[βœ“] The Grim Reaper [ TauHali...

By Lavendrxy

14.8K 2.2K 1.4K

C O M P L E T E D βœ“ Malaikat maut. Begitu namanya apabila orang-orang memanggil. Hingga suatu hari , dia men... More

The Grim Reaper ✧
eka ✧
dwi ✧
tri ✧
catur ✧
panca✧
sat ✧
sapta ✧
astha ✧
nawa ✧
dasa✧
dvasasa ✧
tridasa✧
The Grim Reaper✧

ekadasa ✧

869 150 165
By Lavendrxy

The Grim Reaper-!

Seratus hari telah terlewati dengan begitu sulit. Memang siapa yang mampu menahan siksa neraka meski hanya satu hari?

Halilintar keluar melalui gerbang dengan simbol api itu. Di sana sudah ada Taufan yang menunggu. Dasar, padahal seratus hari yang dahulu dia pernah bilang pada Taufan untuk jangan menunggu nya.

"Halo, manis! Sudah siap pergi kencan?" Kata Taufan dengan nada serius. Dia bahkan rela membungkuk lalu mengulurkan tangan ala ala pangeran.

"Fan. Kamu ingin merasakan organ dalam mu di tonjok?" Gurau Halilintar. Yah, sebenarnya itu adalah kalimat serius sih.

Taufan hanya menanggapi nya dengan tertawa hambar. Bagaimana pun ancaman Halilintar bukanlah angin semata.

"Baiklah. Mari temani aku," Kata Taufan. Tangan nya tanpa izin menggenggam tangan Halilintar lalu membawa nya menuju bumi.

Ngomong-ngomong, karena telah di anggap menyelamatkan Halilintar. Maka, genap sudah jumlah roh yang dia tolong. Yakni seribu. Dan itu berarti sudah saat nya Taufan mengambil hadiah yang di janjikan.

Tetapi, Taufan menolak mengambil hadiah saat itu juga. Karena malaikat maut itu berkata jika dia ingin mengambil kompensasi dari Halilintar. Dan rupanya, inilah yang di maksud Taufan.

Satu hari kencan di bumi.

Haruskah dia bilang 'kencan' setelah Taufan mengutarakan perasaannya? Ah, lupakan! Di genggam tangan oleh Taufan saja membuat hati nya dag dig dug.

Kaki mereka menapak di tanah, wujud mereka dalam mode terlihat. Ya. Halilintar di berikan izin untuk berubah wujud layak nya manusia.

"Fan, nanti kalau orang kenal bagaimana?" Tanya Halilintar risih. Sesekali melirik sekitar untuk memantau.

"Don't mind. Ini hanya sehari, okey? Jadi, mari nikmati hari ini!" Seru Taufan dengan semangat membara. Panas nya bahkan mampu mengalahkan sinar mentari.

Halilintar yang dalam balutan switer krim dengan celana jeans hitam hanya berdehem pelan. Sejak turun ke bumi, genggaman tangan mereka tak lepas sedikitpun.

Hanya ada tawa di hari itu. Teriakan frustasi milik Halilintar ketika mereka berdua di kejar anjing milik pak Saipul.

"Fannnn! Kenapa kamu injek ekor nya, bodoh!?"

Panci melayang milik seorang ibu rumah tangga bernama Gempa-- yah, itu terjadi karena Taufan telah membuat anak dari ibu itu menangis keras. Dan penyebabnya adalah Taufan yang merebut susu elang jantan dari tangan si anak.

"Ampun, bu! Saya kan cuman mau mencegah anak ibu berada di jalan yang sesat karena minum susu elang, huhuhu!"

"Berisik, Taufan! Apa kamu ga lihat wajah si ibu? Udah hijau tuh."

Di lanjutkan dengan Taufan dan Halilintar yang tiba-tiba numpang makan di sebuah acara pernikahan yang terletak tak jauh dari rumah si ibu rumah tangga-- Gempa. Jujur, rasa soto di sana agak . . . wow! Jadi mereka berdua menambah porsi hingga lima piring.

"Soto nya enak ya . . ." Gumam Halilintar di tengah ramai nya orang yang berhadir di sana.

"Aku juga berpikir kaya gitu. Kita ambil lagi yuk? Mumpung gratis." Kata Taufan tersenyum sumringah. Asik, makanan gratis!

Kaki jenjang mereka di bawa menapaki jalan trotoar, mentari beralih ke tengah-tengah dengan sinar nya yang kini menyengat.

Alternatif nya ada banyak sih, tetapi Taufan merangkumnya dan membuat alternatif ada dua. Pertama, mereka harus neduh di bawah pohon dan makan es krim. Kedua, mereka harus nyebur ke air untuk mendinginkan tubuh.

Taufan tahu bahwa ini adalah kesempatan langka bersama Halilintar. Jadi, dia memiliki opsi ke dua.

"Hali, kita berenang, yuk?" Ajak Taufan. Bahkan sampai tega menggoyang-goyangkan lengan Halilintar hingga mau tak mau Halilintar tergoncang.

Berenang? Di mana? Setahu Halilintar, di kawasan mereka berada, tidak ada wahana air ataupun sungai.

"Memang mau berenang di mana?" Tanya Halilintar. Eits! Itu bukan berarti Halilintar setuju. Dia hanya penasaran tentang tempat yang akan di jadikan wahana air.

"Tentu saja di . . ." Ujung kalimat Taufan sangat lah panjang. Iris Halilintar mengikuti arah jari telunjuk Taufan mengarah.

Dan ternyata Taufan menunjuk sebuah empang yang terletak cukup jauh di sisi jalan. Tempat itu terhalang beberapa pohon besar sehingga tidak membuat Halilintar menyadari tempat itu.

"Gila! Masa kamu mau kita mandi bersama bebek!? Tidak. Aku tidak mau!"  Balas Halilintar histeris. Ekspresi jijik nya tercipta ketika melihat kawanan bebek beserta anak-anaknya tengah mengapung di air.

Terlambat. Taufan keburu menarik tangan kekasih nya lalu menceburkan diri ke empang. Sensasi dingin menyergap di hari yang panas. Halilintar menyembulkan kepala nya dari air, menatap geram Taufan yang kini menyibakkan rambut nya ke belakang, tetesan air jatuh membasahi seluruh tubuh nya, membuat Halilintar terkesiap.

"Apa? Mau lihat roti sobek ku?" Ehw. Halilintar otomatis mencipratkan air beserta kecebong ke wajah Taufan. Rasakan itu!

"Dalam mimpi mu! Kamu pikir hanya kamu yang punya!?" Desis Halilintar. Anak laki-laki itu bersedekap dada dengan tatapan mematikan nya.

Si pemilik iris biru shapire itu meludah kecebong yang ikut masuk ke mulut. Lalu tersenyum miring, "Memang kamu punya? Tubuh mu itu langsing seperti perempuan, tahu."

"Taufan!"

"Kalau begitu tunjukkan." Oh, Taufan. Kita semua tahu bahwa kamu sedang berniat modus pada Halilintar.

Melihat Taufan menantang nya di hadapan, Halilintar menggertakan gigi. Mau tak mau dia harus menuruti. Halilintar lantas berdiri, membiarkan air empang itu surut hingga ke paha.

Tangan nya lantas menyingkap switer krim nya-- menunjukkan roti sobek yang biasanya menjadi kebanggaan para lekaki.

Namun, respon yang di berikan hening. Apa Taufan begitu terpesona dengan roti sobek nya? Huh! Bisa jadi.

"Ppfftt AHAHAHAHAHAHAHAHA m-mana roti sobek nya, Hali? Aku tidak melihatnya~"

Halilintar menunduk-- menatap perut nya yang rata. Seketika itu juga wajah Halilintar memerah total, dia langsung duduk di empang hingga kedalaman air menyentuh leher nya.

"JANGAN TERTAWA, FAN! I-INI TIDAK LUCU!"

"AHAHAHAHAHAHAHAHA,"

"TAUFANNNN!"

"H-HAHAHAHAHA."

BYURR

Meski kekuatan listrik nya telah hilang, tetapi kekuatan tenaga Halilintar masih ada. Dengan segenap rasa malu, Halilintar menenggelamkan Taufan kedalam air hingga lelaki itu klepek-klepek.

Empang yang awalnya menjadi tempat damai bagi para spesies bebek, kini malah menjadi tempat nongkrong kedua pasangan romantis itu.

Ugh, lebih baik para bebek pergi daripada melihat hal romantis dari mereka yang malah membuat batin para bebek tersiksa. Iri, bro.

Acara Taufan yang di tenggelamkan tak berlangsung lama, sebab kini gantian Taufan yang menggelitik Halilintar hingga lelaki beriris ruby itu tertawa terbahak-bahak.

Dasar, dunia serasa milik berdua.

Tanpa sadar seorang lelaki yang melihat adegan tak lazim itu mematung di pinggir empang.

Dia ingin bicara, namun apalah daya keterbatasan membuat nya harus memilih jalan lain untuk menarik atensi mereka.

Pistol.

DORR

"AAAAAAAAAAA JANGAN TEMBAK ISTRIKU! TEMBAK SAJA AKU!"

_________________________________________

"Jadi begitu, kalian diberi waktu satu hari untuk berada di sini."

Dia Ice. Dalam balutan seragam perwira nya. Rupanya Ice tengah melakukan patroli di sana untuk sekadar berjaga-jaga.

Tetapi, Ice justru dikagetkan oleh keramaian di empang. Orang sehat mana yang mau bermain di empang milik pak Retak'ka? Seingat Ice, pak Retak'ka adalah orang yang ganas. Sekali dia marah, maka suara nya mampu menggoncang kan dunia. Ya, itu karena Retak'ka adalah mantan vokalis terkenal se-galaxy.

"B-begitulah." Balas Halilintar. Handuk tebal melekat di tubuh nya. Dia sangat malu ketika di pergoki adik nya sendiri. Mau di taruh di mana muka nya?

"Ice, kami berencana mengunjungi mu sore ini. Tapi ternyata kita bertemu lebih cepat." Kata Taufan. Baju nya sudah kering akibat berjemur langsung di bawah matahari. Tetapi, bau lumpur tetap saja masih ada.

Mendengar hal itu, Ice hanya manggut-manggut. Nampak nya kedua orang itu berniat mengucapkan selamat tinggal versi lebih baik.

"Aku ingin perpisahan yang indah."

Heh. Itu hal yang mudah bagi Taufan.

Kini tangan Halilintar dan Ice di seret entah ke mana. Pokoknya hari ini mereka bertiga akan bersenang-senang, membuat kenangan indah, lalu mengingatnya untuk selama-lamanya.

Urusan pekerjaan seperti nya bisa di tunda dulu. Ice kini lebih memilih melihat kakak nya hingga puas.

"Oh iya, tadi di ujung persimpangan jalan ada badut mampang. Ayo kita berpoto!"

"Hah? No! Aku gak mau!"

"Kak Lintar fobia balon. Makanya gak mau dekat-dekat sama badut."

"Ice! Itu dulu, bukan sekarang! Oh, jangan lupa bahwa aku tahu jika adik ku ini punya hobi mengoleksi sempak."

"Fitnah! Sejak kapan aku begitu!?"

Ada banyak yang mereka bicarakan hari itu. Entah tentang masalah hobi mengoleksi sempak, ataupun ancaman besar di mana pak Retak'ka-- pemilik empang, kini telah mengejar mereka dengan membawa golok.

"Heh! Kemari kalian, dasar anak Jahannam!" Kata pak Retak'ka yang ngos-ngosan sambil mengejar ketiga pelaku yang berani mandi di empang nya.
_________________________________________

Continue Reading

You'll Also Like

66K 5.4K 44
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
1.2M 108K 59
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
129K 21.7K 41
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
275K 38K 26
Sederhana saja. Hanya tentang kehidupan tiga bersaudara putra Pak Bratadikara yang akan membuatmu harus memutuskan antara dua pilihan, yakni mengingi...