Extra Love Story

Af Roaila_

2M 187K 4.4K

Transmigrasi series ~ 2 •••••• Zea Andara Alexander, putri bungsu keluarga Alexander yang tidak pernah di ang... Mere

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
49⚠
50
51
52
53
54
55 [ FLASHBACK ]

48

18K 2K 157
Af Roaila_

Masih ada yang nungguin nih cerita up gak ya??🤔

••••

Mora berjalan sendirian di trotoar, niatnya ingin pergi ke supermarket dengan jalan kaki karena jarak yang lumayan dekat dari rumahnya.

Sambil bersenandung pelan, Mora melangkah dengan riang.

"Eh, eh. Ini kenapa sih?" kata Mora saat merasakan seseorang memeluknya.

Laki-laki itu tidak menjawab, dia malah mempererat pelukannya.

"Orang gila lo ya? Meluk orang sembarangan! Lo gak tahu apa kalau gue udah punya tunangan?!" kata Mora sambil melepaskan pelukannya.

Laki-laki dengan pakaian rumah sakit itu menatap sendu pada Mora, "lo gak ingat sama gue?"

Kening Mora mengerut, kenapa setiap orang yang bertemu dengannya, kata pertama mereka 'lo gak ingat sama gue?' emang mereka sepenting apa sampai dirinya harus mengingat mereka.

"Siapa ya?"

"Gue Vero, teman masa kecil lo."

Mora mengerutkan keningnya, "Vero? Gue gak ingat kalau gue pernah punya teman masa kecil yang namanya Vero. Teman pas apa? Dari bayi? Jaman tk? Jaman sd? Terus kenapa lo pakai baju rumah sakit?"

"Jaman tk, lo ingat laki-laki kecil yang selalu ngikutin lo? Itu gue. Dan kenapa gue pakai baju rumah sakit, karena gue emang penghuni rumah sakit sejak beberapa bulan yang lalu. Dan gue baru sadar seminggu yang lalu."

Laki-laki kecil yang selalu mengikutinya? Jaman tk? Ya mana Mora tahu. Yang mengalami itu semua kan bukan dirinya, tapi si curut Mora yang asli.

"Gue gak tahu, sorry. Tapi kayaknya lo perlu tahu deh. Gue gak ingat semua tentang masalalu gue karena hilang ingatan, jadi sorry kalau gue ngelupain lo gitu aja."

Yah, Vero sudah tidak terkejut lagi dengan kabar jika Mora hilang ingatan. Dia sudah tahu dari Guntur dan yang lainnya. Bahkan sekarang Vero bisa berdiri dihadapan Mora juga atas persetujuan dari Alexo.

Sebelum Vero menemui Mora, dia terlebih dahulu bertemu dengan Alexo. Karena bagaimana pun juga, Vero menghormati Alexo sebagai tunangan Mora.

"Gue tahu kalau lo hilang ingatan, maka dari itu gue ada disini. Gue gak mau lo lupain gue gitu aja, meski kita juga gak terlalu punya banyak kenangan karena sikap posesif Alexo selama ini dan overnya Nanta kalau ada yang deketin lo. Seenggaknya lo tahu bahwa gue pernah ada di kehidupan lo meski hanya sekilas."

Mora hanya diam saja karena dia bingung harus menjawab apa, dari pada salah kata mending dia diam saja. Tapi tenang saja, kupingnya menjalankan tugasnya kok, mendengarkan apa yang dibicarakan laki-laki di hadapannya ini.

"Oh iya, bulan depan gue bakal pindah ke jepang. Dan besar kemungkinan kalau gue akan menetap disana selamanya. Makanya hari ini gue maksa buat ketemu sama lo, biar lo tahu kalau gue pernah ada di masa kecil lo."

"Gue emang gak ingat siapa lo di hidup gue yang dulu, tapi lo tenang aja. Gue gak akan lupain lo kok. Bukan sebagai teman masa kecil, tapi teman masa sekarang. Karena gue gak tahu gimana masa kecil kalian."

"Ngomong-ngomong lo kan pindahnya bulan depan, ngapain maksain ketemu gue sekarang? Padahal masih lumayan lama."

Vero menggaruk pelipisnya, "itu, soalnya besok gue harus pergi ke Kalimantan dulu buat ketemu keluarga gue. Dan takutnya kita gak sempat buat ketemu lagi."

Mora menganggukkan kepalanya, iya sih mumpung ada kesempatan. Takutnya nanti malah gak ada waktu buat ketemu satu sama lain.

"Oh iya, congrats ya lo udah tunangan sama Alexo. Gue masih gak percaya kalau omongan Alexo kecil jadi kenyataan. Gue kira itu cuman sebatas ucapan bocah."

"Emang dulu Alexo ngomong apa?" tanya Mora penasaran.

Vero tertawa kecil saat mengingat jika Mora melupakan semuanya. "Dulu Alexo pernah bilang sama gue untuk gak deketin lo, karena lo cuman milik Alexo seorang. Bahkan gue masih ingat saat dia bilang sama gue kalau lo itu calon masa depannya, dan dia bilang yang boleh deket sama lo cuman dia dan keluarga lo. Udah gak aneh sih, sifat Alexo yang posesif emang udah dia tunjukin waktu dari bocah."

"Masa Alexo bilang gitu? Gak mungkin lah, yakali."

"Serius gue gak bohong, ancaman dia gak pernah main-main. Dia pernah ancam gue buat gak deketin lo, atau gue bakal di jauhin sama satu sekolah. Lo tahu sendiri kan koneksi anak itu, masih kecil aja udah jadi ancaman bisnis."

Mora terkekeh samar, soalnya dia gak tahu. Tapi kalau menurut pengamatannya, wajar saja jika Alexo memang ancaman bisnis. Karena Samuel pernah menceritakan itu pada Mora, awalnya Mora tidak percaya tapi saat melihat langsung bagaimana Alexo memimpin rapat direksi. Mora jadi tidak berani main-main sama Alexo, koneksinya terlalu kuat.

Samuel pernah merasakan di posisi rapat yang di pimpin oleh calon menantunya itu, dan Samuel akui jika Alexo mempunyai jiwa bisnis yang kental. Bahkan saat itu Samuel mengatakan jika Alexo membangun perusahaannya sendiri, dia bahkan lebih dari mampu untuk menyaingi perusahaan keluarga mereka.

"Ra, gue kayaknya harus balik sekarang deh."

"Kenapa? Karena udah larut malam? Laki kok takut malam, cemen."

Vero mengacak rambut Mora, "bukan. Tapi gue merinding dilihatin setajam itu sama tunangan lo. Gue duluannya."

Vero meninggalkan Mora yang masih belum mengerti apa maksud Vero. Alexo berada disini? Di sebelah mana? Kenapa Mora tidak tahu.

Tapi melihat tatapan Vero tertuju kebelakang tubuhnya sebelum pergi, Mora yakin jika Alexo ada di belakangnya.

Mora membalikan badannya dan memang ada laki-laki tampan di hadapannya. Dengan riang Mora berjalan menuju Alexo yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Kok gak kasih tahu aku kalau kamu ada disini, tahu gitu tadi aku minta temenin buat jajan." kata Mora setelah berhasil masuk kedalam dekapan hangat Alexo.

Aleox terkekeh, mengusap rambut Mora dengan lembut. "Aku udah dari tadi disini. Bahkan ngikutin kamu dari gerbang rumah."

Mora mengerutkan keningnya, "kok aku gak ngerasain ada yang ikutin ya?" tanya Mora sambil mendongak menatap Alexo dari bawah.

Alexo menunduk, tangannya menyentil dahi Mora pelan. "Makanya aku heran sama kamu, aku kira Nanta bohong soal kamu yang gak sadar kalau diikutin. Ternyata kamu emang gak sepeka itu. Ini yang bikin aku takut kalau kamu keluar sendirian, kamu gak bisa waspada."

"Kapan kak Nanta cerita?"

"Dulu, sehari setelah Nanta ikutin kamu."

"Mungkin karena aku terlalu asik, jadi gak tahu hal sekitar deh." cengir Mora.

"Iya, dan itu yang bikin aku cemas kalau kamu keluar sendirian. Lain kali kalau mau kemana-mana kamu harus ajak aku atau Nanta, biar ada yang jagain."

Mora cemberut, "tapi kan kalau kamu atau kak Nanta sibuk masa aku gak jadi keluar sih."

Alexo merapihkan rambut Mora yang terbang terbawa angin, "kan ada bodyguard sayang. Bahkan bodyguard yang jaga kamu itu dari dua orang yang berbeda loh. Coba kamu bayangin kalau selama ini gak ada yang jagain kamu dari jauh, entah apa yang akan terjadi sama kamu."

"Dua orang yang berbeda? Siapa aja."

"Aku sama daddy, gak mungkin daddy biarin anaknya ini kemana-mana sendirian. Pasti ada penjagaannya meski kamu gak tahu."

"Jadi selama ini daddy tahu dong aku lakuin apapun?"

Alexo mengangguk, "gak cuman daddy aja, aku juga tahu apa kegiatan kamu selama gak sama aku."

Mata Mora memicing, "kamu stalker? Ih penguntit."

Alexo tertawa mendengar ucapan Mora, "gak papa yang. Orang yang stalkernya kan ganteng, jadi gak rugi juga."

"Jadi kalau yang lain stalker aku, gak masalah kan? Yang penting ganteng?" goda Mora.

Alexo mendatarkan wajahnya, kepalanya dia dekatkan dengan kepala Mora. Bahkan bibir mereka hanya berjarak beberapa senti. "Kalau orang lain yang stalker kamu, jangan salahin aku kalau besoknya udah gak bisa lihat matahari terbit."

Mora memukul dada Alexo, "ih serem. Kamu phsyco ya?"

Alexo tersenyum simpul, tanpa menjauhkan wajahnya dari wajah Mora. "Aku bahkan bisa jadi lebih kejam dari phsyco kalau ada yang coba-coba sakitin kamu."

°°°°

"Al, kamu mau dimasakin apa malam ini?" tanya Mora saat mereka sudah sampai di supermarket.

"Apa aja, apapun yang kamu masak pasti aku makan."

"Sekalipun itu batu?"

Alexo menoleh ke samping, "boleh aja. Asal kamu makan duluan."

Mora cemberut, "enak aja. Yakali aku makan batu, yang ada gigiku rontok."

Alexo terkekeh geli, "kalau gitu jangan masak batu."

Alexo menarik pintu supermarket dan mempersilahkan Mora untuk masuk terlebih dahulu.

"Duh, cocit banget sih cowok aku ini." kata Mora sambil mencubit pelan dagu Alexo.

Alexo terkekeh pelan, dia mengikuti Mora yang berjalan di depannya. Alexo langsung merebut troli saat melihat Mora akan mendorong troli itu.

"Kamu cukup pilih aja, biar aku yang dorong."

"Kenapa gitu?"

Alexo meraih tangan Mora, "aku gak mau tangan kamu yang selama ini dijaga oleh daddy dengan baik justru rusak di tangan aku."

"Apaan sih, gak nyambung banget."

Alexo tersenyum, "gak perlu ngerti. Cukup tahu aja."

____

Maaf ya lama gak up,, sebenarnya part ini udah ditulis dari lama. Meski diselesaiinnya hari ini. Cuman emang belum niat untuk di up aja😁

Part selanjutnya udah selesai di tulis yaa,, kalian tinggal nunggu gw up aja.
Ada yang mau gw double up? Komen sebanyak mungkin.. Lebih dari 100 gw up

Fortsæt med at læse

You'll Also Like

8M 995K 63
[FOLLOW AUTHOR SEBELUM BACA, BUAT TANDA PARKIR] Seorang Villain yang jahat dan suka menindas tiba-tiba menjadi seorang yang polos,cengeng dan childis...
4.8M 528K 54
Dia Cessie Bernadet, gadis yang entah mengapa membenci tokoh protagonis di semua novel. Dia si pembela garis keras tokoh antagonis. Namun bagaimana...
KYRA [END] Af Roaila

Teenage Fiktion

496K 27.8K 46
Transmigrasi series ~ 1 •••••• Kyra tidak menyangka jika tunangannya mengkhianati dirinya. Padahal Kyra tidak pernah berbuat hal yang merugikan tunan...
1.5M 201K 73
Genre : Fiksi Stefani Arsita Prameswari seorang dokter yang namanya sudah sangat dikenal di seluruh penjuru negri. Tertembak oleh tentara sekutu saa...