MENCURI PERAN (Terbit)

By sindipitaloka

3.4M 480K 31.5K

Transmigrasi Setiap langkah yang Raquel pijak pada lantai koridor sekolah selalu membuatnya menjadi pusat... More

Raquel Katie Caesar
Gaia Alexandra Miller
Transmigrasi
Berbeda
Prince of School
Drama
Bertemu
Cerita dalam cerita
Terbongkar
Langkah awal
Curiga
Gabriel
Topeng
Mencari sekutu
Mengambil miliknya
Reaksi
Terancam
Cast
Kesempatan
Pengakuan
Mendengar
Pembicaraan
Chiko
Seleksi
Hasil
Mengakhiri pertunangan
Mimpi
Siapa pemenangnya?
Olimpiade
Bertukar posisi
Ketakutan dan Penyesalan
Kesenangan
Keributan
Berita
Tercapai
Mimpi buruk
Kenalan lagi
Berulah
Kecelakaan
Kejadian
Penculikan
Vote cover| Q & A
PO mulai tanggal 14 Februari - 7 Maret
Update lagi
Menyelamatkan Gaia

Sisi lain

22.9K 2.6K 120
By sindipitaloka

Happy reading ♡
.
.
.

   Gaia membuka pintu rooftop dan pandangannya langsung tertuju pada Ace yang duduk di lantai rooftop. Dia menyempitkan sebatang rokok di bibirnya lalu menyalakan korek api, membakar rokok itu lalu menyesapnya. Dan Ace langsung terbatuk setelahnya.

Gaia menghela napas berjalan menghampiri Ace lalu mengambil paksa rokok dari mulut Ace membuat empunya terkejut.

"Lo bukan perokok." Ujar Gaia. Ace mendongak dengan tatapan kosong

"Gak enak, rasanya pahit." Keluhnya

"Yaudah gausah dilanjut." Balas Gaia

"Seenggaknya itu bisa mengalihkan sejenak pikiran gue." Jawab Ace lemah

Sekali lagi Gaia menghela napas. Dia ikut duduk di samping Ace.
"Ternyata lo ngenes juga ya!" Ace menatapnya bingung

"Bunda sakit?" Tanya Gaia lagi.

Ace mengangguk
"Gara-gara gue."

Gaia mengernyit penasaran.
"Bunda lo apain?"

"Gue marah ke bunda." Balas Ace mengingat kejadian tadi malam

Flashback

Ace memasuki kamar Nevada dan menaruh nampan yang berisi segelas air dan obat untuk sang bunda.

"Bun minum dulu obatnya." Ujarnya pada Nevada

Terlihat Nevada menatap kosong sebuah foto Ace dengan Gaia sewaktu kecil, sekitar umur 7 tahunan. Terlihat mereka saling merangkul dan tertawa bersama.

"Anak perempuan bunda mana?" Tanya Nevada menatap Ace penuh harap. Ace menatap sekilas foto itu.

"Gaia dirumahnya Bun, besok Ace ajak kesini kalau bunda mau." Balas Ace tenang

Nevada menggeleng
"Bukan Gaia, tapi Airumi. Dia dimana, kenapa belum pulang?" Ujar Nevada dengan raut wajah khawatir.

Deg!

Ace terdiam kala ibunya menyebutkan nama Airumi, saudari kembarnya yang meninggal sejak lama. Nevada berulah lagi. Sungguh Ace benci pembahasan ini, karena setelahnya pasti hubungannya dengan sang bunda akan semakin buruk.

"Kenapa kamu tidak menjaganya dengan baik? Dia pergi lagi dari bunda." Ucap Nevada sedih sambil menatap foto Gaia

"Bunda harusnya memperlakukannya dengan baik agar dia tidak pergi. Seandainya kamu tidak batal tunangan pasti dia masih disini." Lanjut Nevada sendu

Ace perlahan menghampiri Nevada
"Bunda.."

Prang!

Nevada langsung melempar foto dalam bentuk pigura itu saat Ace hendak mendekat. Pecahan kaca dari pigura mengenai kaki Ace hingga berdarah.
"GARA-GARA KAMU!"

"DIA PERGI KARENA KAMU!"

Ace hanya menunduk saat bundanya berteriak. Hal ini sudah biasa terjadi, dan yang bisa Ace lakukan hanya diam sambil menunggu bundanya tenang.

"Udah bunda bilang jaga Gaia baik-baik. TAPI KAMU MALAH BUAT DIA NANGIS!"

"DASAR TIDAK BECUS!"

"BUNDA SADAR!" Ace berteriak untuk pertama kalinya dihadapan Nevada.

"ANAK PEREMPUAN BUNDA UDAH MENINGGAL , berhenti nganggap Gaia sebagai Airumi! Aku yang anak bunda bukan Gaia!" ujar Ace lemah diakhir kalimatnya. Matanya bahkan berkaca-kaca

Nevada menatap Ace tak percaya.
"Tidak TIDAK!! AAAA!" Nevada menjerit sambil menutup telinganya

"Apa yang terjadi?"
Ayah Ace masuk kekamar Nevada dengan nafas tak beraturan, terbukti dia berlari saat dalam perjalanannya setelah mendengar teriakkan istrinya.

Dia langsung memeluk erat Nevada yang mulai lepas kendali melempar segala barang terdekatnya pada Ace. Sedangkan Ace hanya diam tanpa menghindarinya. Beberapa saat kemudian Nevada pingsan, David langsung menggendongnya lalu menidurkannya di kasur.

David berjalan menghampiri Ace dan menamparnya.

Plak!

"Kamu harusnya tahu bunda kamu sensitif dengan pembahasan itu. Jangan egois Ace!"

"Sampai kapan aku harus diam?" Ujar Ace lemah

David menghela nafas lelah. Dia juga merasa kasian dengan putra sematawayangnya namun situasinya tidak tepat. Ace langsung pergi meninggalkan mereka tanpa sepatah kata pun.

Flashback end

Ace menceritakannya semuanya pada Gaia dan Gaia mendengarkan dengan seksama.
"Sampai kini bunda masih belum siuman."

"Nggak ada salahnya lo ngadu. Kalau lo tetep diam, bunda akan terus terjebak dalam bayang-bayang masa lalu dan lo akan terus tertekan. Lama-lama lo juga bisa mati." Ujar Gaia tanpa dosa.

Ace menatap Gaia terenyuh.
"Kadang gue merasa lo masih punya gue."

Gaia memutar bola mata malas
"Halu!"

"Ternyata kita bisa ya bicara normal tanpa ada perdebatan. Andai kita masih tunangan, pasti gue akan lebih tenang." Jawabnya menatap Gaia mendamba

"Kalau lo masih bahas itu, gue jatuhin lo dari atap sini sekarang." Gaia mengancam.

Bukanya marah, Ace malah tertekeh pelan. Perlahan dia memejamkan mata dan menyenderkan kepalanya pada pundak Gaia, tentu saja Gaia langsung berdiri menghindar sehingga kepala Ace menatap lantai.

"Mon maap gue udah pacar orang, gausah deket-deket." Ujar Gaia menatap Ace yang terbaring di lantai. Aneh, dia sama sekali tak bergerak membuat Gaia curiga.

"Woi Ace!" Seru Gaia tapi Ace masih tak bergerak. Oke Gaia panik sekarang, dia berjongkok dan menggoyangkan badan Ace untuk membangunkan.

"Hei bangun! Jangan pingsan disini, nanti orang ngiranya gue ngapa-ngapain Lo!" Ace masih tak bergeming

"Lo beneran pingsan?" Gaia menoleh pipi Ace untuk memastikan. Dan akhirnya Gaia menghela nafas karena tidak ada perubahan apapun dari Ace.

Gaia mengeluarkan ponselnya, menghubungi seseorang untuk meminta bantuan. Tidaklah mungkin dia mengangkat tubuh Ace sendiri.

Beberapa menit kemudian Gabriel datang menghampiri Gaia yang duduk lesehan di samping Ace. Melihat itu saja sudah membuatnya kesal.

Gabriel menarik Gaia berdiri dengan lembut.
"Jangan deket-deket dia!" Ujarnya kesal. Gaia memutar bola mata

"Bantuin gue angkat dia." Gaia menunjuk Ace yang masih pingsan. Gabriel menatapnya ogah-ogahan

"Nyusahin lo! Jorokin aja ya?" Ujar Gabriel seketika mendapat pelototan dari Gaia

"Otak lo kadang-kadang butuh difilter deh Riel." Balas Gaia tak habis pikir. Akhirnya Gabriel dengan terpaksa memapah Ace setelah mendapat tatapan tajam dari Gaia.

Gaia meninggalkan rooftop lebih dahulu. Tak sengaja dia berpapasan dengan Anna yang berjalan berlawanan arah dengannya. Gaia berniat mengabaikannya tapi ucapan Anna membuatnya berhenti.

"Dimana kakak gue, kak Gabriel?" Ucap Anna songong. Gaia memutar bola mata malas hendak melanjutkan langkahnya

"Dasar serakah, lo udah cuci otak kak Venus, lo juga buat keluarga lo dan Ace benci sama gue. Sekarang balikin kak Gabriel gue!" Ujar Anna menggebu-gebu

Gaia berbalik menatap Anna jijik.
"Idih, Gabriel aja najis sama lo! Banyaknya kaca ternyata gak cukup buat lo introspeksi diri. Mau gue sumbang harga diri?" Balas Gaia remeh. Anna mengepalkan tangannya

"Lihat aja Gaia, gue akan buat lo mati apapun caranya. Gue akan jadi orang paling bahagia setelah kematian lo hahaha!" Ujar Anna tertawa puas.

"Iya kalau lo masih hidup sampai saat itu." Ujar Gaia datar lalu meneruskan perjalanannya yang tertunda meninggalkan Anna yang sudah mencak-mencak ditempatnya, karena tujuannya membuat Gaia emosi telah gagal.

"Arhh kenapa sekarang dia susah untuk dipancing sih?!" Kesal Anna menatap Gaia sengit.

_✿_

"Dia mengkonsumsi obat penenang dok?" Ujar Gaia terkejut menatap Ace yang terbaring menutup mata. Dokter itu mengangguk

"Pasien meminum obat penenang dalam jumlah banyak, kemungkinan pasien tidak mengetahui dosis dan jenisnya. Diazepam seharusnya diberikan berdasarkan resep dokter. Obat ini bisa menyebabkan kecanduan dan efek samping serius jika tidak digunakan dengan benar." Jelas dokter beberapa saat setelah memeriksa Ace.

Setelah dokter itu pergi, kini hanya Gaia dan Ace di dalam ruangan itu sedangkan Gabriel menunggunya diluar. Gaia menghembuskan nafas menunggu Ace yang tak kunjung sadar. Tidak mungkin dia tetap disini, Gaia juga memikirkan perasaan Gabriel yang selalu cemburuan jika dia didekat Ace.

Pada akhirnya Gaia memutuskan untuk menghubungi salah satu kakaknya yang merupakan teman seperjuangan Ace.

"Halo! Kenapa dek?"
Ujar Zayn dari balik telepon.

"Ke rumah sakit sekarang!" Ujar Gaia cuek

"Ga, lo sakit? Lo gapapa kan?"
Sahut Gio dari seberang sana. Sepertinya mereka sedang bersama.

"Ace pingsan."
Gaia langsung mematikan sambungan telepon setelah mengucapkan kata terakhirnya. Tidak lupa dia mengirim lokasinya di kolom chat nya dengan Zayn.

Gaia kemudian keluar ruangan dan menemukan Gabriel yang sedang bertelepon dengan seseorang, terlihat wajahnya yang begitu serius membuat Gaia heran. Gabriel menutup teleponnya dan baru menyadari keberadaan Gaia.

"Ada masalah?" Tanya Gaia.

"Hanya masalah kecil. Udah urusannya?" Ujar Gabriel menengok sekilas ruangan dimana Ace rawat.

Gaia mengangguk
"Udah."

Gabriel tersenyum tipis lalu mengacak rambut Gaia.
"Ayok!" Gabriel menggenggam tangan Gaia mengajaknya pergi.

Mereka berjalan menuju parkiran dimana mobil Gabriel terparkir disana. Dan selama perjalanan itu Gabriel hanya menatap lurus dengan wajah datar tanpa perbincangan membuat Gaia merasa aneh.

"Gue bisa pulang sendiri kalau lo ada urusan." Ujar Gaia. Karena tadi mereka menaiki mobil Gabriel untuk ke rumah sakit, jadi mobil Gaia masih terparkir di sekolah.

Gabriel menunduk menatap Gaia yang lebih pendek darinya. Dia mengacak kembali rambut Gaia.
"Enggak, gue yang bawa lo jadi gue yang bertanggung jawab antar lo balik ke sekolah dengan selamat."

Gaia tersenyum tipis. Dia pikir Gabriel tadi marah padanya ternyata bukan itu penyebabnya.

Setelah mengantar Gaia kembali ke sekolah, Gabriel bergegas menuju sebuah tempat rahasia dimana sisi lainnya ditunjukkan. Diam-diam dia menarik sudut bibirnya.

_✿_

Derap langkah kaki Gabriel menggema di sebuah ruangan minim cahaya. Mata tajamnya membidik pada dua orang lelaki dewasa yang diikat menggantung secara terpisah, mulutnya disumpal kain, dan matanya ditutup kain hitam, juga terdapat banyak darah kering pada kaos putih mereka, menandakan luka itu sudah cukup lama mereka dapatkan.

Gabriel menghampiri dua anak buahnya yang masing-masing membawa cambuk besi dan belati. Dia memberi isyarat pada salah satu anak buahnya untuk membuka penutup mata dan melepas penyumpal mulut mereka.

"LEPASKAN SAYA!" Teriak salah satu dari mereka seketika

"Bocah tengik! Apa salah kami sampai kalian menahan kami disini?!" Ucap yang satunya lagi menatap Gabriel murka.

"Bodoh!"

Gabriel tersenyum smirk dengan pertanyaan itu. Sudah satu Minggu mereka ditahan tanpa mereka tahu alasannya. Gabriel mengambil alih cambuk besi dari tangan anak buahnya, lalu mencambuk keras mereka tanpa ampun hingga darah segar keluar lagi dari balik kaos putihnya.

"Arhh! Ampun!"

"Berhenti arhh!"

Gabriel tertawa keras mendengar jeritan mereka yang terdengar seperti lantunan musik merdu.

"Sayang sekali. Padahal gue udah berniat bebasin kalian dan menyerahkan kalian ke polisi, tapi karena mood gue lagi buruk, gue jadi pengen bunuh kalian." Ucapan sadis Gabriel sontak membuat keduanya hampir menangis memohon dengan putus asa.

"Lagian sampah masyarakat seperti kalian memang harus disingkirkan. Kalian yang hanya pegawai biasa, berani-beraninya mencemari hotel gue. Mencuri 5.000 USD dari tamu hotel dan memasang camera tersembunyi di beberapa kamar. Hukuman mati saja terlalu ringan untuk kalian."

Mereka cukup terkejut mengetahui bahwa remaja yang saat ini menyiksanya adalah pemilik hotel tempat mereka bekerja.

Gabriel tiba-tiba mengeluarkan pistol dari saku celananya lalu menembakannya pada kedua telapak tangan mereka secara bergantian.
"Tangan tidak berguna!" Desisnya

"Arhh!"

Keduanya menjerit, bahkan anak buah Gabriel yang sedari tadi diam tampak sedikit terkejut dengan tindakan tiba-tiba dari bosnya.

Seorang pelayan wanita datang keruangan gelap ini sambil membawa nampan berisi gelas dan air putih didalamnya, juga disebelahnya ada sebuah botol kaca kecil bertuliskan 'cyanide poison'. Sontak dua tahanan itu pucat pasi. Gabriel tersenyum smirk. Dengan perlahan dia menuangkan racun sianida itu kedalam gelas air.

"Gue punya tawaran menarik buat kalian. Mati dengan tenang atau hidup dalam kematian." Ujar Gabriel menyeringai membuat mereka lemas seketika. Rasanya ingin menyerah saja dengan bocah remaja didepannya.

Gabriel memberi isyarat kepada kedua anak buahnya untuk melepaskan ikatan tangan yang menggantung mereka dan segera dilakukannya.

"Minumlah jika kalian merasa haus." Ucap Gabriel perhatian. Setelahnya Gabriel keluar dari ruangan gelap itu dengan tersenyum puas.

Gabriel berjalan masuk keruang pusat kebugaran miliknya. Ada beberapa lelaki dewasa disini, dan semuanya adalah orang-orang Gabriel. Gabriel membuka seragam sekolahnya, menyisakan kaos oblong putihnya. Dia mulai memakai sarung tinju kemudian memukul samsak gantung didepannya berkali-kali.

Dering telepon Gabriel memecah fokusnya . Dia mengambil ponselnya, menatap nama kontak yang menelponnya, 'mi amor❤️'. Lantas Gabriel tersenyum lebar dan langsung mengangkatnya. Dia hendak mengucap kata namun..

"Ngaku lo marah kan sama gue gara-gara tadi?!

Suara lantang dari Gaia membuat Gabriel mengurungkan niatnya. Diam-diam Gabriel menahan senyumnya. Mengerjai pacarnya sekali-kali tidak ada salahnya bukan.

"Kok diem?"
"Riel?"
"Gue bunuh lo sekarang! Dimana Lo?!"

"Gue kirim lokasinya!" Akhirnya Gabriel mau berbicara. Gaia langsung mematikan sambungan teleponnya setelah Gabriel selesai bicara. Gabriel tertawa memikirkan betapa menggemaskannya pacarnya yang sudah uring-uringan karenanya. Dia kembali melanjutkan kegiatannya meninju samsak sembari menunggu Gaia datang.

Setelah beberapa menit berlalu, datang salah satu bawahannya membisikkan sesuatu.
"Salah satu dari mereka meminum racunnya bos, dan satunya pingsan karena syok melihat temannya keracunan. Dan juga ada seorang gadis remaja mencari Anda, bos." Bisiknya membuat Gabriel menarik sudut bibirnya.

"Biarkan dia masuk. Arahkan dia kesini dengan hormat dan ingat jangan sampai  lecet sedikitpun." Perintah dan peringatan dari Gabriel membuat anak buahnya terkejut dan menelan ludah. Dalam benaknya berfikir 'sejak kapan bosnya mengenal wanita?'

Dengan segera dia melakukan tugasnya. Beberapa saat kemudian Gaia datang dengan wajah datarnya, menelusuri sekitar mencari sosok Gabriel diantara banyaknya laki-laki. Sebuah tangan kekar tiba-tiba melingkar di pundaknya membuat Gaia tersentak.
"Welcome, mi amor." Bisik Gabriel serak

Gaia langsung menyikut perut Gabriel keras hingga empunya mengaduh dan mundur.

"Annoying!" Ujar Gaia kesal.

"Kejam!" Sementara Gabriel terkekeh sembari mengelus perutnya yang sedikit nyeri karena pukulan Gaia.

Gabriel kembali mendekati Gaia lalu memeluknya, Gaia tak membalas pelukan Gabriel maupun melepasnya.
"Gue nggak marah tapi cemburu, udah dijawab kan pertanyaannya tadi?" Ucap Gabriel halus membuat Gaia sedikit tenang.

"I know."

"Terus kenapa tadi panik?" Gabriel mengejek. Gaia mendengus sebal

"Huh gue merasa diikuti seseorang dari tadi." Ujar Gaia serius.

"Siapa?" Gabriel mengernyit tajam

"Mana gue tau."

"Akan gue cari tau. Lo aman sama gue." Ujar Gabriel membuat Gaia tersenyum miring.

Gaia menatap ponselnya melihat pesan masuk dari mamahnya.
"Gue harus pergi." Ujarnya kemudian pada Gabriel

"Kemana?"

"Ke rumah Ace." Seketika mendapat tatapan protes dari Gabriel

"Kok gitu?" Protesnya

"Perintah mamah. Gausah cemburu, Ace gak lebih keren dari lo." Ujar Gaia membuat Gabriel menarik sudut bibirnya

"Kalau ada yang lebih keren dari gue, lo mau sama dia?" Tanya Gabriel menyelidik

"Maybe" Balas Gaia santai sembari berbalik badan menunggu reaksi Gabriel.

"Gaiaa!"
Gaia menahan tawanya mendengar rengekan Gabriel. Gaia meneruskan jalannya tanpa berbalik.

Semua interaksi Gaia dan Gabriel tak luput dari perhatian para anak buah Gabriel. Mereka sampai menatap cengo melihat bosnya untuk pertama kalinya sedekat itu dengan cewek seusianya. Padahal biasanya hanya disentuh cewek sedikit saja sudah marah-marah.

___________________________________

Hari ini up 2 chapter jadi jangan lupa untuk vote dan komen sebanyak-banyaknya

Makasii🥰

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 129K 48
Di novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketena...
2.4M 172K 49
Ketika Athena meregang nyawa. Tuhan sedang berbaik hati dengan memberi kesempatan kedua untuk memperbaiki masa lalunya. Athena bertekad akan memperb...
251K 10.1K 32
Nakala Sunyi Semesta Setelah tragedi di rel kereta api malam itu Kala di buat heran dengan hal aneh yang terjadi pada nya, kala pikir malam itu dia m...
2.6M 141K 73
❝Diam menjadi misterius, bergerak menjadi serius.❞ -Liona Hazel Elnara Genre: 1. Drama Psikologis 2. Thriller / Suspense 3. Action 4. Romance 5. Crim...