TROUBLE? TROUBLES?! [END]

By aiai_raaaa

40.2K 4.9K 391

Niat awal Salvio cuma mau nemenin Hamas ketemu teman kencan onlinenya, eh tapi kok Salvio malah ketemu sama c... More

Awal Bertemu
Menikah?
Jebakan
Status Baru
Gagal
Baikan
Berangkat
Cium
Stroberi
Sakit
Bertemu Lagi
Pengakuan
Bertemu Klien
New Hair
Launching
Neighbor
📢📢📢

Undangan Reuni

2.1K 275 9
By aiai_raaaa

Undangan Reuni.




Seminggu berlalu. Sejak pengakuan Saga di hari terakhir mereka di Jepang waktu itu, tidak ada perubahan yang berarti di hubungan mereka. Mereka masih seperti biasanya.

Ah ralat—sepertinya ada sedikit perubahan. Dan untungnya perubahan ini bersifat positif untuk kelangsungan hubungan mereka. Perubahan itu salah satunya adalah dimana sekarang mereka sudah mulai terbiasa bertindak seperti pasangan sesungguhnya.

Seperti pagi ini. Salvio bangun terlebih dulu dan menyiapkan keperluan Saga untuk berangkat kerja.

Untuk informasi saja, setelah mereka pulang dari Jepang, Saga langsung memboyong Salvio ke apartemennya. Mereka berdua memang sudah sepakat untuk tinggal terpisah dari orang tua Saga. Orang tua Saga tak keberatan, justru mereka merasa sangat senang sekaligus bangga saat melihat bagaimana anak tunggal mereka sudah berani mengambil keputusan sendiri.

Kembali ke saat ini, Salvio baru saja selesai cuci muka dan sikat gigi. Dirinya lalu membuka lemari pakaian dan memilah-milah pakaian mana yang akan digunakan Saga hari ini.

Pilihannya jatuh ke celana kain hitam dan kemeja merah bata lengan panjang. Tak lupa dasi berwarna hitam dan sepatu hitam. Salvio juga menyiapkan jas Saga, walaupun belum pasti Saga akan memakainya atau tidak.

Saga tidak terlalu suka menggunakan jas. Terlalu formal menurutnya. Apalagi hari ini dirinya tidak ada jadwal rapat dengan siapa pun.

Selesai menyiapkan pakaian Saga, Salvio lalu beralih tempat menuju dapur. Dapur minimalis yang menjadi tempat favorit Salvio di apartemen itu. Salvio mulai fokus mengolah beberapa bahan menjadi masakan. Terlahir di panti asuhan membuatnya sudah terbiasa membantu Bunda membuat makanan untuk anak-anak panti. Jadi, memasak bukanlah hal asing lagi bagi Salvio.

Tak perlu waktu lama untuknya menyelesaikan tiga masakan sederhana. Walaupun sederhana, namun makanan yang dibuat Salvio sudah memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Salvio kini sedang membuat susu untuknya dan juga Saga. Awalnya Saga sempat keberatan untuk meminum susu, namun karena Salvio selalu membuatkannya saat sarapan, Saga jadi terbiasa sekarang.

"Selamat pagi, Vio."

Tidak ada pelukan, tidak ada pula kecupan. Hanya sapaan selamat pagi yang selalu diucapkan oleh Saga. Salvio? Dia pun hanya mengangkat wajahnya untuk membalas tatapan Saga.

"Selamat pagi juga, Aga."

Dan membalas sapaan Saga seperti biasanya.

Keduanya lalu sarapan bersama. Duduk berhadapan dengan fokus ke piring masing-masing. Tak ada perbincangan saat keduanya sarapan karena Saga juga membiasakan untuk tak berbicara saat makan. Saga selesai terlebih dulu. Dirinya tak langsung pergi dari meja makan. Saga tetap duduk di tempatnya, menunggu Salvio selesai sarapan dengan sesekali mengecek kembali jadwal yang sudah Riki kirimkan padanya.

Saga dapat mendengar suara sendok dan garpu diletakkan di piring, membuat Saga ikut meletakkan ponselnya di meja.

"Kamu mau bawa bekal? Atau nanti kamu sudah ada janji makan siang dengan klien?" tanya Salvio.

Apa ada yang berbeda dengan kalimat yang diucapkan Salvio? Jawabannya iya.

Salvio dan Saga juga mengubah panggilan mereka menjadi aku–kamu. Alasannya? Supaya lebih nyaman saja dan supaya mereka terbiasa. Karena jika nanti mereka bertemu orang tua Saga, mereka harus menggunakan aku–kamu saat berbicara.

"Bisa nanti kamu antarkan makan siang ke kantor?" Pertanyaan Salvio dibalas dengan pertanyaan oleh Saga, membuat dahi Salvio sedikit berkerut.

Saga yang melihat raut kebingungan Salvio lalu menjelaskan. "Aku ingin makan siang bersamamu."

Mendengarnya, tak ayal membuat pipi Salvio merona. "A–ah oke. Nanti aku ke kantormu. Ada request mau dimasakin apa?"

Saga menggeleng, "masak aja apa yang kamu mau masak. Aku pasti akan memakannya."

Sudah. Salvio sudah tak tahan lagi mendengar kalimat manis dari bibir Saga. "O–oke.. kamu mau berangkat sekarang? Sudah hampir jam tujuh nanti kamu akan terlambat." Dan yang dilakukan Salvio selanjutnya adalah mengalihkan topik pembicaraan.

Saga hanya tersenyum melihatnya. Dirinya lalu berdiri dan menyimpan ponselnya di saku celana. Saga berjalan ke pintu dengan Salvio mengikutinya. Sebelum keluar, Saga membalikkan badannya dan kini berhadapan langsung dengan Salvio. Tangannya terangkat dan mengelus puncak kepala Salvio lembut.

"Aku berangkat, Vio."

Lagi, tidak ada kecupan di dahi seperti pasangan pada umumnya. Adanya hanya elusan di kepala Salvio dan juga anggukan kepala Salvio sebagai respon.

"Iya, hati-hati Aga." Salvio tersenyum hingga membuat matanya menjadi satu garis lengkung yang terlihat cantik.

Saga mengangguk. "Kamu nanti juga hati-hati. Kabari aku kalau sudah mau berangkat."

"Iya."

Seperti itulah rutinitas pagi Saga dan Salvio. Baru dua minggu usia hubungan mereka. Dari dua orang asing lalu menjadi satu dalam ikatan hubungan yang terbentuk dengan tiba-tiba pasti membutuhkan waktu untuk penyesuaian.

Dan tugas kita hanyalah mengikuti proses pendekatan mereka, tanpa bisa mencampuri ataupun mengaturnya.

《¤》


Jam tangan Salvio menunjukkan pukul dua belas kurang sepuluh menit. Salvio menghembuskan nafas lalu keluar dari taksi. Salvio lega karena dia tidak terlambat membawakan makan siang Saga. Dua minggu ini Salvio sudah datang ke kantor Saga kurang lebih tiga kali, membuat satpam dan resepsionis kantor sudah mengetahui bahwa dirinya adalah suami dari bos mereka. Salvio jadi tak perlu repot lagi memperkenalkan diri dan menunggu untuk masuk ruang kerja suaminya.

Salvio tersenyum saat mendapat sapaan sopan dari Riki.

"Hai Iki... apa Saga ada di dalam?"

Salvio tidak memanggil Aga karena dia masih merasa malu jika itu di tempat umum.

Riki mengangguk. "Iya Sa, tapi Tuan Saga sedang menerima tamu."

"Ah oke gue tunggu di sini aja."

"Tuan Saga tadi berpesan kalo lo datang langsung masuk aja gak apa-apa. Lagipula tamu Tuan Saga bukan klien melainkan sahabat Tuan Saga jadi lo gak perlu nunggu di luar Salvio."

Salvio terdiam. Dia bingung harus bagaimana. Walaupun Saga sendiri yang meminta dia untuk langsung masuk, tapi itu bukannya tidak sopan?

Riki yang melihat keraguan Salvio, diam-diam mengirim pesan ke Saga. Riki tau Salvio pasti sungkan untuk menerobos masuk ke ruangan Saga walaupun Saga adalah suaminya sendiri. Dan satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah Saga sendiri yang membuka pintu dan mempersilahkan suaminya masuk ke dalam ruangannya.

Seperti saat ini.

"Ayo masuk. Aku sudah tidak ada pekerjaan penting di dalam." Saga lalu menggandeng tangan Salvio dan menarik yang lebih kecil untuk ikut masuk ke dalam ruangan.

Dapat Salvio lihat seseorang dengan postur tubuh hampir sama dengan Saga tengah duduk santai di sofa. Kacamata bertengger di hidung mancung orang itu, membuat kesan tegasnya terlihat dominan.

"Eh ada suaminya Saga. Hai Salvio, lo ingat sama gue? Gue sahabatnya suami lo dan gue juga dateng ke nikahan kalian berdua." Berbeda dengan apa yang dilihat Salvio sebelumnya, kini orang itu tersenyum lebar dengan tangan terangkat menyapa Salvio. Tampak bersahabat membuat rasa takut Salvio sedikit berkurang.

Salvio tersenyum dan membungkuk. Setelahnya dia menatap Saga, mencoba mencari bantuan karena jika boleh jujur Salvio sama sekali tidak ingat siapa orang di depannya ini.

Ingat bukan tentang tiga kelemahan Salvio? Nama dan wajah orang adalah dua hal yang susah untuk dia ingat jika hanya bertemu sekali dan dalam waktu singkat.

"Dia Jeffrey. Salah satu groomsmen pas kita nikah."

Salvio mengangguk. Dirinya lalu kembali menatap ke arah Jeffrey. "Hai juga Jeffrey. Maaf ya tadi gue sempet gak ngenalin elo."

Jeffrey tersenyum. "Santai saja. Bahaya juga kalo lo inget sama gue. Berarti lo kebayang-bayang sama gue terus da—aww" ucapan Jeffrey terputus saat dirinya mendapat lemparan pulpen di keningnya.

Siapa lagi pelakunya jika bukan Saga yang kini menatap Jeffrey tajam. Salvio sendiri hanya meringis, ikut merasakan nyeri saat melihat lemparan pulpen dari suaminya yang mendarat pas di kening tanpa poninya Jeffrey.

Jeffrey yang melihat tatapan tajam dari Saga mengangkat kedua tangannya. "Oke sepertinya bercandaan gue gak lucu sampai si batu es ini ngelempar gue pake pulpen kesayangannya. Maaf ya Sa."

"E–eh iya gapapa Jeffrey." Salvio kaget saat dirinya yang mendapat ucapan permintaan maaf padahal yang dibuat kesal kan Saga.

Saga mendengus. "Urusan lo udah selesai kan? Pergi sana gue mau makan siang sama suami gue."

Usiran yang terbilang cukup kasar itu bukannya membuat Jeffrey tersinggung namun malah membuat pemuda itu bersiul dengan mengedipkan sebelah matanya.

"Mau makan sama Salvio apa mau makan Salvio?" Jeffrey memainkan alisnya. Saga melotot sedangkan Salvio sudah merona wajahnya.

"Pergi sebelum gue pukul lo. Kali ini pakai tinju gue langsung." Ancaman dari Saga sebenarnya tidak mempan untuk Jeffrey. Namun saat Jeffrey melihat wajah Salvio yang memerah malu, Jeffrey memilih untuk berhenti mengusili pasangan baru itu.

"Oke gue pergi. Gue juga baru inget ada janji buat jemput Julian di butiknya. Oh iya jangan lupa apa yang gue bilang tadi. Lo harus dateng dan gue gak nerima alasan apapun dari lo. Sampai ketemu nanti malam lovebirds.."

Salvio menatap bingung ke arah Saga saat Jeffrey sudah keluar dari ruangan itu. Saga yang melihat tatapan Salvio lantas mengajak Salvio untuk duduk di sofa.

"Nanti malam ada acara reuni SMA ku. Tadi Jeffrey datang ngasih undangannya," ucap Saga sambil menunjukkan undangan. Salvio menerimanya dan membacanya.

"Wah aku baru tau ada acara reuni semewah ini.." Salvio terlihat antusias saat membaca rundown acaranya.

"Kamu suka acara seperti itu?"

Salvio mengangguk. "Aku suka. Walaupun aku tidak pandai berbaur di perkumpulan seperti itu, tapi aku sangat menyukai datang ke acara seperti itu. Soalnya ada banyak makanan enak disana." Jawaban polos dari Salvio lantas membuat Saga merasa gemas dan secara spontan mencubit hidung Salvio.

"Yasudah nanti malam temani aku datang ke acara itu ya."

"Eh emang aku boleh ikut?" Salvio bertanya dengan tangannya mulai menata bekal yang tadi dia bawa ke meja.

"Tentu saja boleh. Kamu kan pasanganku. Di undangan itu tertulis untuk Saga dan partner."

"Ah iya ada tulisannya," ucap Salvio saat membaca tulisan di sampul undangan. Salvio lalu memberikan makanan yang sudah dia ambilkan untuk Saga. Saga menerimanya dengan tak lupa mengucapkan terima kasih.

"Jadi, kamu mau menemaniku kan, Vio?"

Piring mereka sudah bersih. Salvio juga sudah merapikan kembali wadah bekalnya.

Salvio mengalihkan pandangannya ke arah Saga. Dilihatnya rambut Saga sedikit berantakan membuat Salvio secara naluri langsung merapikannya. "Iya, aku mau Aga."

Dan selanjutnya Saga memilih ikut pulang dengan Salvio. Menemani Salvio membeli pakaian yang akan mereka gunakan untuk pergi nanti malam.


Meninggalkan Riki yang mengerang kesal karena lagi dan lagi dirinya harus lembur untuk menyelesaikan pekerjaan bosnya.




《¤》



Jeffrey Anderson
(Kalau ada yang lupa)


Continue Reading

You'll Also Like

91.3K 8.9K 25
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
72.6K 8.2K 25
[END] - Story Remake of 'BEAUTIFUL BODYGUARD | CHANBAEK by @Icha_Kim Berawal dari kejadian kaburnya dari rumah karena menolak perjodohan dari orang...
502K 37.4K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
155K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...