[✔] Klub 513 | Long Journey |...

By Wiki_Dwiki

44.2K 14.3K 1.1K

"Keep an eyes on the Horizon. We will touch that Utopia." 1914 (Kala setiap insan dihadapkan oleh pilihan sul... More

Prologue : "Di Atas Pasir Putih, Sebuah Janji Terikat"
1. Puisi Pelik di Tengah Keramaian
2. Menimbun Kebencian Dalam Hatinya
3. Memikul Pedih, Mengemis Asih
4. Percikan Pertama Api Perang Dunia I
5. Mengangkat Kaki, Membela Harga Diri
6. Dan Tulang Hatinya Patah
7. Mengukir Luka Kekal Dalam Jiwanya
8. Meninggalkan Tanah Terkutuk
9. Berbagai Hal Yang Tidak Biasa
11. Semburat Dunia Abu-Abu
12. Kepedihan Atas Ketidaksempurnaan
13. Kasta Tertinggi Ialah Wanita
14. Menoreh Serpihan Kaca
15. Bara Api Kebebasan
16. Daratan Komunis
17. Yang Tidak Sejarah Catat
18. Dibalik Tembok Tahanan
19. Usaha Untuk Melarikan Diri
20. Di Sisi Lain Panggung Konflik
21. Pertunjukan Inti Akhir Musim Panas
22. Nama Tanda Penghormatan
23. Takdir Di Atas Air Asin

10. Penjara Dibalik Tenda Sirkus

1.6K 573 14
By Wiki_Dwiki

.
.
.

    Tengah malam di kota London, pertunjukan spektakuler yang sangat terbatas. Suara terompet yang beradu dengan suara drum, suara letusan kembang api dan suara gajah serta suara hewan sirkus lain menghiasi London semenjak kemarin malam dan sirkus ini memiliki pemesanan untuk satu minggu pertunjukan—tentu saja tanpa pertunjukan di siang hari.

    Tiket dengan harga yang redah berbanding lurus dengan kecepatan terjual habisnya. Tenda sirkus sangat penuh, banyak wanita yang menjaga anak anak mereka untuk tetap ada di dekat mereka, mewaspadai penculikan anak yang akhir akhir ini menjadi topik hangat.

    Angin malam di musim panas menembus tulang, namun tak ada satupun yang menghiraukan. Tepat pada tengah malam, para penonton tiba-tiba menjadi seperti burung kecil, kawanan mereka mengitari panggung dengan tepuk tangan meriah.

    Bahkan ketika mereka kembali duduk, suara tepuk tangan tak mereda, meskipun beberapa dari mereka hanya tertegun untuk bertepuk tangan. Para wanita membalikkan kipas bulu di tangan mereka, sama sekali tidak peduli tentang panas. Diantara mereka, tampak seorang pria dengan setelan rapih khas para pekerja negara, rambutnya yang klimis serta tertata sedemikian rapihnya tengah memperhatikan tanpa minat.

    Dia menonton seluruh pertujukan sirkus, semua trik mencengangkan mereka di atas panggung dengan tatapan selidik dan cermat yang tidak pernah goyah sepanjang durasi pertunjukan. Tidak sekalipun dia tersenyum atau sebatas mengangkat tangannya yang bersarung tangan untuk bertepuk tangan. Dia bahkan tidak mengangkat alis pada atraksi yang menimbulkan tepuk tangan atau jeritan kagum dari sisa penonton yang antusias.

    Mingi, dari atas lantai yang ditumpuk tumpuk bagai piramida di belakang panggung menyadari kehadiran pria itu. Mingi memutar mata muak. Dia merasa bahwa malam ini sangatlah buruk untuknya, seakan tak cukup membuatnya kesal dengan keberlangsungan sirkus di bawah komando paman bejatnya, dia juga disuguhkan tontonan tidak sedap dari kedatangan pria berjas abu abu itu.

    Seorang kolektor—kolektor aneh yang suka menjadikan beberapa anggota sirkus menjadi koleksinya. Beberapa bulan kemarin, Mingi dengar pria itu baru saja membeli seorang wanita Afrika dengan kelainan dimana tumbuh rambut lebat diseluruh tubuhnya dari sebuah sirkus dari China dengan harga yang sangat tinggi. Oh, ada pula kabar bahwa dia mengoleksi para manusia albino untuk dipertontonkan di museum absurd miliknya.

    Mingi menoleh ke arah serigala peliharaannya yang disekitar mulutnya dia pasangkan sebuah muzzle agar dia tidak jahil membuka mulutnya dan menggigitnya. Dia mengusap kepala hewan itu sebelum menoleh ke arah belakang panggung, dimana keadaannya berbanding terbalik dengan apa yang dipertontonkan di atas panggung sirkus.

    Dua ekor singa tergeletak lemah di dalam kandang besi karena kelaparan, mereka hanya diberi makan sekali dalam dua hari, seekor ayam utuh yang kemudian harus dibagi untuk keduanya. Beberapa monyet diikat dengan rantai besi disekitar lehernya. Seekor orangutan dan beruang juga diikat dileher dan disuguhi buah buahan busuk untuk dimakan. Juga para ibu gajah yang tampak lemah, terluka disana sini karena sabetan cambuk sehingga muncul luka berdarah yang kemudian menarik para lalat dan belatung untuk berkumpul, namun walau begitu, mereka terus berusaha melindungi anak anak mereka.

  "Inilah neraka dunia bagi mereka." Mingi berucap pelan. Dia lalu menoleh pada serigala di sampingnya, "Belka, jikalau aku bisa membebaskan mu tanpa pamanku mengetahui dan akan memburumu lagi, maka telah aku lakukan sejak dahulu."

    Ketika dia kembali mengalihkan matanya ke arah bangku bangku penonton. Dia bertemu tatap dengan seorang pemuda, matanya yang menatap lurus ke arahnya membuat Mingi terhipnotis, juga senyum simpul yang tidak bisa Mingi artikan apa maksudnya. Walau kondisi remang remang seperti itu, Mingi bisa memastikan jika pemuda itu sedang menatap penuh perhatian ke arahnya, seakan Mingi sedang melakukan suatu atraksi sirkus.

    Merasa tidak nyaman, Mingi segera pergi dari tempatnya tadi. Serigala hitam bernama Belka itu tanpa komando mengikuti langkah Mingi keluar dari tenda sirkus. Pikirannya berkecamuk, dia harus pergi sehingga dia tidak akan tahu jual beli apa yang akan dilakukan pria berjas abu abu tadi dengan pamannya selaku pemilik Sirkus Mimpi.
  
 
  "Hewan peliharaan yang menarik." Sebuah suara yang diikuti suara tawa itu menghentikan langkah kaki Mingi menjauh dari tenda sirkus. Dia menoleh dan menemukan pemuda yang tadi terus menatapnya ada disana—bersama dengan pemuda lain yang tingginya sedikit melebihi Mingi.

  "Seekor serigala Florida, bukan? Kau punya selera unik dalam memilih hewan peliharaan." Katanya lagi.

  "Apakah itu sebuah masalah?" Tanya Mingi.

    Pemuda itu menggeleng cepat. "Tentu tidak. Hanya saja, aku mengetahui bahwa serigala masih memegang erat prinsip hierarki—well, walau aku sendiri membencinya. Ekhm, bisakah kau mengenalkannya pada kami?"

    Mingi sebenarnya membenci betul pembicaraan basa basi seperti ini, namun dia yakin jika pemuda itu akan terus mengoceh dan mengikutinya jika Mingi tak menjawabnya. Jadilah dia menjawab dengan suara kesal. "Namanya Belka. Betina. Seekor serigala beta. Apa lagi yang ingin kau tanyakan?"

  "Seekor beta? Lalu dengan siapa dia tunduk? Siapa alpha yang dia hormati?" Tanya pemuda itu sambil menaikkan alis.

    Mingi menatapnya lalu menghela nafas sambil membuang muka. "Kau sedang melihatnya berdiri tepat di hadapan matamu."

    Jawaban Mingi barusan tampaknya adalah puncak komedi untuk pemuda itu. Dia tertawa terbahak hingga keluar air mata di sudut matanya. Mingi sejujurnya lumayan kesal karena pemuda itu seakan tidak mempercayai ucapan Mingi barusan. Baru saja satu langkah Mingi melanjutkan jalannya, pemuda itu berucap.

  "Seperti yang aku katakan tadi Mr. Barnum, aku membencinya." Katanya.

  "Apa maksudmu?" Tanya Mingi.

  "Hierarki." Katanya.

  "Aku tak mengerti apa yang sedang kau bicarakan. Jika kau tak punya apapun untuk dikatakan, bisakah kau membiarkanku pergi? Jika aku tetap disini lebih lama lagi, maka aku benar benar bisa muntah." Balas Mingi.

  "Hanya ingin memperkenalkan diri. Maaf tak melakukannya sejak awal. Namaku Hongjoong dan aku suka dengan warna rambutmu. Jika kau membutuhkan seseorang untuk berbagai cerita maka akan aku katakan adalah pilihan bodoh jika kau datang padaku, maka akan aku perkenalkan temanku ini, Yunho Elsworth, dia bisa membantumu jika kau membutuhkannya." Jelas Hongjoong.

    Mendengar 'Elsworth' disebutkan membuat alis Mingi menukik tajam. Seakan dia menyadari sesuatu dari kalimat Hongjoong barusan.

  "Apa yang seorang bangsawan Eropa ini lakukan bersama pemuda aneh sepertimu di London?" Tanya Mingi.

    Yunho yang sedari tadi diam menaikkan kedua alisnya sedikit terkejut karena pemuda bernama Mingi itu mengenalinya.

  "Menemaniku melarikan diri, mungkin?" Jawab Hongjoong.

  "Hah?! Apa yang kau—Ah, sudahlah! Tak ada untungnya juga bagiku menanyakan hal itu. Kau sudah selesai dengan perbincangan ini? Aku benar-benar ingin pergi sekarang." Ucap Mingi.

  "Iya, pergilah." Kata Hongjoong. Mendengar itu, Mingi menghela nafas dan melanjutkan langkahnya, namun dia kembali dibuat berhenti ketika Hongjoong mengatakan sesuatu.
 
 
 
 
Hei, ingin aku bantu menyelamatkan sirkus ini?"

 
 
 

    Ucapan Hongjoong membuat Mingi benar benar terkejut, matanya menatap lurus milik pemuda itu tajam, seakan menunjukkan betapa marahnya dia jikalau tahu bahwa Hongjoong tengah bercanda dengan topik yang sangat sensitif dengannya. Cukup lama Mingi menatap mata pemuda itu dan dia kembali dibuat kaget karena tak ada sedikitpun kebohongan yang Mingi lihat di sana—mata berwarna coklat kelam yang hampir hitam.

    Tangan pemuda itu lalu terulur padanya, tanpa perlu dijelaskan, Mingi tahu bahwa Hongjoong memberikannya pilihan. Jika Mingi bersedia menerima bantuan Hongjoong maka dia hanya perlu memintanya—meraih tangannya, sebaliknya jika Mingi menolak, maka dia bisa pergi—mengabaikan uluran tangan itu.

    Hampir saja, nyaris sekali Mingi menerima uluran tangan itu, namun dia seketika dihantam oleh ingatan masa lalu dan realita secara bersamaan. Pemuda yang memperkenalkan dirinya tanpa imbuhan nama belakang ini baru dia temui beberapa saat tadi, diantara barisan penonton dengan tatapannya yang bukan menuju ke arah panggung namun ke arahnya. Bagaimana mungkin Mingi bisa mempercayai orang dengan begitu mudahnya.

  "Kau bahkan tidak tahu apapun." Kata Mingi, "Lalu kau dengan semudah itu mengulurkan tanganmu seakan kamu benar benar akan membantuku."

  "Kau membutuhkan belas kasihan, bukan?" Pertanyaan Hongjoong barusan barusan sangat menyinggung Mingi.

    Belas kasihan katanya, kenapa dia bisa mengatakan hal itu? Apakah Mingi sekarang terlihat sebegitu buruknya? Sangat menyedihkan hingga dia tampak seperti seseorang yang membutuhkan belas kasihan? Walaupun paman jahatnya melakukan semua ini padanya, menghancurkan keindahan Sirkus Mimpi yang Mingi lihat ketika masih kecil, membuat Mingi kehilangan kenangan paling indah di dalam sirkus, tidak pernah sekalipun Mingi merasa jika dia perlu dikasihani. Dia mengasihani para hewan yang terperangkap, hanya itu, tak lebih.

  "Kau adalah orang paling tidak sopan dari semua orang yang telah aku temui seumur hidupku. Aku lebih bisa menerima seseorang memanggilku sebagai anak pelacur daripada diberikan pertanyaan yang tidak aku pahami dan menyinggungku. Kau pikir siapa kau?" Mingi berucap—sama sekali tak berteriak, dia masih cukup waras untuk menyadari bahwa Belka—serigala miliknya akan bereaksi agresif jika melihat Mingi berteriak pada Hongjoong.

  "Apakah aku menanyakan hal—"

  "Hongjoong." Yunho menyela, seakan meminta Hongjoong untuk tidak melanjutkan ucapannya. Yunho sambil tersenyum menatap ke arah Mingi, tatapan matanya lembut dan teduh, memberikan getaran aman di pikiran Mingi. Membuatnya berpikir, "oh, dia orang yang baik."

  "Maafkanlah kami, Mr. Barnum.. tampak jelas bahwa kami telah mengganggu dan menyinggung perasaanmu. Kami harap kamu bersedia memaafkan kami." Katanya. Tutur katanya yang begitu lembut membuat Mingi terkagum. Yunho Elsworth itu seakan telah dididik begitu keras untuk bisa memiliki kepribadian dengan cara bicaranya yang begitu. Walau dia kagum dengan tutur kata Yunho, Mingi secara bersamaan merasa tak enak hati, karena ucapan halusnya itu membuat Mingi jadi 'sungkan' untuk melanjutkan kekesalannya tadi.

    Mingi mengacak rambut merahnya sambil berdecak, "Ah, sudahlah. Apakah kalian punya hal untuk dikatakan lagi? Jika tidak, maka biarkan aku pergi."

    Yunho mengangguk, "Sekali lagi maaf menahanmu, aku rasa berada di sana adalah penjara untukmu."

    Mingi tak menjawabnya dan hanya berjalan meninggalkan dua orang "asing" itu. Belka setia mengikutinya tanpa menoleh, tak tertarik dengan manusia baru itu.

    Setelah kepergian Mingi, Yunho menatap Hongjoong sambil tersenyum palsu. "Kau tau tidak seharusnya mengatakan itu, bukan?"

    Hongjoong mengangguk, usahanya untuk tidak membuat Yunho lebih kesal daripada ini. "Jika aku bersikap baik sepertimu, dia akan berpikir bahwa itu hanya bantuan biasa dari orang lain yang sering dia dapatkan, dia akan meyakinkan dirinya sendiri bahwa kita tak akan bisa membantu apapun. Sementara jika aku membuat diriku terlihat buruk begini, dia akan memikirkannya."

  "Memikirkan bahwa kau bisa membantunya?" Tanya Yunho.

    Hongjoong tertawa sambil menggelengkan kepala, "Berpikir bahwa dia memang membutuhkan belas kasihan."

  "Bukankah itu tidak mungkin?" Tanya Yunho lagi.

  "Kamu tahu Yunho? Walau kata belas kasihan begitu buruk ditelinga dan di otak tiap manusia karena seakan itu adalah bentuk ketidakberdayaan dan bukti betapa lemahnya diri, simbol tidak adanya harga diri karena menerima belas kasihan. Namun, di dunia yang telah cedera ini, belas kasihan adalah bahasa cinta terbaik dari sebuah kepedulian manusia terhadap manusia lainnya. Karena ketika kamu mempercayai Tuhan, yang kau harapkan dari-Nya bukanlah sebuah keadilan melainkan belas kasihan. Maka akan Tuhan berikan belas kasih-Nya, sebagai bentuk cinta-Nya yang paling besar." Jelas Hongjoong.

    Yunho tertawa kecil, "Aku kira kita seorang anti-agama, Hongjoong."

  "Aku hanyalah seorang anti-hierarki." Balas Hongjoong ikut tertawa.

.
.

    Mingi berjalan cukup lama, hingga dia berhenti di salah satu gang sempit kota London. Punggungnya bersandar di tembok bersamaan dengan helaan nafas panjangnya. Dia mengacak rambut merahnya lagi, yang ini entah sudah keberapa, Mingi kehilangan hitungannya. Alih alih memikirkan soal ucapan bangsawan Elsworth itu, Mingi malah memikirkan ucapan pemuda tanpa nama belakang yang kata katanya menyinggung hatinya.

    Belas kasihan katanya—Mingi kesal dengan bagaimana pemuda itu menyampaikan hal itu padanya, namun walau begitu, Mingi tidak benar benar mengetahui apa makna tersirat belas kasihan dari ucapan Hongjoong untuknya. Bukankah semua orang memilikinya? Rasa belas kasihan? Hanya saja mereka mengartikannya secara berbeda.

    Beberapa menganggap itu pertolongan dan beberapa lainnya menganggap itu sebagai hinaan. Mingi ada di tengah tengah, dia kesal namun secara bersamaan ada sesuatu di dalam hatinya yang berhasil diketuk oleh Hongjoong, rasa belas kasihan yang dia tawarkan tadi berhasil menenangkan sedikit tempat yang sebelumnya bergejolak karena rasa kasihan pada diri sendiri.

    Mingi lalu menoleh ke arah Belka, "Bahkan manusia baik seperti Ayah saja ketika menerima belas kasihan, sampai mati dia ditindas oleh manusia lain. Bagaimana mungkin aku mendapatkan yang lebih baik daripada itu? Jangankan lebih baik, setara saja aku tidak berani memimpikannya."
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
######

Halo, Hola!

Apa kabar kalian?
Kayaknya aku update tidak pada seharusnya tapi gapapa, yang penting update, kan :v
Minggu ini kelasku beneran full nangis, tugas bejibun buset beneran. Aku jadi ngerasa kayak lagi gali lubang tutup lubang gitu :') selesai satu tumbuh seribu beneran.

Sampai hari Rabu kemarin tuh, lawak banget satu kelas tanpa janjian tidur lebih dari jam 11 semua gara gara ngerjakan tugas. Pas Kamis paginya satu kelas mukanya luset semua asli.

Kata kata semangat di hari Rabu kemarin :')

 
 
Btw, kalian sehat, kan?
Baik baik jaga kesehatan yaa
Jangan lupa bahagia <3
 
 
Makasih udah baca!
 
Luv kalian semua ❣️❣️❣️
 
   
 

Continue Reading

You'll Also Like

132K 25K 44
❝ Cepat atau lambat semuanya akan dimulai. ❞ • • • • • © REYJONQUIL ─ 10 Juli 2021
500K 37.2K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
86.2K 8.2K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
103K 33.2K 36
Wooyoung : "Kode terbaik yang nggak akan lekang oleh zaman adalah nge share lagu yang mewakili perasaan lewat SW." Yohan : "Lingsir Wengi gitu misaln...