikut bersamamu tadi?" Tanya Mingi setelahnya.

Yunho menggeleng. "Dia punya hal untuk dilakukan katanya."

"Tidakkah kau khawatir? Aku rasa dia bisa benar benar melakukan hal gila jika tidak diawasi." Kata Mingi.

"Aku sudah mulai terbiasa dengan itu, sungguh." Yunho tertawa. "Lalu kau sendiri? Dengan pakaian seperti itu, bukankah hal aneh jika tidak pergi ke sirkus? Dan aku lihat tidak ada Belka bersamamu."

"Aku akan pergi setelah matahari tenggelam." Balas Mingi.

"Kalau begitu, aku rasa ini waktunya berpisah. Sampai jumpa." Kata Yunho.

Mingi mengangguk, lalu berpisah dengan Yunho di persimpangan jalan.

.
.

Yunho baru saja masuk ke dalam kamar yang dia pesan untuknya dan Hongjoong bermalam semenjak beberapa hari lalu dan dia temukan kawannya itu sedang duduk di depan jendela sambil jemarinya mengetuk ketuk meja kayu di sampingnya. Wajahnya yang diterpa matahari senja membuatnya tampak seperti penyair dari negeri timur yang hendak membuat serenade, namun kenyataannya, pemuda itu adalah elegi-elegi yang ditulis para penyair menggunakan darah di ujung jari mereka.

"Kita harus segera pergi dari London, Yunho." Kata Hongjoong tiba tiba.

"Kenapa?" Tanya Yunho. Dia benar benar hanya bertanya, tidak ada kekecewaan apapun yang tersirat di ucapannya barusan.

"Aku melihat beberapa orang milik Ayahmu di sekitar stasiun beberapa hari lalu." Balas Hongjoong. "Aku rasa mereka mulai melacak keberadaan kita, sebenarnya jika kau tidak berjalan jalan di pasar hari ini, kita bisa tinggal lebih lama."

"Menarik kesimpulan, huh?" Tanya Yunho sambil tertawa kecil. "Bagaimana dengan Mingi? Bukankah kau berjanji membantunya?"

"Sudah aku lakukan, aku akan mengantarkan dia kepada pelakunya tepat waktu sehingga kita bisa pergi. Secepatnya." Jawab Hongjoong. Dia bangun dari duduknya dan menghampiri Yunho yang mengulurkan sepotong roti padanya.

"Apakah Mingi akan baik baik saja?"

"Kau mulai menyukainya?" Tanya Hongjoong baik.

"Dalam artian baik, ya. Dia pemuda yang baik." Balas Yunho.

Hongjoong tersenyum, "Aku juga menyukainya, dan aku menginginkannya. Pengetahuan dan keahliannya soal senjata adalah hal yang menguntungkan kita. Jika dia tidak keberatan, maka dia akan bersama kita."

Yunho menatap Hongjoong. "Entahlah, aku rasa dia punya kehidupan yang ingin dia jalani sendiri, dan menjadi buron tampaknya bukan salah satunya."

Hongjoong tertawa. "Aku rasa kau benar. Namun siapa yang tahu juga, kan?"

.
.

Saat beberapa orang berpakaian rapih menghampiri Mingi, pemuda Barnum itu sedang mengusap usap kepala salah satu singa betina yang tidur lemas di dalam kandang besinya, didampingi Belka yang tidur di kakinya. Ketika para orang itu mendekati Mingi-sedikit terlalu dekat untuk orang asing yang hanya ingin menanyakan sesuatu-Belka bereaksi, dia langsung berdiri dari posisinya, berdiri di depan Mingi, yang membuat para orang itu mundur beberapa langkah. Tampak jelas bahwa serigala Beta itu ingin melindungi Alpha-nya.

Mingi tidak berniat meminta Belka mundur, dia hanya menoleh pada orang orang itu dengan tatapan bertanya. Mereka lalu mengeluarkan sebuah kertas yang disana tertulis bahwa mereka adalah utusan Tuan Besar Elsworth. Mingi terkejut memang, jelas. Namun tindakannya tidak menunjukkannya sejelas itu-kecuali pupil matanya yang membesar karena waspada.

"Apakah Anda melihat dua pemuda asing yang mengunjungi sirkus beberapa hari terakhir?" Tanya salah seorang.

"Banyak pemuda asing yang datang ke sirkus." Balas Mingi.

Mendapatkan jawaban dari Mingi tampaknya belum cukup untuk mereka pergi darisana. Salah seorang mengeluarkan sebuah foto dan Mingi menekuk alisnya. Hongjoong dan Yunho tampaknya benar benar seorang buronan di negara mereka berasal.

"Jika Saya tunjukkan foto ini, apakah Anda tetap tidak bisa mengenalinya mengunjungi sirkus beberapa hari ini?" Tanyanya.

Mingi menggeleng. "Tidak. Lagipula beberapa hari ini saya hanya sebentar mengunjungi sirkus lalu pulang, juga Ibu saya baru saja meninggal jadi saya tidak begitu memperhatikan pengunjung."

"Anda dalam masalah besar jika ketahuan berbohong." Katanya dan Mingi benar benar merasa jika dia terlibat dalam masalah konyol yang bangsawan dan pemuda tanpa nama belakang itu hadapi.

"Tentu." Balas Mingi pada akhirnya.

Mereka lalu segera angkat kaki dari sana setelah Belka mengeram pada mereka. Setelah mereka pergi, barulah Mingi menarik Belka untuk mundur, dia tenangkan hewan itu dengan mengusap usap kepalanya. Mingi lalu menaikkan sudut bibirnya, "Oh, astaga.. kalian dalam masalah, bukan?"

.
.

Tengah malam, ketika sirkus telah dimulai. Mata Mingi menyisir setiap bangku penonton mencari Yunho dan Hongjoong diantara mereka. Setelah dia temukan keduanya, Mingi segera keluar dari belakang panggung dan menghampiri keduanya-walau berarti dia harus menunjukkan dirinya dengan segala keunikan yang dia punya. Tepat setelah dia muncul, para wanita segera menatapnya penuh kekaguman. Tanpa menunggu persetujuan, Mingi segera menarik tangan Hongjoong dan Yunho keluar dari tenda.

"Aku suka bajumu Barnum." Kata Hongjoong.

"Kalian dalam masalah besar." Ucap Mingi. "Mereka, sudah mencari kalian, mereka datang padaku dan bertanya soal kalian, mereka-"

"Apa kau memakai cologne, Mingi?" Hongjoong menyela.

"Kau tak memikirkan serius soal hal ini, kan?"

"Apa kau bicara pada mereka?" Tanya Yunho.

Mingi mengangguk, "Aku katakan pada mereka bahwa aku tidak tahu."

"Oh, kita berada dalam masalah sekarang." Ucap Hongjoong sambil tertawa. "Seharusnya kau berkata jujur bahwa kau mengetahui kami sehingga kamu akan baik baik saja sekarang. Mereka akan kembali kemari karena kebohonganmu itu. Ataukah jangan jangan kau sengaja berbohong agar kau terlibat? Jangan salah paham, aku sangat senang jika memang begitu. Ingin menjadi bagian dari kami, Mingi?"

"Kau benar-benar membuatku kesal sekarang." Kata Mingi.

Hongjoong kemudian mengulurkan sekotak korek api pada Mingi. Melihat itu, jelas Mingi kebingungan. Yunho yang berdiri di belakang Hongjoong hanya bisa menghela nafas, membalikkan badan dan menutup kedua telinganya.

"Bakar sirkus itu." Kata Hongjoong.

"Apa?"

"Bakar sirkus itu, gunakan ini untuk melakukannya." Hongjoong mengulangi.

"Apa kau sudah gila?" Tanya Mingi.

"Aku sudah cukup tidak waras untuk disebut gila, bukan? Lakukan, kau ingin kebebasan, bukan? Lakukanlah maka akan aku bawa dirimu pergi darisana. Kau membutuhkan belas kasihan, bukan? Aku akan memberikan semuanya padamu. Sudah saatnya pergi, Mingi. Ibumu telah mati, Ayahmu telah mati bahkan lebih dulu. Tidaklah aku minta dirimu menjadi pembunuh. Kandang, rantai dan ikat dari para hewan telah rusak dan mereka akan lari sesuai dengan insting mereka. Hanya perlu membayar rasa sakit, ingat?"

"That's bitch ada di dalam sana. Para pemain sirkus, pamanmu.. mereka akan baik baik saja, aku pastikan mereka bisa keluar, telah aku pastikan pula tidak akan ada kematian. Bakar dan kau akan bebas dari belenggu Sirkus Mimpi yang kau sangat cintai dan benci itu. Aku hanya memberi rekomendasi, jika kau masih menginginkan harta dari sirkus itu, maka jangan lakukan, jikalau dirimu tak pernah ingin menjadi seorang buronan, maka jangan lakukan."

Hongjoong mendekati Mingi, menarik tengkuknya agar sedikit menunduk lalu berbisik di telinganya.

"Pernahkah aku bilang padamu bahwa kau mirip bunga aster, Mingi? Hidupmu yang penuh dengan upaya dan harapan sederhana yang sulit engkau gapai. Kau ingin tempat untuk bernaung, bukan? Maka kemarilah, akan aku berikan padamu."

"Aster, akan aku berikan segalanya untukmu, namun aku memohon satu hal padamu.. jangan menangis, kumohon.. apapun selain menangis. Aku akan membantumu menulis ulang cerita itu, jadi jangan menangis lagi."

.
.

Yunho dan Hongjoong kini berada sekali lagi di atas kapal yang meninggalkan tanah Britania Raya. Yunho menatap ke arah Hongjoong yang wajahnya ditimpa sinar bulan lembut. Penampakannya itu menyerasikan sosoknya yang bagai sebuah elegi, tidak seperti sore tadi ketika dia ditimpa cahaya senja dan menjadikannya seperti wujud serenade dalam gambaran manusia.

"Kau marah padaku?" Tanya Hongjoong tiba tiba.

"Tetap tidak ada yang bisa aku lakukan jikapun marah padamu. Kau mengetahuinya karena itu kau melakukan itu." Balas Yunho.

"Aku hanya memberinya pilihan." Kata Hongjoong.

"Pilihan yang telah kau ketahui jawabannya." Lanjut Yunho sambil menatap ke arah pelabuhan, dan dari arah dimana Sirkus Mimpi berada, muncul kepulan asap hitam yang mengotori langit malam.

"Apakah kau tidak akan mengatakan pada Mingi siapa pelacur di dalam surat itu? Juga yang sebenarnya terjadi di dalam Sirkus Mimpi?" Tanya Yunho.

"Akan aku beritahu jika dia ingin mengetahuinya tentu saja. Jika tidak, maka aku tidak akan katakan padanya." Balas Hongjoong.

"Tidak pernah barang sedetik pun dari awal aku ingin mengetahuinya." Sebuah suara berat terdengar dari belakang mereka. Keduanya menoleh dan menemukan sosok Mingi Barnum berdiri di belakang mereka bersama serigala kesayangannya. Walau hanya dengan terpaan cahaya bulan yang remang remang, mereka bisa lihat warna rambut cerah yang pemuda itu miliki, begitupula warna cantik matanya.

"Telah memutuskan yang terbaik?" Tanya Yunho.

Mingi mengangguk. Sambil menunjukkan patung rusa kecil dari Snow Globe yang dipecahkan Yunho kala itu. "Bukankah kau mengharapkan hal sama, Yunho?"

Hongjoong tersenyum lalu mengulurkan tangannya. "Suatu kehormatan menerimamu sebagai kawanku."

"Apa yang akan kau tunjukkan padaku, Hongjoong?" Tanya Mingi.

"Utopia. Tempat untukku, untukmu, dan orang orang seperti kita bernaung nantinya. Di dunia yang cidera ini, memiliki satu sama lain adalah hal yang paling penting, Aster."


















#########

Halo, Hola!

Apa kabar nih, kalian?
Semoga kalian semua baik baik aja minggu ini.
Selamat telah melewati minggu kemarin, dan
Semangat buat menjalani minggu depan!
Semoga kita selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Aamin.

Jaga kesehatan jangan sampai sakit!
Jangan lupa bahagia <3


Makasih udah baca!

Luv kalian semua ❣️❣️❣️


Continue Reading

You'll Also Like

245K 36.7K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
[I] OUT✓ By 15

Fanfiction

61.4K 13.6K 31
❝Ayo kita keluar dari Busan bersama-sama.❞ (Virus universe's)
500K 37.2K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
85.6K 8.1K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...