LDR

By teahmanis

1.3K 157 134

⚠18+⚠ Tidak mudah menjalani hubungan jarak jauh. Rindu dan prasangka senantiasa menjadi bumbu di setiap harin... More

Prolog
Putus
Kalung gembok cinta
Rindu🌼
Sweetie
Baby finger
LDR 2.
LDR 3.
LDR 4.
LDR 6.
LDR 7.
LDR 8.
LDR 9.
LDR 10.
LDR 11.
LDR 12.
LDR 13.
LDR 14.
Fighting.
LDR 15.
LDR 16.
LDR 17.
LDR 18.
LDR 19.
LDR 20.

LDR 5.

45 6 1
By teahmanis



LDR 5

Jo Tae Yong pulang ke apartemen pribadinya. Ia hampir mengacak seluruh isi lemari karena merasa kebingungan untuk menentukan outfit mana yang akan ia kenakan besok untuk mengantar Ariana ke dokter.

"Astaga." Ia mengusak rambutnya merasa frustrasi. Belum pernah ada wanita yang membuatnya sekacau ini sebelumnya.

Tae Yong termenung di tengah banyaknya pakaian yang berserakan di atas lantai. Pikirannya seolah terbang melanglang buana.

"Ariana," gumamnya seraya memejamkan mata.

***

Siang pun tiba.

Sesuai janjinya, Jo Tae Yong menemui Ariana ke kantor setelah waktu makan siang. Ia masuk ke dalam ruangan dengan diantar oleh sekretaris Ariana.

"Ariana."

Ariana tertegun ke arah pria yang memanggil namanya tersebut.

"Aku ke sini untuk mengantarmu ke dokter. Bukankah perbanmu sudah boleh dibuka?" Tae Yong berujar.

Ariana menyentuh lengannya yang diperban secara perlahan.

"Kajja!" seru Tae Yong.

Keduanya pun pergi ke rumah sakit.

Ariana tampak bahagia ketika perban itu tak lagi membalut kulitnya. Wajahnya berseri-seri sedang memikirkan kebahagiaan lainnya.

Wanita egois itu tidak pernah basa basi mengutarakan keinginannya. Ia ingin segera menemui Jeong Jimin hingga Tae Yong tertegun mendengarnya.

Pria tampan itu tidak bisa menolaknya dan segera mengantarkan Ariana ke tempat tujuan.

Ariana bergegas turun dari dalam mobilnya. Namun, langkahnya terhenti untuk mengenakan kembali penyangga di lengannya seolah ia masih terluka.

Sementara Tae Yong hanya berdiam diri di tempat parkir dan membiarkan Ariana melakukan apa pun sesuka hatinya.

Ariana bergegas pergi dan berhenti di lobi ketika melihat Jimin bersama rombongannya. Pria soft itu hanya meliriknya seakan tidak memedulikan keberadaan Ariana di sana. Bahkan mereka tidak bertegur sapa. Ariana hanya bungkam memandangi mereka berlalu dari hadapannya.

Ariana masih berdiri menantinya dan berharap bahwa kekasihnya itu akan menghampiri. Benar saja, pria itu kini tampak dan melangkah ke arahnya.

"Jeong." Ariana mengukir senyuman.

"Mengapa kau ke sini?" Jimin mendekat ke hadapannya dan memperhatikan tangan Ariana yang masih diperban.

"Aku merindukanmu," ungkap Ariana tanpa ragu.

Jeong Jimin menatapnya kemudian berpaling. Ia harus bisa mengendalikan diri untuk tetap bersikap acuh tak acuh. Ia tidak bisa membohongi diri bahwa sebenarnya ia juga sangat merindukan Ariana.

"Jeong." Ariana pun menyentuh salah satu lengan pria tersebut.

Jeong Jimin terkesiap memperhatikan sentuhannya itu. Maniknya menajam semakin tak kuasa untuk bersandiwara.

"Pergilah! Untuk apa kau mengatakan hal seperti ini? Bukankah ini semua hanya membuang waktu? Kau lihat sendiri, bukan? Aku sedang sibuk," pungkasnya.

Ariana terpaku mendengarnya. Jeong Jimin menyentuh pundaknya secara perlahan. "Kita sudah putus. Apa kau tidak ingat?" Ia menatap Ariana dengan atensi penuh.

Ariana semakin terpaku dibuatnya, raut wajahnya menjadi datar sedang berusaha mencari kebohongan pada dua bola mata yang kini menatapnya dengan penuh perhatian.

"Aku pergi." Jimin mulai menjauhinya kemudian melangkah pergi dari hadapan Ariana.

Ariana tidak bisa berkata-kata. Kalau di film-film seharusnya ia berteriak ataupun mencaci maki pria itu hingga menangis tersedu-sedu, tetapi apa yang akan ia lakukan sekarang? Bergegas kembali ke tempat parkir dan duduk di sana untuk membuang penyangga lengannya.

"Ariana." Jo Tae Yong menghampirinya.

"Apakah kau akan mencoba menenangkanku? Seperti yang biasa dilakukan oleh pria di film-film?" Ariana dengan memandang penuh ke hadapan Tae Yong.

Jo Tae Yong terperangah hingga mulutnya menganga. Pertanyaan itu tentu saja membuatnya sedikit geli dan ingin tertawa.

"Hm, aku bukan wanita lemah yang nantinya akan menangis dan berakhir di dalam pelukan seorang pria," ketus Ariana yang kemudian berpaling dari hadapan Tae Yong.

Pria itu kembali tercengang juga berpaling muka karena merasa tak percaya dengan apa yang Ariana ucapkan barusan.

"Ayo kita pergi!"

"Ke mana?"

"Apakah kau mau makan malam denganku?" tawar Tae Yong tanpa basa basi.

Tanpa berpikir. Ariana pun merekomendasikan tempat yang sering ia singgahi bersama dengan Jeong Jimin.

"Baiklah. Aku akan menjemputmu jam tujuh malam. Bagaimana?" tanya Tae Yong. "Oh, aku lupa menanyakan satu hal. Itu pun kalau Nona Go tidak sibuk," sambungnya.

Ariana tampak berpikir, tempat yang ia rekomendasikan hanya akan membuatnya teringat pada Jimin. "Sebaiknya batalkan saja tempat yang tadi. Kau saja yang mencari tempatnya, mumpung aku sedang tidak sibuk," ujarnya yang kemudian berlalu dari hadapan Tae Yong.

Pria itu tampak senang memandangnya, mengikuti ke mana arahnya pergi. Ia menundukkan wajah dan mengulum senyuman.

Tepat jam tujuh malam. Tae Yong menjemput Ariana ke rumahnya.

"Tae Yong, bagaimana penampilanku?" seru Ariana yang kini berdiri tak jauh dari hadapannya.

Pria itu terpaku memandangi penampilan Ariana yang benar-benar berbeda dari sebelumnya. Wanita itu mengenakan gaun hitam yang indah, belahan kainnya hampir memperlihatkan seluruh paha mulusnya, dipadu padankan dengan hand bag yang senada, semakin membuatnya terlihat mengagumkan dan manis dipandang.

"Ini di luar ekspektasi," pungkas Jo Tae Yong.

Ariana mengernyit memandangnya.

"Kupikir kau akan mengenakan pakaian kantoran, Nona Go," sarkasnya.

"Jangan meledekku! Aku hanya sedang berusaha untuk tampil seperti wanita lain yang terlihat manis dan menggemaskan," ujar Ariana yang kemudian berpaling karena merasa geli sendiri ketika mengatakannya.

"Apakah ini berarti aku orang pertama yang melihatmu berpenampilan seperti ini?" Tae Yong mendekat dan menatapnya dengan intens.

"Hm, berhentilah untuk menatap gadis seperti itu!" Ariana berlalu dari hadapannya.

"Gadis?" Tae Yong mengulang kembali satu kata yang baru saja Ariana ucapkan.

Ariana sontak menoleh. Pria itu mengulum senyuman kemudian mengedikkan bahunya.

Ariana kembali melangkah. Tanpa sadar pria itu mulai memperhatikan lekuk tubuhnya dari belakang.

"Gadis?" Tae Yong bergumam, matanya memicing tajam. Ia akui bahwa dirinya semakin penasaran pada Ariana.

Keduanya makan malam di sebuah restoran yang sering Tae Yong singgahi ketika ia berkencan dengan beberapa wanita. Bahkan kali ini saja di restoran itu ada salah satu wanita yang mengenalinya hingga mendekat ke hadapan meja makannya.

"Jadi di sini kau rupanya, Jo Tae Yong?" Wanita itu berdiri tegap dengan memandangi keduanya.

Ariana dan Tae Yong mendongakkan wajah untuk melihat siapa yang sedang menyapa.

Wanita itu mendelik memperhatikan Ariana secara intens, tetapi Ariana tidak ingin menghiraukannya. Berbeda dengan Jo Tae Yong yang kemudian beranjak dari duduknya dan mendekat ke hadapan wanita itu.

"Mengapa kau ke sini?"

"Hm, aku memang sering berada di sini untuk makan malam. Lalu apa yang kau lakukan di sini? Kau bersama wanita lain? Apakah dia koleksi barumu?" Wanita itu kembali melirik Ariana dengan tatapan sengit.

"Jaga mulutmu!" tegas Tae Yong, tak terima.

"Hm, siapa wanita ini?" Wanita itu pun melenggang tepat ke samping Ariana yang sedang menikmati makanannya. "Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya wanita tersebut dengan nada ketus.

"Hentikan dan jangan mengganggunya!" Tae Yong mendekat dan meraih salah satu lengan wanita itu.

"Aku tidak akan berhenti sebelum kau memberiku penjelasan atas hubungan kita, Tae Yong," bentak wanita tersebut dengan suara keras hingga menimbulkan perhatian dari beberapa pengunjung yang ada di sana.

Jo Tae Yong terperangah dan menoleh ke sana ke mari. Wanita itu berpaling dan kembali mendekat ke samping Ariana.

"Berdirilah! Kita perlu bicara."

Ariana tampak tenang. Kedua tangannya sedang sibuk memotong steak menggunakan garpu dan pisau kemudian menyantap makanannya secara perlahan. Seolah tidak ada keributan di sana.

"Yak!"

Bragh!

Wanita itu menggebrak meja makan lantaran kesal karena Ariana tidak juga meresponsnya.

"Hentikan!" Tae Yong kembali mencegahnya.

Ariana menghela napas secara perlahan kemudian meraih air minum dan meneguknya dengan anggun.

"Apa kau tuli?" Wanita itu semakin tak bisa mengontrol ucapannya hingga berani membentak Ariana.

Ariana beranjak dari duduknya dan berdiri tepat di hadapan wanita itu. "Hah ... mengapa berisik sekali?" Ia mengusap surainya secara perlahan.

Wanita itu semakin dibuat kesal oleh sikap Ariana yang seolah tak gentar dengan gertakannya.

"Ada apa? Mengapa kau datang mengganggu kami?" Ariana menatapnya dengan intens.

"Nona Go," gumam Tae Yong.

Wanita itu hendak menamparnya. Namun, dengan sigap Ariana berhasil menahan tangan itu. Tatapannya menajam memperhatikan wajah cantik yang kini berani mengusiknya. Ia menepis tangan tersebut hingga wanita itu hampir tersungkur. Kemudian mengambil segelas air minum di mejanya, lalu menumpahkannya tepat ke atas kepala wanita itu.

"Akh!" Wanita itu terperangah oleh perlakuan Ariana terhadapnya.

"Kuperingatkan padamu. Aku tidak ingin diganggu ketika sedang makan," pungkas Ariana yang kemudian melangkah meninggalkan keduanya.

Wanita itu jelas merasa kesal karena merasa dipermalukan.

"Ariana!" Jo Tae Yong meraih salah satu lengannya. Ariana berbalik memandangnya.

"Maafkan aku," ucap Tae Yong.

"Apakah aku harus menamparmu?" timpal Ariana.

"Apa?" ucap Tae Yong yang tercengang atas ucapan Ariana.

"Untung saja aku bukan pacarmu. Jika demikian, maka aku akan menghajarmu," tukas Ariana. Sedangkan Jo Tae Yong hanya bungkam tanpa dapat berkomentar.

"Aku ingin pulang." Ariana pun melangkah ke tempat parkir.

Tiba-tiba ada sebuah mobil yang menuju ke arahnya dengan laju yang cukup cepat. Jo Tae Yong tercengang, tetapi dengan cepat pula ia mendekat dan mendorong Ariana agar terhindar dari mobil itu.

"Ari!"

"Akh!"

Jo Tae Yong terserempet hingga tersungkur ke tepi jalan.

"Tae Yong!" Ariana bergegas menolong pria yang kini sudah tergeletak.

"Akh!" Jo Tae Yong memegangi salah satu lengannya yang kini mengeluarkan banyak darah.

Ariana tampak panik dan bingung harus berbuat apa. "To- tolong!" Ia pun berteriak untuk meminta pertolongan pada siapa pun yang berada di sana.

"To- tolong!"

Jo Tae Yong merasa heran melihatnya.

"Tolong!" teriak Ariana yang masih tampak histeris.

"Ari!" Tae Yong meraih tengkuk lehernya dan menatapnya dengan intens. "Tenanglah!" pintanya.

Ariana tampak gugup bahkan kini tubuhnya sedikit gemetar. Di tengah rasa sakitnya, pria itu pun mencoba meyakinkan Ariana bahwa ia baik-baik saja.

"Bawa aku ke dokter," pungkasnya.

Ariana mengangguk dan bergegas memapahnya. Tae Yong terpaksa menyetir karena Ariana tidak bisa mengendalikan dirinya. Sepanjang perjalanan, Ariana hanya mampu memandangi Jo Tae Yong. Sementara pria itu sedang fokus mengemudi dan sesekali menoleh pada Ariana, memberinya keyakinan bahwa ia baik-baik saja.

Sesampainya di rumah sakit, Ariana segera berlari untuk mencari dokter atau perawat yang akan menangani Jo Tae Yong. Pria itu terpaku melihat sikap Ariana. Ia tidak pernah tahu kalau seorang Ariana Go mempunyai panic attack.

Perawat pun bergegas untuk menangani luka Jo Tae Yong dengan membawanya ke UGD. Sementara Ariana diminta menunggu di ruang tunggu.

Jo Tae Yong menghubungi Jeong Jimin dan memberitahukan bahwa Ariana sedang berada di rumah sakit. Tidak lama kemudian Jimin tiba di rumah sakit itu dan bergegas mencari Ariana. Langkahnya terhenti kala melihat Ariana yang sedang duduk dalam keadaan panik. Wanita itu sedang menggigit-gigit beberapa kuku jemarinya. Pandangannya seakan kosong, sementara kedua kakinya tidak bisa diam. Helaan napas lolos darinya bilah bibir tipis perempuan tersebut. Sementara itu, Jimin mengerjapkan mata merasa lega karena Ariana baik-baik saja. Ia mendekat dan memandanginya dari dekat.

"Ari," sapanya lembut.

Ariana mendongakkan wajah memandangi siapa yang datang ke hadapannya. "Jeong!" Ia pun berdiri dan segera memeluknya dengan erat.

"Darahnya banyak sekali," gumam Ariana rancu dengan wajah yang masih kacau.

"Tenanglah! Tae Yong sudah ditangani." Jimin merengkuh dan mengusap lembut kepalanya.

Ariana melepaskan pelukan dan menatap wajah kekasihnya tersebut. Pria itu mengangguk pelan, kemudian menyeka air mata Ariana.

Jimin mengernyit merasa bahwa Ariana sedikit berbeda dari biasanya. Benar saja, wanita itu tampak lebih feminim dengan balutan gaun indah. Ia semakin tercengang kemudian melepaskan jasnya untuk menutupi belahan gaun yang hampir mengekspos seluruh kaki jenjang Ariana.

Ariana merasa lebih tenang dan kembali melabuhkan diri ke dalam dekapan Jimin. Sedangkan pria itu lekas mendekapnya dan mengecup pelipis Ariana berkali-kali.

Jo Tae Yong sudah ditangani. Ia keluar dari ruangan dan terpaku ketika melihat keduanya sedang berpelukan.



Tae Yong : Ko, aku cemburu? 🙄

Continue Reading

You'll Also Like

74.8K 9.8K 103
This is just fanfiction, don't hate me! This is short story! Happy reading💜
77.5K 14.3K 27
Lisa terus mendapatkan pesan-pesan penipuan dari nomor yang berbeda-beda ke ponselnya, dari yang tidak merasa terganggu, lama kelamaan Lisa menjadi m...
Tentang Takdir By

Fanfiction

42.5K 3.4K 56
Ayoooo siapa yang dari kemaren nungguin season 2 nya MARIALINO. ini adalah kelanjutan dari MARIALINO, jangan lupa baca dulu yaa bagian cerita MARIALI...
35.1K 5.3K 20
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG