Raka memarkirkan motornya dan berlari dengan tergesa-gesa menuju ruang rawat sebuah rumah sakit,pikirannya sangat kalut dan khawatir.
Ternyata kegelisahan yang dirasakannya sedari tadi memiliki alasan.
Dengan kasar raka membuka pintu kamar rawat dan mendapati kedua orang tua tara sedang duduk di sofa, juga tara yang tengah terlelap dengan selang infus yang menempel pada tangan kirinya.
Sejenak Raka mengatur nafasnya yang tersengal lalu melangkah massuk mendeketi tara yang terlelap dengan raut wajah yang sulit di artikan.
"tara kenapa pa,,?maa??"tanya raka lirih, lalu tangannya terulur membelai kepala tara dengan lembut
"tara kena usus buntu ka,tadi udah langsung ditangani kok. Sekarang tinggal nunggu pemulihan aja.
Kamu nggak usah khawatir"jawab papa arya
"iya, tadi kita nggak langsung kabarin kamu karena masih jam pelajaran kan. Nanti kamu malah bolos sekolah" kata mama riska yang kini berdiri dan merangkul pundak raka dari samping.
Raka hanya diam menatap wajah pucat tara yang sedang terlelap, raka merasa bersalah pada tara.
Beberapa waktu ini raka memang selalu sibuk dengan lea sehingga tidak banyak menghabiskan waktu dengan tara. Dan tadi saat tara mengirim pesan padanya,seharusnya dia langsung datang, bukan justru mempercayai ucapan lea bahwa tara baik-baik saja.
Entah mengapa raka menjadi kesal dan marah pada lea, raka merasa lea sengaja membuatnya tertahan bersamanya dan mengabaikan tara.
Raka menggenggam tangan tara dan mengusap punggung tangan tara dengan ibu jarinya.
"maaf ya ra"ucapnya lirih sambil menahan air matanya.
>---<
Tara membuka matanya dan mendapati dirinya kini sedang berbaring didalam ruangan dengan dinding yang didominasi warna putih, tara mencoba mendudukkan dirinya tapi justru meringis kesakitan karena rasa nyeri dari bekas jahitan diperutnya.tara terhenyak saat menyadari bahwa raka tengah tertidur disampinya dengan posisi duduk dan menyandarkan kepalanya pada brankar yang tara baringi sambil menggenggam tangannya.
Tara menatap datar dan melepaskan tangannya dari genggaman raka,raka yang terusik dari tidurnya mengerjapkan mata sejenak lalu menegakkan punggungnya.
"lo udah bangun ra?masih sakit ya? Lo butuh apa? Mau minum?"tanya raka dengan heboh saat tau tara sudah bangun.
"mama-papa mana?"tanya tara lirih
"katanya mau pulang sebentar ngambil keperluan lo, lo perlu apaan biar gue bantuin"kata raka sambil membenarkan selimut tara
"nggak ada,,"
lo juga balik aja gih, udah ada suster kan?besok kan sekolah"perintah tara
"nggak ah, besok gue ngga masuk"jawab raka
"si oon, udah nggak pinter masih mau bolos sekolah..pulang ngga lo!!!"omel tara
"nggak,,gue mau disini"raka tetap pada pendiriannya
"pulang ka, gue lagi males liat elo!!"jawab tara dengan nada setengah marah yang sukses membuat raka terdiam.
tara memang sering mengusir raka jika mengganggunya dirumah dan raka selalu mengabaikan tara yang mengusirnya karena raka tau tara tidak serius dengan ucapannya.
Tapi kali ini rasanya berbeda,ada kemarahan dalam ucapan tara yang membuat raka membeku sesaat.
"ra,,kenapa sih lo?"tanya raka lirih dan mencoba meraih tangan tara, tapi tara menolak
"udah ah, gue mau tidur lagi. lo pulang aja sana"tara menaikan selimut hingga menutupi kepalanya, diam-diam tara mengusap matanya yang berair dan menahan suaranya agar isakannya tidak terdengar oleh raka.
Jujur saja tara merasa sangat sedih dan sedikit kecewa,
meski terlihat cuek dan santai, diam-diam tara juga merasa sangat merindukan kebersamaannya dengan raka. Tidak bisa dipungkiri tumbuh bersama raka membuat tara merasa kehilangan saat semua yang biasa mereka lakukan bersama mulai berubah. Akhir-akhir ini semua yang semula selalu dilakukan bersama raka harus dia lakukan sendiri.
Raka sudah jarang menjemputnya disekolah, menjemputnya di klub, menemaninya bermain di taman, menemaninya membeli buku atau menonton film di mall, bahkan untuk sekedar makan bersama dirumah sudah jarang mereka lakukan.
Dan itu membuat tara merasa sangat kesepian, meski tara tidak tau cara mengungkapkannya.
---
Teo berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan menggendong ransel berukuran sedang dan membawa sebuah papperbag berisi cake coklat kesukaan tara. Teo baru saja tiba dari perjalanan bisnisnya dan langsung datang kerumah sakit setelah mendapat kabar tentang keadaan tara dari sean.saat ini Sean telah menjadi dokter residen yang kebetulan ikut menangani tara di IGD saat tara tiba dari sekolah.
Namun belum sampai di kamar rawat tara, teo melihat raka yang sedang duduk sendirian di salah satu bangku koridor.
"kok diluar ka?" tanya teo
"oh kak,udah sampai aja,,
itu taranya lagi pengen sendiri katanya"jawab raka
"tumben lo nurut aja di usir sama tu anak?"
"marahan?" teo pun mendudukan diri disamping raka
"enggak kok kak,,
Kayaknya emang gue yang salah"jawab raka sambil tersenyum miris
"kenapa lagi?"teo melepas ranselnya dan membuka salah satu resleting untuk mengeluarkan dua kaleng soda dari ranselnya dan memberikan salah satunya pada raka.
"seharusnya tadi gue langsung dateng waktu tara chat minta jemput, tapi gue malah pergi sama lea dan percaya aja waktu lea bilang tara ngga kenapa-kenapa kak"raka menjawab sambil memainkan kaleng soda ditangannya
"lo nggak salah kok"kata teo sambil menegak kaleng soda ditangannya
"maksudnya kak?"tanya raka
"kan lea pacar lo, terus tara?"teo menggantung ucapannya
"dalam persahabatan antara laki-laki dan perempuan memang pasti akan ada hal seperti itu ka,
Tara juga pasti akan ngrasain kebingungan yang lo rasain kalo dia punya pacar.
Memilih siapa yang harus dijadiin prioritas, antara elo yang udah selalu ada dan paling ngertiin dia selama bertahun-tahun atau pacarnya yang mungkin baru beberapa bulan dia kenal terus tiba-tiba memiliki hak lebih atas dirinya" raka hanya diam sambil mencerna setiap ucapan teo.
"pasti ada hal yang harus lo korbanin,persahabatan lo atau kisah cinta elo.
Sama kaya orang tua kita" kata teo
"hah?maksudnya?"raka tampak terkejut
"lo kira ayah sama mama itu temenan dari kapan?mereka sama kaya kalian, bedanya mama baru kenal sama ayah waktu mama pindah kesini dan jadi tetangga ayah waktu SD"teo meletakkan kaleng soda di bawah bangku
"lah gue kira ayah sohibnya papa arya,terus jadi akrab sama mama setelah mama papa nikah"
"emang bener papa sahabatnya ayah juga, makanya mereka bertiga baik-baik aja sampai sekarang. Coba kalau suami mama bukan papa?mungkin hubungan keluarga kita nggak akan sedeket ini ka"teo tertawa di sela-sela ucapannya
"kenapa emangnya?"raka mulai semakin tertarik dengan topik pembicaraannya dengan teo
"lo pikir deh sekarang, kalo lo punya pacar tapi sahabatnya lebih memahami pacar lo daripada elo sendiri. Lo kesel ngga?
Gue yakin cewek lo sering kesel liat kedeketan lo sama tara, makanya dia sering cari alasan buat jauhin lo sama tara. Ya nggak?" teo menelisik ekspresi wajah raka dan mencari jawaban dari pertanyaannya sendiri di raut wajah raka.
"itulah ka, persahabatan mama sama ayah bisa awet karena dari awal papa sudah sangat memahami kedekatan mereka. Jadi ngga ada tuh cemburu-cemburuan..
Lo sama tara juga kalo mau awet ya nyarinya yang satu circle atau minim satu server lah gesreknya sama kalian.
Mentok lagi nih kalo lo ngga mau pisah sama tara, lo nikahnya sama tara aja ntar.
abis lo di babu-in sama tara se umur hidup.hahahahahaaa"teo tertawa menyadari ucapannya yang konyol
"diih males banget,,bisa penuaan dini gue ntar"canda raka
Raka sedikit menyadari kenyataan bahwa persahabatan antara laki-laki dan perempuan adalah hal yang sangat rumit tapi bukan sesuatu yang tidak mungkin.
Hubungan orang tua mereka adalah salah satu contoh keberhasilan dari persahabatan yang rumit itu, sedangkan persahabatanya dengan tara?
Entahlah,raka tidak tau bagaimana akhirnya....
saat ini raka tidak terlalu yakin dengan perasaannya dengan lea, sedangkan hatinya selalu mengajaknya berlari kearah tara tetapi tertahan oleh status hubungannya dengan lea.
>>>---<<
hai readers,,
please support my work by following my account and vote for this story..
don't forget leave yoour comments too..
thanks guys,,
love you all,,
-author-