.
.
.
.
.
Tok...tok...tok.
Semua orang yang berada dalam suasana tegang di Ruangan itu menoleh pada seseorang yang mengetuk pintu masuk. Pintu Ruangan itu memang sengaja ditutup dan dikunci agar tidak ada yang mengganggu obrolan mereka.
Hermione melambaikan tongkatnya pada pintu untuk membuka pintu itu.
Terlihatlah seorang anak Hufflepuff yang tidak dikenali oleh mereka.
Anak berkacamata itu tampak kaku ketika pintu itu dibuka oleh sihir. Tangannya yang tadi mengetuk pintu langsung dia turunkan ke samping tubuhnya. Dia menatap semua orang yang berdiri dalam Ruangan itu.
Nyalinya ciut ketika melihat sekumpulan Slytherin dan seorang Gryffindor yang merupakan salah satu Trio Golden di depannya. Apalagi Pike dan Blaise yang tersenyum padanya dengan tampang pembully.
"Ada apa?" tanya Draco dengan nada dingin. Dia jengkel karena obrolan mereka berhenti oleh bocah Hufflepuff itu.
"Ah! Hmm, itu... professor Mcgonagall memanggil kalian semua ke Hospital Wings,"
Mendengar Hospital Wings, tempat Adiknya berada saat ini. Daphne langsung berjalan mendekati anak Hufflepuff itu. Begitu pun dengan Theo yang sudah berdiri di sebelah Daphne.
"Untuk apa? Apa terjadi sesuatu pada Astoria, adikku?" tanya Daphne khawatir.
"Hmmm...itu... professor Mcgonagall mengatakan ada Tamu untuk Astoria Grengrass. Tapi Beliau memerintahkanku untuk memanggil kalian juga,"
Hermione dan Draco yang sama-sama merasa curiga menoleh satu sama lain.
"Siapa yang datang? Apa kau kenal orangnya?" tanya Hermione penasaran.
Tapi anak itu menggelengkan kepalanya pertanda tidak tahu. "Aku tidak tahu namanya, tapi dia sepertinya alumni slytherin karena saat mereka berkunjung...aku melihat laki-laki itu di gerombolan alumni slytherin." semua orang di Ruangan itu tahu siapa laki-laki yang dimaksud anak Hufflepuff itu.
Tanpa menunggu lagi, Daphne segera berlari meninggalkan Ruangan itu untuk pergi menuju Hospital Wings. Disusul oleh Theo dan Pansy.
"Kita harus pergi ke Hospital Wings!" perintah Draco pada Pike, Blaise, Goyle dan Hermione.
Sebelum benar-benar pergi, Hermione menitip pesan pada anak Hufflepuff itu.
"Terima kasih atas informasinya, kamu boleh melanjutkan kembali aktivitasmu."
"Hermione cepat!" seru Draco yang telah berlari menyusul teman-temannya.
"Sebentar, Draco!" jawab Hermione. Gadis itu langsung menyusul Draco meninggalkan anak Hufflepuff yang langsung mengangguk mendengar perintah Hermione.
...................
Daphne memasuki Hospital Wings karena pintunya tidak terbuka. Di dalamnya terdapat Madam Pomfrey yang merawat beberapa anak. Padahal tadi Hospital Wings sepi, hanya Astoria satu-satunya pasien Madam Pomfrey.
Tapi gadis itu terpaku pada seorang laki-laki yang berdiri dekat kaki ranjang Astoria, sementara adiknya itu duduk menyander dengan bantal di punggungnya. Terlihat juga Milicent yang duduk diam di kursi di samping kasur Astoria.
"Kau?" laki-laki itu menoleh pada Daphne.
"Daphne Grengrass, bukan?" ucap laki-laki itu.
Seseorang masuk dan itu adalah Theo. Astoria menoleh pada Daphne dan Theo yang sudah berada di dalam Hospital Wings.
Pansy baru datang dan berdiri di belakang Theo.
"Theo?" ucap Astoria.
Mata Theo bertemu dengan mata laki-laki itu.
Rahang pemuda Nott itu mengetat dan kedua tangannya terkepal kuat.
Laki-laki itu ada di sini.
Marcus Flint.
Tanpa aba-aba, Theo berjalan mendekati Marcus Flint dan langsung meninju rahang pemuda itu.
Buuugggg!!!!
Tubuh laki-laki itu tumbang akibat bogeman dari Theo.
"Aaaaaaaa!" Astoria langsung berteriak karena melihat Theo meninju Marcus di depan matanya. Milicent segera memeluk Astoria.
Daphne dan Pansy syok melihat kejadian itu.
Marcus duduk di lantai sambil mengelap darah yang keluar dari sudut bibirnya. Dia tertawa remeh pada darah yang menempel di jari jempolnya. Pemuda Flint itu lalu menengadahkan kepalanya pada Theo yang terlihat menahan amarah.
"Apa-apaan ini Nott! Kenapa kau memukulku!" serunya bertanya sambil bangun dari duduknya. Ia kini berhadapan dengan Theo.
"Kenapa kau bilang?!" Theo menoleh pada Astoria. Kemudian dia kembali menatap ke arah Marcus sambil mengarahkan jari telunjuk tangan kanannya ke kasur Astoria.
"Kau yang menghamilinya, bukan?!" seru Theo. Marcus menoleh ke arah jari telunjuk Theo yang menunjuk Astoria. Dia terkekeh sinis.
Pemuda yang diteriaki oleh Theo itu menoleh pada Astoria bergantian pada Theo. Lalu dia bangkit dari duduknya dan berdiri berhadapan dengan Theo.
"Ya, apa yang kau katakan itu benar. Akulah yang menghamilinya," jawab Marcus sambil menatap Astoria yang menundukkan kepalanya pada selimut yang menyelimuti kaki hingga perutnya itu.
Tapi, gadis itu memberanikan diri mengangkat kepalanya dan diarahkan pada pemuda yang baru saja menjawab pertanyaan Theo tadi. Astoria terkejut begitu menatap wajah pemuda itu. Terlihat wajah kelelahan dan rasa bersalah dapat tergambar dari ekspresi pemuda itu. Bahkan sepertinya pemuda itu ingin menangis, terlihat dari kedua matanya yang berkaca-kaca. Entah kenapa, Astoria merasakan dorongan ingin memeluknya.
"Kau laki-laki kurang ajar!" seru Theo yang langsung menerjang kembali pemuda itu dan memukulnya dengan membabi-buta.
Marcus kali ini tidak tinggal diam, dia kini balas memukul Theo yang memukul wajahnya. Kedua penyihir Slytherin itu kini bertengkar dengan otot bukan tongkat.
Pansy dan Daphne berteriak dan refleks mendekat untuk melerai mereka. Tapi tubuh mereka terdorong mundur karena mendapatkan tepisan dari kedua pemuda yang sedang bertengkar itu. Tapi untungnya mereka tidak terkena pukulan kedua pemuda itu.
Blaise dan Pike telah sampai di Ruangan itu. Melihat Theo dan Marcus Flint yang berkelahi, mereka cepat-cepat mendekat dan masing-masing menahan tubuh Theo dan Marcus. Lalu datanglah Goyle yang membantu Pike menahan tubuh Marcus. Sementara Blaise dibantu Pansy menahan tubuh Theo. Kedua pemuda itu memberontak untuk menghabisi satu sama lain. Daphne di satu sisi sedikit takut mendekat dan hanya berdiri di ujung kasur Astoria, karena tadi dirinya ditepis cukup kasar oleh Theo dan Marcus.
Dan terakhir, Draco dan Hermione sampai di Ruangan itu. Mereka terkejut melihat dua pemuda yang memberontak satu sama lain, ditahan oleh masing-masing dua orang. Terlihat Daphne yang hanya terdiam di tempatnya, serta Milicent yang sedang menenangkan Astoria yang tampak histeris.
"Ada apa ini?" tanya Draco.
Dengan sisa tenaganya yang tersisa, Blaise menjawab pertanyaan Draco sambil menahan emosi.
"NANTI SAJA BERTANYANYA DRACO! SEKARANG KAU HARUS MEMBUAT KEDUA ORANG INI BERHENTI MEMBERONTAK! SUNGGUH DRACO, BANTU AKU! RASANYA AKU SUDAH TIDAK SANGGUP LAGI MENAHAN TUBUH THEO!" bentak Blaise membuat Draco refleks mengeluarkan tongkat.
"Flint! Theodore Nott! Cukup dan berhenti!" tapi seruan Draco tampaknya tidak didengar sama sekali oleh mereka berdua yang masih saja lanjut memberontak untuk bisa memukul satu sama lain.
Draco tidak memiliki pilihan lain.
"Pertificus totalus!"
Tubuh Theo dan Marcus pun seketika menjadi kaku tidak bergerak. Hal itu membuat Blaise, Pansy, Pike dan Goyle yang menahan tubuh mereka bernafas lega. Mereka hanya perlu menahan tubuh Marcus dan Theo agar tidak jatuh.
"Sekarang jelaskan apa yang terjadi?" ucap Draco sambil berpangku tangan.
...................
Setelah Pansy dan Blaise selesai menceritakan kronologi perkelahian Theo dan Marcus. Draco pun tanpa mengatakan apapun langsung merapalkan mantra terbang pada keduanya dan berjalan keluar Hospital Wings.
Ketika Hermione bertanya 'Mau ke mana?' pada Draco yang di belakangnya melayang tubuh Theo dan Marcus. Draco hanya menjawab. 'Pergi ke Ruangan professor Mcgonagall untuk menghukum kedua orang ini.' pemuda Malfoy itu juga memerintahkan Pike dan Goyle untuk mengikutinya. Dengan terpaksa dan berat hati, kedua orang yang namanya disebutkan Draco pun mengikuti langkah Draco. Padahal mereka tengah kelelahan akibat menahan tubuh Marcus tadi.
Tapi setelah beberapa menit keluar Hospital Wings, Draco kembali masuk dan berdiri di samping Hermione. Dia, Draco dan Blaise tengah berdiri di ujung ranjang Astoria sambil memperhatikan ketiga perempuan yang tengah mengajak Astoria mengobrol itu.
Kini Pansy sudah berteman kembali dengan Astoria. Bahkan dia meminta maaf atas perlakuannya selama ini, tapi Astoria sudah memaafkan Pansy sejak awal.
Padahal Pansy termasuk penyebab Astoria hamil, karena pada awalnya Astoria dan Daphne hanya ingin membawa Pansy keluar dari Pesta itu. Tapi justru berujung mereka harus membantu yang lain juga. Serta berakhir Astoria yang membantu Marcus Flint.
Di tengah mendengar obrolan siswi-siswi Slytherin itu, Draco diam-diam menggenggam tangan Hermione yang berdiri di sampingnya.
Hermione yang tahu tangannya digenggam oleh Draco hanya bisa merona diam-diam.
Bersambung.
.
.
.
.
.