Elano

syyasy द्वारा

2.1K 256 542

ꜱᴇᴋᴜᴇʟ ᴄᴇʀɪᴛᴀ ꜱᴛᴏʀʏ ᴋᴀɪʟᴀ. ʙɪꜱᴀ ᴅɪ ʙᴀᴄᴀ ᴛᴇʀᴘɪꜱᴀʜ ɪɴɪ ᴋᴀʀʏᴀ ᴅɪɴᴅᴀ, ᴊᴀɴɢᴀɴ ᴅɪ ᴛɪʀᴜ. -- Elano Alister Danendra... अधिक

PROLOG
1 => DARE OR TARUHAN?
2 => MINE
3 => INTEROGASI
5 => MOVE ON
6 => ELEVAR
7 => PERTEMUAN
8 => SHEERA DAN AZA
9 => LUKA
10 => PENYERANGAN
11 => MOOD BOOSTER
12 => BULLYING
13 => MANA MATAMU?
14 => MEMBUJUK BUNDA
15 => KEMBALINYA SAGALA
16 => PENGAKUAN
17 => TENTANG SAGALA
18 => REYYA
19. Bertahan Untuk Membuktikan

4 => RASA NYAMAN

122 17 69
syyasy द्वारा

Hai, assalamualaikum!

Masih mau nekat baca Elano? Resiko tanggung sendiri.

>HAPPY READING<

=> RASA NYAMAN?

-+

Suasana pagi yang cerah tidak mampu membendung kekesalan Aza pada lelaki yang kemarin secara gamblang mengklaim Ia menjadi pacarnya. Tatapan mengintimidasi diberikan setiap orang yang ada di koridor, membuatnya merasa tak nyaman. Apalagi suara Adit yang cempreng itu tak henti-hentinya mengoceh, membahas hal yang menurutnya sama sekali tidak penting.

El mendadak menghentikan langkahnya saat hendak berbelok menuju kelas Aza. Membalikkan tubuh menghadap pada ketiga sahabatnya yang setia mengekori sedari tadi.

"Bisa ngga, ngga usah ngomongin hal yang ngga penting? Suara Lo itu ngga enak, bikin gendang telinga gue hampir pecah." sarkasnya membuat Adit bungkam. Setelah mengatakan hal itu, El kembali menarik lembut tangan Aza untuk menjauh dari jangkauan manusia ngga punya akhlak seperti Adit. Satria yang melihat itu hanya tersenyum mengejek.

"Mampus! Emang sampah, ya, mulut Lo!?" kini Satria telah memecahkan tawanya melihat raut wajah Adit yang di buat sok imut.

Dengan kasar, Vino meraup wajah tak berdosa Adit hingga membuat sang empu mengumpat tertahan. "Vinoasu!"

Sedangkan El, Ia tak mempedulikan sahabatnya dan terus berjalan seraya menggandeng tangan mungil Aza. Sesampainya di depan kelas yang bertuliskan 'XII IPA-2'.

"Masuk, gih! Belajar yang bener, jangan mikirin aku terus!" El berucap sembari mengacak rambut Aza pelan. Tak sadar, keduanya sudah menjadi pusat perhatian. Teman sekelas Aza bahkan berteriak histeris saking bapernya.

"Kamu pake blush on-nya ketebelan, ya?" godanya seketika membuat pipi gadis itu kian memanas.

"Kamu kalau salting gini, malah makin gemesin, deh!?"

Blush.

Aza mengumpat dalam hati. Wajahnya memerah entah karena salting atau malu. Ia merasa bahwa telinganya juga ikut memerah mendengar pernyataan El. Jantungnya berdegup kencang, deg-degan.

Ia bingung harus apa sekarang. Melihat sikap El dan pernyataan cowok itu tadi pagi saat berbincang dengan Ayah serta Kakaknya, membuat benteng pertahanan yang Ia bangun agar tidak jatuh dalam pesona El serta masuk menyelam lebih dalam pada hidup cowok itu, kini mulai goyah. Mulutnya ingin mengatakan bahwa Ia tidak akan jatuh cinta pada El. Namun, berbanding terbalik dengan lubuk hatinya yang paling dalam.

Rasa nyaman itu, sedang mengusik pikirannya. Nyaman saat Ia berada dekat dengan El dan nyaman saat melihat cowok introvert itu bisa tersenyum karenanya. Hatinya bergejolak, namun Ia segera menepis. Berharap rasa ini benar-benar tidak akan hadir. Tapi, siapa yang bisa mengubah takdir Tuhan?

"Malu-maluin." alis El tertaut saat Aza mengeluarkan suara.

"Kamu malu?" hanya di balas anggukan oleh Aza.

"Kenapa harus malu? Seharusnya kamu bersyukur dong, punya pacar kek aku. Ganteng, berwibawa, kaya, pintar, ketua geng pula. Pokoknya ngga semua orang punya apa yang aku miliki!"

"Iya, karena orang itu bukan kamu. Kamu adalah orang pertama yang aku temui, dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi." dengus gadis itu sebal.

El tersenyum. Benar kata Aza, tidak semua orang memiliki apa yang Ia miliki. Karena orang itu bukan dirinya, yang memiliki segalanya. Kasih sayang, cinta, materi, serta kekuasaan. Semua yang Ia inginkan selalu tercapai. Namun, ada satu hal yang sampai sekarang belum Ia dapatkan, membalas dendam atas kematian sang Daddy.

"Ya udah, sana pergi! Ngapain masih disini?" lamunan El buyar saat Aza menyuruhnya untuk segera pergi.

El tersenyum. Entah kenapa, memandangi wajah imut Aza membuatnya merasa nyaman. "El? Kamu melamun?" tanya Aza seraya melambaikan tangannya di depan wajah El yang kini tengah tersenyum.

"Aku balik, ya. Sampai ketemu nanti di kantin, bye ayangnya El!"

Blush.

Sungguh, Aza tak tau harus berbuat apa. Antara harus senang, malu atau harus salting? Jantungnya juga sama sekali tidak bisa di ajak kompromi, berdebar-debar.

Tanpa ingin memikirkan hal yang tidak penting (?) Aza berjalan pelan memasuki kelasnya. Baru saja Ia mendaratkan bokongnya dengan sempurna di tempat biasa Ia duduk, seketika menjadi ramai karena anak kelas yang kepo dengan kelanjutan hubungan Ia dan juga El.

"Za, gimana rasanya pacaran sama cucu pemilik sekolah?"

"Enak ngga, Za, pacaran sama ketua geng?"

"Aza udah punya ayang, terus gue sama siapa dong?"

"Emang El sebucin itu, ya, sama Lo?"

Masih banyak lagi pertanyaan yang di dengar oleh Aza, namun gadis itu memilih untuk menutup telinga rapat-rapat. Jika Ia tidak mampu menutup satu-persatu mulut orang yang berbicara, hanya karena Ia memiliki dua tangan. Maka Ia akan menggunakan dua tangan itu untuk menutup telinganya rapat. Ghea yang melihat sahabatnya merasa terpojokkan akan hal ini, berusaha membuat teman kelasnya mengerti.

"Yah, Ghea ngga asyik!" dengus salah satu teman sekelasnya. Sedangkan sang empunya nama, hanya memutar bola mata.

"Za? Lo gapapa?" tanya Aluna menatap Aza.

"Kenapa murung gitu, sih? Seharusnya Lo itu seneng, di manjain sama ayang. Apalagi kalau ayangnya itu, El!" tukas Reyya alay.

Aza mendongak, "bukan itu masalahnya, Rey. Aku-"

"Lo masih khawatir? Ingat, Za. Kita sebagai manusia biasa ngga bisa tau apa isi hati orang lain."

"Nah, kali ini gue setuju sama Reyya. Tumben Lo pinter?" tanya Aluna mengejek. Sedangkan yang di ejek hanya mendengung kesal.

"Ngga ada yang tau, kan, perasaannya El gimana sama Lo? Mungkin dia udah lama memendam rasa itu, tapi dia ngga tau gimana cara mengungkapkan perasaan yang ada dalam hatinya. Alhasil, dia menggunakan cara yang menurut gue agak kurang tepat, sih, sebenarnya!" jelas Ghea.

--

Sejatinya, surga dunia bagi seluruh siswa hanya ada dua, jam istirahat dan saat bel pulang berbunyi. Kini, kantin sudah menjadi lautan manusia kelaparan yang ingin segera menuntaskan rasa laparnya. Beberapa stand makanan sudah banyak yang mengantri serta dorong-dorongan guna mendapat giliran maju.

Melihat suasana kantin yang ramai, membuat Aza beserta ketiga sahabatnya celingak-celinguk mencari meja kantin yang kosong. Beberapa menit mereka berdiri dan masih belum menemukan tempat. Saat hendak berbalik menuju kelas dan memutuskan untuk memakan bekal yang mereka bawa, tepukan di bahu Aza menghentikan langkah keempat gadis itu.

"Mau kemana, hm?" tanya El lembut, seraya menyelipkan helaian rambut Aza yang menutupi sebagian wajah cantiknya.

Aza menunduk, karena lagi dan lagi Ia menjadi pusat perhatian. "Kalau lagi sama aku, jangan pernah nunduk!" ucap El tegas.

"Ayo ikut aku." El menggandeng tangan Aza menuju meja kantin paling pojok. Meja yang memang biasanya di tempati oleh keempat inti Fuerza.

"Lo pesen sana, Dit!" suruh El seenak jidat.

"Gue nitip, Dit."

"Gue juga, ya. Biasa." sahut Satria ikut-ikutan.

Adit menatap kesal pada sahabatnya, "enak aja main suruh-suruh. Emang gue babu Lo!?"

"Emang babu." sarkas El dan Satria bersamaan.

El menyodorkan beberapa lembar uang berwarna merah untuk membungkam mulut Adit. "Pesen sana, kembaliannya ambil!"

Senyum Adit merekah, "gini, kan, enak."

"Cih, mata duitan!" desis Reyya dan Ghea malas.

"Eh, ada neng cantik. Temenin Abang Adit, yuk!" tanpa persetujuan dari sang empu, Adit menarik Reyya paksa.

"Adit anjing, babi. Ngapain Lo seret gue, Maemunah? Kayak ngga ada makhluk lain aja, shit!" umpat Reyya yang kepalang kesal dengan tingkah Adit.

"Mereka cocok, ya, yang?" ucap El tiba-tiba seraya menatap Adit dan Reyya yang sibuk berdebat di tengah keramaian.

Aza mendelik, "yang?" El hanya mengangguk polos, membuat siapapun yang melihat ingin sekali meraup wajah El.

"Si paling-paling bucin," kekeh Ghea menatap Aza dan El. Aza yang sadar bahwa Ghea sedang menggodanya, menyikutnya pelan.

"Iya, ayang!"

Blush.

Lagi dan lagi, El berhasil membuatnya blushing. Rasanya, ada ribuan kupu-kupu yang sedang terbang dalam perutnya. Geli dan menggelitik.

"Apasih!?" Aza mengalihkan pandangan agar El tak tau jika pipinya memerah karena salting.

"Kamu kalau salting lucu, jadi makin sayang!"

Hancur sudah pertahanan yang Aza buat. Kini tidak hanya pipi, melainkan seluruh wajahnya memerah seperti kepiting rebus.

"Inpo tiket pindah ke Mars dong, Kak!" Satria yang ada di samping El mendengus.

"Yang punya ayang, mah, beda! Apalah daya kita yang jomblo, kan, cuma ngontrak. Dunia serasa milik berdua!" Aluna dan Ghea tertawa karena merasa berhasil membuat Aza semakin salting.

-+

<<TO BE CONTINUE>>

cukup kan? yang masih bertahan, apa mental anda aman? apa jiwa jomblo anda meronta-ronta? jujur, aku yang buat cerita mereka aja geli sendiri, sksk.

sekian dulu ya, terimakasih.

See u.

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

Riptide V द्वारा

किशोर उपन्यास

330K 8.4K 118
In which Delphi Reynolds, daughter of Ryan Reynolds, decides to start acting again. ACHEIVEMENTS: #2- Walker (1000+ stories) #1- Scobell (53 stories)...
kilian [21+] Angelangel द्वारा

किशोर उपन्यास

162K 969 31
spoiler "Berani main-main sama gue iya? Gimana kalau gue ajak lo main bareng diranjang, hm? " ucap kilian sambil menujukan smirk nya. Sontak hal ter...
1.1M 62K 40
Millie Ripley has only ever known one player next door. Luke Dawson. But with only a couple months left before he graduates and a blackmailer on th...
Trustfall awonderfulworldhp द्वारा

किशोर उपन्यास

53.4K 1.2K 23
Alessia is a 14 year old girl, her whole life she has been protecting her little brother, but one day their mother gets killed and they have to live...