LDR

By teahmanis

1.3K 157 134

⚠18+⚠ Tidak mudah menjalani hubungan jarak jauh. Rindu dan prasangka senantiasa menjadi bumbu di setiap harin... More

Prolog
Putus
Kalung gembok cinta
Rindu🌼
Sweetie
Baby finger
LDR 2.
LDR 3.
LDR 4.
LDR 5.
LDR 7.
LDR 8.
LDR 9.
LDR 10.
LDR 11.
LDR 12.
LDR 13.
LDR 14.
Fighting.
LDR 15.
LDR 16.
LDR 17.
LDR 18.
LDR 19.
LDR 20.

LDR 6.

45 7 4
By teahmanis


LDR 6

Jeong Jimin mengantar Ariana pulang ke rumahnya.

Keduanya duduk di ruang tamu.

"Baiklah. Aku permisi." Jeong Jimin berpamitan.

"Jeong!" Ariana menahan salah satu tangan Jimin untuk menghentikan langkah pria tersebut.

Jimin menoleh dan memperhatikannya dengan tatapan lembut. "Istirahatlah! ini sudah malam."

"Apa kau tidak ingin menemaniku malam ini?" pinta Ariana dengan tatapan memohon.

Apa yang harus dikatakan oleh Jeong Jimin jika wanita itu bertanya demikian? Apalagi ketika Ariana mengeratkan pegangan tangannya yang membuat hati pria itu semakin tidak menentu.

"Tidurlah! Ini sudah malam," ucap Jeong Jimin yang kemudian mendekat dan mengusap kedua pipi Ariana. Ia menoleh ke sana ke mari mencari keberadaan Bibi Choi.

"Apa kau tidak ingin mengantarku ke kamar?" tanya Ariana lagi.

Jeong Jimin mengerjapkan mata, dadanya berdebar. Merasa bingung harus bagaimana lagi menghadapi wanita yang satu ini.

"Ari, tidurlah!" pintanya dengan lembut.

"Mengapa kau bersikap dingin seperti ini padaku, Jeong?" Ariana mulai mengeluh.

Jeong Jimin kembali mengerjapkan mata. Logikanya harus tetap berjalan dan teguh pada pendirian agar bisa mengendalikan diri di hadapan Ariana si keras kepala dan egois itu.

"Ini adalah hal yang wajar karena kita sudah putus," ucapnya.

Ariana tertunduk lesu. Bibirnya mengatup rapat. Sedangkan Jimin hanya tertegun memandang perempuan itu. Ingin cepat pergi, tetapi ia tak kuasa untuk membiarkan wanitanya itu sendirian saat ini.

"Apa kau benar-benar marah padaku?" tanya Ariana.

Jimin hanya bungkam di hadapannya.

"Aku kira kata putusmu itu hanya sebuah lelucon saja."

Jimin tertegun. Netranya melihat dengan jelas ketika mata coklat Ariana mulai berair. Hatinya merasa pedih. Ia memilih berpaling untuk menahan segala kegelisahannya saat itu.

"Jeong!"

"Aku harus pergi, besok aku ada meeting penting," kilah Jimin.

Ariana kembali mengeratkan pegangan tangannya. Pria itu tak kuasa, diam-diam meneteskan air mata. Untung saja Ariana tidak berdiri di hadapannya untuk melihat raut wajahnya saat ini.

"Dengar! Lain kali jangan terlalu sering mengenakan pakaian seperti ini! Apalagi di malam hari," tukas Jimin memperingatkan.

"Wae?" Ariana melirih.

"Apalagi kalau kau pergi bersama Jo Tae Yong," imbuh Jimin yang masih berpaling.

"Wae?"

"Kau bisa terluka," pungkas Jimin.

"Waeyo?" Ariana pun beranjak dari duduknya.

Jimin sontak menghadap pada Ariana dan meninggikan suaranya. "Tidak bisakah kau mendengarkan nasihatku ini?"

Ariana sontak terpaku.

"Aku sangat menghawatirkanmu," pungkas Jimin. Ia kemudian menarik belahan gaun Ariana di bagian kaki. "Seperti ini. Kau hanya akan membuat dirimu menjadi tidak aman. Apa kau mengerti?"

Ariana mendorong dada bidangnya Jimin. "Kaulah yang membuatku terluka, Jeong," tegasnya. Kemudian bergegas pergi meninggalkannya di ruang tamu.

"Ari!"

Jeong Jimin hendak mengejarnya. Namun, langkahnya terhenti karena mengingat kembali misi dirinya yang ingin agar Ariana bisa sedikit mengurangi egonya selama ini. Dengan berat hati ia pun memilih pergi dari rumah itu dan membiarkan Ariana menangis seorang diri di dalam kamarnya.

Percayalah, pria itu pun sedang tidak baik-baik saja. Apabila Ariana kesakitan, maka Jimin juga akan merasakan hal yang sama.

***

Patah hati tidak akan membuatnya patah arang. Ariana akan tetap bersemangat dalam menjalani hari-harinya seperti semula. Ia bangun tanpa terlambat sedikit pun, tetapi tetap sedikit mengabaikan sarapan paginya dan dilanjutkan dengan segudang kesibukannya setiap hari di kantor.

Inilah yang ia benci. Ketika pekerjaannya selesai, ia harus berdiam diri tanpa mengerjakan apa pun yang pada akhirnya hanya akan membuat dirinya termenung dan kembali merasakan patah hatinya oleh ucapan Jeong Jimin semalam.

Ariana mulai rapuh, hatinya kembali terasa pedih, ia ingin menangis. Ia butuh seseorang untuk mencurahkan hatinya. Namun, pada siapa? Ingin menghubungi Jeong Jimin. Namun, ia sadar bahwa hubungannya telah usai.

Air matanya tak terbendung sampai menetes berkali-kali. Ia pun menyekanya dan mengingat seseorang yaitu Jo Tae Yong. Saat itu juga ia bertanya-tanya dan memikirkan bagaimana kondisi pria itu sekarang.

Seusai makan siang, Ariana memutuskan untuk pergi ke kantor Jo Tae Yong. Sekretarisnya bilang bahwa pria itu tidak masuk ke kantor karena mengalami insiden.

Ariana sadar bahwa Tae Yong masih terluka. Ariana tidak tahu pasti di mana rumah Jo Tae Yong, terakhir ia pernah berkunjung ke rumah pria tersebut ketika masih di sekolah menengah atas bersama dengan Jimin dan Jeka. Ia memberanikan diri untuk meminta alamat rumahnya pada sekretaris itu.

Sesampainya di sana. Ariana disambut oleh seorang wanita paruh baya setelah ia menekan tombol bel di hadapan pintu.

"Siapa, Bi?" seru ibu Jo Tae Yong yang sering dipanggil Nyonya Jo.

Ariana pun melangkah bersama dengan asisten rumah itu dan berdiri tak jauh dari hadapan Nyonya Jo. Ia menyapa dan membungkuk layaknya orang Korea ke arah Nyonya Jo.

Wanita paruh baya itu tertegun memandangnya.

"Saya minta maaf karena telah mengganggu waktu Anda. Saya ke sini untuk menjenguk Jo Tae Yong," ucap Ariana mengungkap niatnya bertandang ke kediaman keluarga Jo.

"Eomma!" Tae Yong memanggil ibunya.

Nyonya Jo menoleh ke arah kamarnya kemudian mengerjapkan mata dan menoleh pada Ariana.

"Ikutlah denganku!" pinta Nyonya Jo.

Ariana mengangguk dan mengikutinya dari belakang. Wanita paruh baya itu menghentikan langkahnya kemudian mendekat pada Ariana dan menyentuh pundaknya.

"Ngomong-ngomong, siapa namamu?"

"Namaku Ariana," sahutnya dengan penuh kesopanan. Nyonya Jo mengangguk dan melanjutkan langkahnya.

"Eomma!" Tae Yong kembali memanggil ibunya.

"Wae geureehh?" Nyonya Jo masuk ke dalam kamar putranya tersebut.

"Aku tidak ingin makan sendirian. Aku ingin Ibu menyuapiku!" Pria itu mengeluh seperti anak kecil. Ia tidak tahu kalau Ariana sudah berada di dalam kamarnya yang megah.

Tae Yong cemberut dan merentangkan salah satu tangannya ke arah ibunya karena ingin dipeluk. Sementara satu tangannya lagi masih mengenakan perban karena lukanya semalam.

"Jangan seperti ini! Lihatlah ada seseorang yang ingin menemuimu," ujar nyonya Jo dengan menoleh ke arah Ariana.

Tae Yong mengikuti ke mana arah kedua iris ibunya memandang, sampai ia terperanjat karena melihat Ariana yang berada di sana.

"Nona Go?" gumamnya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Ariana dengan lembut.

Jo Tae Yong terpaku merasa tidak percaya bahwa seorang Ariana Go kini berada di kamarnya.

"Bibi, tolong bawakan sesuatu untuk tamu kita!" seru Nyonya Jo.

"Tae Yong, apakah kau masih ingin disuapi oleh ibu? Kalau begitu buka mulutmu, ibu akan menyuapimu." Nyonya Jo kemudian mengambil mangkuk nasi yang berada di atas meja.

Tae Yong berusaha duduk dengan nyaman. Ariana yang melihatnya segera mendekat untuk membantunya agar bersandar pada dipan.

"Hati-hati!"

Jo Tae Yong tertegun olehnya, tatapannya tak bergeming sedang memperhatikan wajah Ariana yang begitu dekat dengannya.

"Bagaimana lukamu?" Ariana juga menatapnya.

"Oh, dokter bilang aku harus banyak istirahat untuk beberapa hari," ujar Jo Tae Yong dengan memegangi tangannya yang terluka.

Ariana menyentuh tangan yang diperban itu dan mengusapnya secara perlahan. "Jika kau ingin pergi ke dokter, aku bisa?" tawarnya.

Tae Yong semakin tertegun dibuatnya.

Nyonya Jo hanya berdiam diri memperhatikan keduanya. Tae Yong merasa peka, menoleh memandang ke arah ibunya. Ia sadar bahwa sedari tadi sedang diperhatikan. Sang ibu hanya tersenyum dan memberinya sebuah anggukan.

"Emh, bukankah kau tadi ingin makan?" Ariana kemudian bergegas ke arah meja. "Bibi, kalau boleh biar aku saja yang menyuapinya," pintanya dengan sopan.

Nyonya Jo menoleh pada putranya yang masih bungkam di sana.

"Jangan khawatir, aku akan memastikan Tae Yong makan dengan lahap," imbuh Ariana.

Jo Tae Yong turun dari kasurnya dan mendekat ke hadapan Ariana. Wanita itu memintanya untuk duduk sampai si empu menurutinya.

Sang ibu tersipu malu kemudian pergi meninggalkan keduanya. Ariana menunduk hingga Nyonya Jo berlalu dari hadapannya.

"Tae Yong, buka mulutmu!" Ariana mulai menyuapinya.

Tanpa ragu pria itu pun terus menuruti Ariana hingga menghabiskan satu mangkuk nasi.

"Apa kau tidak ke kantor?" tanya Tae Yong.

"Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku dan saat itu aku tiba-tiba mengingatmu. Kemudian aku segera ke sini untuk menjengukmu," ujar Ariana.

"Ohok, ohok!" Tae Yong sampai tersedak mendengarnya.

Ariana bergegas mengambil segelas air dan memberikannya pada Tae Yong, kemudian mengusap punggungnya secara perlahan.

"Pelan-pelan," ucapnya begitu lembut.

Jo Tae Yong terkesiap dan merasa heran oleh perlakuan Ariana. Pasalnya ia belum pernah mendapatkan perhatian sedemikian rupa dari perempuan mana pun selain dari ibunya sendiri. Perempuan-perempuan yang selama ini berkencan dengannya hanya sebatas kesenangan semata yang berakhir di atas ranjang, tanpa peduli dan memikirkan bagaimana keadaan Tae Yong atau pun bertanya bagaimana kesehariannya. Obrolan mereka ketika berkencan tidak jauh dari tempat mana yang akan dituju, mengatur waktu untuk bertemu dan berbelanja sepuasnya menghamburkan uang. Tidak ada satu pun yang peduli terhadapnya ketika dalam keadaan sakit seperti saat ini.

"Nona Go, dari mana kau tahu tempat tinggalku? Apakah Jimin yang memberitahumu?"

Ariana menggeleng. "Aku mendatangi kantormu dan sekretarismu bilang kau tidak masuk kerja hari ini. Untuk itu aku meminta alamatmu padanya," kata Ariana menjabarkan.

Tae Yong terpaku mendengarnya, ternyata dibalik kesibukan Ariana ada sosok perempuan yang nyatanya begitu. Untuk itu ia semakin tersadar bahwa mungkin inilah salah satu alasan Jeong Jimin yang hingga saat ini masih setia bertahan dengan Ariana Go. Meskipun ia banyak mendengar bahwa Ariana adalah wanita yang egois dan keras kepala.

"Maafkan aku, Tae Yong," ucap Ariana hingga pria itu menatapnya.

"Jika bukan karena aku, kau tidak akan mungkin mengalami insiden seperti tadi malam."

"Ini bukanlah salahmu," ucap Tae Yong.

"Aku benar-benar menyesal." Ariana menundukkan wajahnya dengan mimik penuh penyesalan.

Perlahan Jo Tae Yong mendekat dan merangkul pundak Ariana hingga membawa tubuh perempuan itu ke dalam pelukan.

"Aku baru saja sembuh. Sekarang giliran tanganmu yang terluka," ucap Ariana yang kini merasa bersedih.

"Apakah ini berarti kita berjodoh?" sahut Tae Yong.

Ariana pun terdiam dan menatapnya dengan intens.

"Aku hanya bercanda," imbuh Tae Yong disusul dengan senyuman simpul.

Ariana berpaling untuk menyeka air matanya. Sementara Tae Yong hanya terdiam di samping perempuan tersebut. Ia tidak tahu apa yang sedang dirasakannya saat ini. Rasa penasaran itu telah berganti menjadi sesuatu yang sulit diartikan.



******

Yang haus visual, bisa ya ke tiktok aku.

Hyungrapline atau putribuanyabangtan.












Continue Reading

You'll Also Like

66.8K 3.6K 20
seorang gadis bernama Gleen ia berusia 20 tahun, gleen sangat menyukai novel , namun di usia yang begitu muda ia sudah meninggal, kecelakaan itu memb...
244K 19.5K 94
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
323K 34.8K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
179K 28.1K 51
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...