[βœ“] The Grim Reaper [ TauHali...

By Lavendrxy

14.8K 2.2K 1.4K

C O M P L E T E D βœ“ Malaikat maut. Begitu namanya apabila orang-orang memanggil. Hingga suatu hari , dia men... More

The Grim Reaper ✧
eka ✧
dwi ✧
tri ✧
catur ✧
panca✧
sapta ✧
astha ✧
nawa ✧
dasa✧
ekadasa ✧
dvasasa ✧
tridasa✧
The Grim Reaper✧

sat ✧

745 139 77
By Lavendrxy

The Grim Reaper-!

Satu bulan setelah Taufan menetap di kos. Hubungan Taufan dan Ice kian akrab sehingga tiap bertemu orang, mereka akan di kira sebagai adik beradik.

Bahkan Taufan sudah di klaim oleh Ice sebagai 'kakak kandung sendiri.' Hal itu memudahkan Taufan untuk sedikit demi sedikit memberikan sugesti tuk meluruskan kesalahpahaman antara Ice dan Halilintar.

"Terima kasih karena telah menemani ku, kak Taufan." Kata Ice usai turun dari panggung untuk menerima medali penghargaan.

Dua buah piala nampak mengkilat di tangan Ice. Itu sebagai hasil kerja keras otak Ice selama ini.

Suara isak tangis dari para siswa di sana masih saja terdengar. Dasar, padahal cuman mendengar backsound lagu hymne guru yang liriknya, terpujilah wahai engkau ibu bapak guru~ nama mu akan selalu hidup dalam sanubari ku~

Ice tidak menangis kala itu. Yah, memang apa yang di harapkan dari orang pendiam? Jika Ice menangis, bisa saja dia dikira kesurupan reog.

"Sama-sama. Kapan kamu akan bekerja di unit kepolisian itu?" Tanya Taufan.
Sesekali melirik Halilintar yang sedari tadi diam di sampingnya. Oh ayolah, Halilintar, seharusnya kamu sedikit bahagia karena adik mu baru saja dapat penghargaan.

"Tiga hari lagi. Apa kak Taufan benar-benar tidak sabar melihatku memakai seragam kepolisian?"

"Tentu saja! Dan jika kamu telah menjadi polisi, maka hal itu akan memudahkan mu mencari kakak mu, benar?"

Ice tidak menjawab-- nampaknya anak itu hanya membenarkan dalam diam.

Taufan telah berhasil memberikan sugesti kepada Ice agar anak itu tidak terlalu membenci kakak nya. Yah, meski hanya sepuluh persen.

Dalam perjalanan pulang, Taufan dan Ice memilih jalan kaki. Sekaligus memberi banyak ruang untuk mengobrol satu sama lain.

Jalan yang awalnya adalah jalan aspal berubah menjadi tanah kering penuh rerumputan.

"Apa kamu akan terus menerus membenci Halilintar?" Tanya Taufan.

"Apakah ada alasan yang harus membuat ku tidak membenci nya? Dia benar-benar kakak yang buruk! Kakak mana yang berniat membunuh adik nya!? Bahkan binatang saja tidak akan membunuh saudara nya."

Entah kenapa suasana begitu canggung, dapat Taufan lihat raut muka Halilintar tidak bereaksi. Tetapi roh merah itu terlihat sangat sakit hati lalu pergi menjauhi mereka berdua.

Ah, dia salah bicara rupanya.

Sementara itu, Taufan akan membiarkan Halilintar sendiri. Dia harus tetap fokus pada tujuan nya untuk meluruskan kesalahpahaman ini karena Taufan tidak yakin bahwa waktu mereka masih banyak.

"Kamu tahu? Aku memiliki pendapat berbeda dengan mu."

Ice menoleh, menatap tak percaya pada Taufan. Pendapat berbeda? Apa pemuda beriris shapire itu menentang kesimpulan nya?

"Sebenarnya sedikit banyak aku memahami kondisi kalian berdua. Terutama kakak mu, Halilintar. Karena aku juga seorang kakak sulung. Aku memiliki seorang adik, tetapi sekarang tidak lagi."

Ada rasa penasaran yang menyelimuti diri. Ice nampak luluh, "Mengapa? Apa sesuatu telah terjadi pada adik mu?"

Ini seperti memutar kaset lama. Si malaikat maut itu juga dulunya adalah seorang manusia. Sebab akibat dia menjadi malaikat maut adalah sebagai penebus dosa besar nya.

Ah, masa lalu nya cukup kelam. Tidak seharusnya Taufan membicarakan hal itu. Ada baiknya jika Taufan memilih cerita karangan saja.

"Dia tidak menganggap ku sebagai kakak lagi . . . itu karena aku memaksa nya menjauhi orang tua kami."

"Hanya itu? Seharusnya adik mu tidak perlu berlebihan seperti itu!" Ice menekuk wajah nya kesal.

Taufan hanya terkekeh sebentar, lalu kembali berbicara, "Orang tua adalah segala nya bagi adik ku yang tidak tahu apa-apa. Dia sangat mencintai mereka . . . sampai suatu hari aku tahu bahwa orang tua kami memiliki niat terselubung di antara kasih sayang mereka."

"Mereka ingin menjual kami sebagai pemuas nafsu di bar. Jadi, pada saat malam hari, dimana mereka berniat membekap kami . . . aku membunuh mereka."

Ice berhenti berjalan. Mematung di tempat akibat kalimat yang di lontarkan. Bukan. Ice tidak takut jika Taufan pernah membunuh orang tua nya, tetapi Ice sangat terkejut dengan sikap orang tua Taufan. Benar-benar kejam.

Setelah itu, remaja beriris biru aquamarine itu dapat menebak kalimat selanjutnya.

"Adik ku terbangun dan melihat nya. Dan di saat itulah, dia amat sangat membenci ku. Aku tahu bahwa tindakan ku itu berdosa, tetapi adik ku sangat berharga bagiku." Lanjut Taufan seraya tertawa hambar. Entah mengapa dia sangat mendalami cerita karangan nya.

"Apa kamu marah kepada adik mu?"

"Tidak. Bagaimanapun dialah satu-satunya jiwa ku. Sebenci apapun, semarah apapun dia kepadaku, aku tetap menyayangi nya."

Tangan Taufan mendarat di atas puncak kepala Ice yang tertutup topi. Di usap nya surai yang lebih muda dengan lembut. Nampaknya, Ice sedikit sedih setelah mendengar ceritanya.

"Sama hal nya dengan kamu dan Halilintar. Aku sangat yakin, bahwa Halilintar memiliki alasan untuk perbuatan nya. "

Tes

Air mata jatuh membasahi pipi remaja beriris aquamarine. Raut wajah nya pedih mengisyaratkan luka yang menetap di dalan tubuh nya kembali terbuka.

Gigi Ice mengetap kuat, bahu nya bergetar di balik seragam sekolahnya. Taufan panik bukan main. Apa lagi-lagi dia salah bicara?

Ice menangis tanpa suara, mulut nya terbuka untuk berteriak-- tetapi tidak ada jeritan yang keluar.

Mulutnya membentuk gestur bicara, membuat Taufan menangkap satu kalimat dari situ.

"Aku ingin kakak ku."

_________________________________________

"Ternyata kamu disitu,"

Bagai menemukan kembali belahan jiwanya, Taufan dalam mode malaikat maut itu menubruk tubuh Halilintar dari belakang lalu merangkul bahu roh merah itu.

Oknum yang di ajak bicara lagi-lagi tidak menyahut, dia hanya melirik lewat ekor mata dan kembali menatap matahari terbenam.

Taman. Adalah destinasi kesukaan mereka berdua-- terutama ketika sedang melihat matahari terbenam.

"Kamu tahu? Aku punya berita bagus untuk mu! Ice telah-"

"Aku tidak ingin mendengar nya." Sahut Halilintar dingin. Dia menekuk lutut nya di depan dada, lalu kembali merenung.

Paham akan suasana, Taufan juga turut menatap matahari terbenam. Sinar jingga nya menyorot wajah mereka berdua-- sinar nya tidak hangat, namun melihat nya cukup untuk menenangkan diri.

Halilintar sedikit banyak pasti tergoncang akibat perkataan adik nya. Membuat Taufan berpikir keras tentang hal yang bisa dia lakukan untuk menenangkan Halilintar.

Taufan tiba-tiba terpikirkan hal konyol. Dia ingin melakukan nya, tetapi apakah akan di tonjok oleh Halilintar?

Persetan dengan di tonjok ataupun di renjat listrik! Taufan adalah anak jantan! Dia tidak bisa membiarkan seorang roh larut dalam kesedihan.

Jadi, Taufan dengan serta merta merentangkan tangan nya lalu membawa Halilintar dalam dekapan nya.

Terlihat jelas bahwa Halilintar telah bersiap menyetrum nya, tetapi ketika Taufan kembali bicara, pemberontakan nya mulai melemah.

"Tidak apa-apa. Menjadi sedih juga bagian dari kehidupan,"

Meski kaku alias takut-takut kena bogem Halilintar, Taufan mengelus pelan punggung Halilintar. Malaikat maut itu tidak dapat melihat ekspresi Halilintar karena roh itu menenggelamkan wajah di dada bidang nya.

"Sesekali sedih tidak masalah. Aku di sini," bisik Taufan lirih di samping telinga Halilintar.

Pada sore menjelang malam, sinar jingga dan gugusan bintang yang menjadi saksi mereka berdua.

Ikatan mereka lebih dari malaikat maut yang bertugas menjemput seorang roh. Ya, lebih dari itu.

Tetapi, bukankah egois jika mereka berdua meminta lebih?

_________________________________________

Continue Reading

You'll Also Like

Fantasia By neela

Fanfiction

1.6M 5K 9
⚠️ dirty and frontal words πŸ”ž Be wise please ALL ABOUT YOUR FANTASIES Every universe has their own story.
886K 74.4K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
50.3K 6.7K 28
'benci bisa jadi cinta loh, cantik' 'apaan, diem lu' 'aduh, malu malu ih si geulis' 'gue laki ya, jangan main cantik-cantik lu' 'tapi lu emang cantik...
193K 21.1K 24
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...