TROUBLE? TROUBLES?! [END]

By aiai_raaaa

39.6K 4.9K 391

Niat awal Salvio cuma mau nemenin Hamas ketemu teman kencan onlinenya, eh tapi kok Salvio malah ketemu sama c... More

Menikah?
Jebakan
Status Baru
Gagal
Baikan
Berangkat
Cium
Stroberi
Sakit
Undangan Reuni
Bertemu Lagi
Pengakuan
Bertemu Klien
New Hair
Launching
Neighbor
📢📢📢

Awal Bertemu

4.4K 334 23
By aiai_raaaa

Awal Bertemu.


"Lo yakin tempatnya di sini?"

Hamas berdecak kesal saat lagi dan lagi dia harus mendengar pertanyaan yang sama dari temannya, Salvio.

"Iya Sa gue yakin banget alamatnya udah sama."

"Tapi kok ini kayak tempat orang nikahan sih Ham? Lo tuh sebenernya mau kencan buta apa mau kondangan?" Salvio mengernyit saat melihat beberapa orang yang berpapasan dengannya. Salvio mengamati pakaian orang-orang di sekitarnya dan menurutnya dandanan mereka itu memang cocok untuk menghadiri acara-acara formal—bukan untuk hangout seperti yang Hamas dan Salvio pakai.

Hamas yang awalnya fokus ke ponsel mulai ikut mengamati sekitar. Benar apa yang dikatakan Salvio, semua yang datang menggunakan pakaian formal, berbeda drastis dengan yang digunakan dirinya dan juga Salvio saat ini—kaos dengan kemeja yang tak dikancing dan juga celana jeans.

Jika dilihat, Salvio dan juga Hamas seperti orang salah kostum.

"Ya gue mau kencan lah.. eh tapi kok ini tempat rame banget ya Sa dari tadi?"

Salvio yang mendengar sahabatnya baru menyadari ada yang janggal dengan tempat yang mereka berdua datangi hanya memutar bola matanya malas.

Sedari tadi dia ngoceh beneran tak ditanggapi serius ternyata sama Hamas. Rasanya Salvio ingin memukul kepala sahabatnya itu sekarang juga.

"Lo tuh ya dibila—"

"Hamas?"

Ucapan Salvio terpotong saat tiba-tiba ada suara lain terdengar dari sebelahnya. Salvio bahkan sedikit berjengit saking kagetnya. Hamas yang merasa dipanggil mulai mengamati orang itu. Matanya memicing mencoba mengingat siapa orang yang kini berdiri tepat di depannya.

Orang itu adalah partner kencan butanya, Jazel Danendra.

"Jazel?" tanya Hamas memastikan, dan saat dia mendapatkan anggukan, Hamas langsung menghela nafas lega.

"Syukurlah gue kira gue salah tempat."

Salvio yang mendengar ucapan Hamas mendelik. Bukannya tadi yang bilang salah tempat itu dirinya?

Jazel mendekat. Tangannya saling mengait. Di pandangan Salvio, Jazel seperti gugup dan ketakutan. Jazel lebih sering menunduk dan sesekali mengamati sekitar. Ada yang aneh. Salvio merasakan itu, namun dirinya tak berani bersuara karena sekarang Hamas dan Jazel sedang terlibat perbincangan yang mana tidak membiarkan dirinya untuk bergabung.

Ya sudahlah, namanya juga lagi kasmaran.

"Permisi, gue sebenernya gak mau interupsi obrolan kalian tapi apa kalian gak pegel apa ya ngobrol sambil berdiri gini? Gak ada niatan cari tempat duduk gitu?" Salvio sudah mulai jengah saat melihat dua sejoli di depannya asik berbincang. Dirinya ini termasuk dalam barisan remaja jompo. Jadi Salvio tidak terbiasa berdiri untuk jangka waktu lama.

Hamas mendelik ke arah Salvio yang balik melotot kearahnya sambil berucap tanpa suara, 'apa? Mau protes gue ganggu acara lovey dovey lo?'

Tak ingin membuat keributan, akhirnya Hamas memutuskan untuk mencari tempat duduk di ruangan itu, dengan tangannya menggandeng tangan Salvio.

Iya. Yang Hamas gandeng tangan Jazel, orang yang baru beberapa menit dia temui. Sedangkan orang yang sudah menemaninya sedari tadi, juga yang merangkap sebagai sahabatnya dalam kurun waktu hampir tujuh belas tahun hidupnya dia tinggal begitu saja.

Padahal ide mencari tempat duduk adalah ide Salvio, seseorang yang ditinggalkan.

Dengan kaki menghentak kesal Salvio mengikuti kedua pasangan itu dengan jarak lima langkah. Menyumpahi Hamas yang menganggapnya tak kasat mata.

'Awas saja sampe rumah nanti gue jadiin bumbu seblak lo ya!' tekad Salvio dalam hati.

Di tengah perjalanan tiba-tiba Salvio merasa ingin buang air kecil. Matanya mulai mengitar, mencari petunjuk di mana keberadaan toilet di sekitarnya karena jujur saja gedung yang dia tempati sekarang terlalu besar membuat Salvio kebingungan.

Karena rasa ingin ke toiletnya terlalu besar, dirinya bahkan sudah tak sadar bahwa Hamas dan juga Jazel sudah tak berada di dekatnya. Fokus Salvio kini hanya menemukan tempat yang bernama toilet.

Itu saja.

Tak dapat menemukan sendiri membuat Salvio langsung memberanikan diri mendekati seseorang yang memakai seragam serba hitam. Dalam pikiran Salvio dirinya membuat asumsi bahwa orang itu adalah salah satu petugas keamanan.

"Ehm maaf Pak, toilet di sebelah mana ya?" Salvio bertanya sopan. Orang yang ditanya Salvio sesaat mengamati pakaian yang digunakan Salvio membuat Salvio sedikit risih namun tetap mencoba menjaga ekspresi wajahnya.

Setelah terdiam cukup lama akhirnya orang itu menunjukkan arah di mana toilet berada. Salvio bergumam terima kasih lalu dengan secepat kilat dia melesat menuju ke tempat dimana dia bisa menyelesaikan urusannya.

Tak butuh waktu lama untuk Salvio selesai dengan urusannya karena toilet tidak dalam keadaan ramai. Dirinya dengan wajah lega mulai keluar dari toilet dan mencoba mencari tempat Hamas dan Jazel berada. Tangannya meraih ponsel di sakunya, mencoba mengirim pesan ke Hamas karena jujur saja sekarang Salvio mulai kebingungan mencari sahabatnya itu.

Untuk info saja Salvio adalah orang yang cepat lupa dengan tiga hal.

Nama orang, wajah orang, dan juga arah. Salvio susah menghapal tiga hal itu.

"Duh Hamas lo lagi ngapain sih? Kenapa gak bales chat gue?!" Salvio menggerutu kesal saat spam chatnya belum juga mendapat jawaban. Salvio beralih mencoba menelepon Hamas sampai dirinya tak sadar langkahnya membawanya mendekat ke seseorang yang juga sibuk dengan ponselnya.

Dan terjadilah tabrakan yang tak dapat dihindari oleh keduanya. Badan Salvio yang tak siap mulai oleng namun tangannya dengan sigap mencoba mencari pegangan dan untungnya dia mendapatkannya.

Sebuah tangan menyambut tangannya membuat Salvio tak jadi terhempas ke lantai namun kini dirinya tertarik kencang ke dalam dekapan seseorang.

"Ma-maaf.. gue gak sengaja." Salvio menunduk setelah sebelumnya melepaskan tautan tangan keduanya saat dirinya sudah dapat berdiri dengan benar. Orang di depan Salvio mendengus membuat Salvio semakin menundukkan kepalanya.

'Apa orang ini marah? Tapi kan gue udah minta maaf?' batin Salvio berkecamuk. Dirinya itu paling anti membuat masalah dengan orang. Salvio itu untuk bangun pagi saja rasanya malas, apalagi mencari masalah. Sangat sangat malas.

"Ma—"

"Apa lo liat orang ini?"

"—af eh apa?" Salvio mengernyit bingung saat dirinya tiba-tiba disodorkan sebuah ponsel dengan foto seseorang tepat di depan wajahnya. Mata Salvio langsung tertuju pada foto orang yang tak asing karena baru beberapa menit lalu dia temui.

"Loh ini kan tadi teman kencannya Hamas duh siapa ya namanya tadi.. Ja–siapa ya tadi–oh iya Jazel namanya. Iya tadi gue ketemu sama Jazel. Dia itu teman kencannya sahabat gue. Ini gue juga lagi nyari mereka soalnya tadi gue sempet kepisah sama mereka gara-gara gue kebelet pi—" Salvio mendongak dan langsung melangkah mundur saat melihat wajah tegang orang di depannya. Dirinya mulai merutuki kebodohannya saat sadar bahwa tadi dia terlalu banyak bicara dan mungkin saja itu yang membuat orang di depannya menjadi tegang karena tak nyaman dengan cerita Salvio.

Orang di depan Salvio mulai mengangkat tangannya membuat Salvio langsung saja memejamkan matanya takut. Salvio sudah membayangkan adegan di mana dirinya ditampar atau bahkan dipukul karena dirinya terlalu banyak bicara dan mengganggu kenyamanan orang lain.

Walaupun sebenarnya kemungkinan seperti itu tidak mungkin terjadi namun karena ini Salvio, kemungkinan mustahil pun bisa terlintas dalam pikirannya.

"Bawa dia."

Salvio membuka matanya saat dirinya merasakan ada tangan yang mengapit kedua lengannya. Salvio bahkan belum sempat mencerna apa yang terjadi saat badannya ditarik begitu saja oleh dua orang di samping kanan kirinya.

Dan saat mereka sudah sampai di satu ruangan yang cukup luas, cekalan di tangan Salvio dilepaskan. Mata Salvio mulai mengamati keadaan ruangan yang mana banyak sekali terdapat pakaian dan juga ada beberapa meja dengan alat rias yang sangat banyak.

"Dandani dia. Buat dia layak berdamping dengan gue di altar."

Dan satu perintah dari orang yang ditabrak Salvio tadi sukses membuat semua yang ada di dalam ruangan terkesiap, tak terkecuali Salvio sendiri. Salvio bahkan sampai terhuyung ke belakang dengan tangan menutupi mulutnya yang terbuka.

"A–altar?" dan gumaman Salvio membuat semua yang di dalam ruangan mulai kembali sadar dan langsung berjalan mendekati Salvio sesuai perintah orang yang kini memilih duduk di salah satu sofa dengan tangan bersedekap.

Ekspresi wajahnya yang datar membuat semua yang di dalam ruangan takut, begitu juga Salvio. Salvio yang awalnya ingin memberontak akhirnya memilih diam dan menurut, membiarkan beberapa orang mulai menjamah wajah dan rambutnya dengan berbagai macam alat yang jujur Salvio baru melihat alat-alat itu hari ini.

Di tempat ini.

Salvio mulai pusing. Apa yang sebenarnya terjadi saat ini?







《¤》



Salvio Delvian


Sagara Ivander

Jazel Danendra


Hamas Fridelo

Julian Kairo

Jeffrey Anderson


Riki Ananta

Continue Reading

You'll Also Like

939K 45.2K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
9.3K 1.2K 16
"Aku Istri kamu, Dari masa depan" BXB👨‍❤️‍👨 GS.Ver [Gender Switch] HOMOPHOBIA MENJAUH ❌⚠️ ⏳[Start = 10 July 2021 ] ⌛[Finish = 12 August 20...
2.6K 306 17
Yeonjun yang hidup berdampingan bersama sahabatnya- Soobin, tiba tiba terkejut ketika sahabatnya dituduh telah membunuh beberapa wanita. Kasus yang b...
306K 23.3K 106
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...