Hujan Kemarin

By mentarisendja_

2.3K 1.2K 1.2K

Semenjak dirimu pergi, hujan turun lebih sering. Start : 1 Oct 2022 Midnight update More

#Prolog
#1 : Is this last night?
#3 : Aku rindu
#4 : Dia kembali
#5: Annoying boy
#6 : Positive
#7 : Apa yang terlewatkan?
#8 ; Cooking with love
#9 : Another side of Aksa
#10 : Dia lagi
#11 : Malam Minggu

#2 : Monolog

272 159 189
By mentarisendja_

Aku berbicara denganmu tapi kamu hanya diam, aku menceritakan bagaimana aku menjalani hari tanpamu. Kemudian aku menangis, memeluk rinduku yang berjatuhan.

_Lavanya Rettasya_

.

.

.

Retta menggeliat di atas kasurnya, sinar matahari yang masuk lewat jendela kamarnya membuatnya menyipitkan matanya. Kepalanya berdenyut nyeri, kala ia mencoba merubah posisinya. Ia meraba-raba keningnya yang terdapat kompres penurun panas. Sepertinya ia demam karena kehujanan semalam padahal ia mengira bahwa hujan tidak akan turun semalam.

Retta kembali memeluk gulingnya dan termenung, merenungi mimpi yang semalam dialaminya. Mata sayu itu, menyorot sendu. Mimpi yang sangat indah harus berakhir ketika ia terbangun. Malam itu selalu terulang dimimpinya, menghantamnya dengan kuat hingga hatinya kembali disambar luka.

"Udah bangun?" Tanya Radit lalu menghampiri Retta.

Lelaki berusia dua puluh satu tahun itu langsung memeriksa suhu tubuh Retta dengan menggunakan termometer. Hanya sebentar, lalu mengambilnya dari mulut Retta. Ia menghembuskan napas pelan ketika mengetahui bahwa suhu tubuh Retta sudah menurun. Semalam saat ia hendak pergi ke kamar mandi ia mendengar Retta yang mengigau. Ia pun menghampiri adiknya itu, dan benar dugaannya bahwa Retta mengalami demam semalam.

"Makan dulu."

"Gue mau mandi, gue nggak bisa makan kalau belum mandi."

"Nggak usah, entar lo pingsan di kamar mandi gue lagi yang repot."

Retta berdecak pelan, Radit tidak pernah lelah untuk mengajaknya berdebat tak peduli dengan kondisinya yang sedang sakit. Padahal ia sungguh tidak bisa makan jika belum melakukan aktivitas yang namanya mandi. Setidaknya untuk menggosok gigi, ia harus melakukannya. Retta menyibakkan selimut yang membalut tubuhnya. Berjalan sempoyongan dengan tangan yang meraba-raba tembok menuju kamar mandi dengan menahan denyutan dikepalanya.

"Mau kemana?"

"Berak, lo mau ikut?" Jawab Retta sinis.

Retta langsung menutup pintu kamar mandi setelah mengatakan hal itu. Sesekali berbohong juga perlu untuk menghindari situasi yang rumit. Yang benar saja ia harus menelan bubur yang bertekstur lembek itu dengan kondisi belum menggosok gigi. Bukannya masuk ke perut dengan baik, yang ada ia akan memuntahkan kembali makanan itu sebelum diproses oleh lambungnya. Catat! Ia tidak menyukai makanan bertekstur lembek seperti bubur, pisang dan makanan lembek sejenisnya. Apalagi di samping mangkuk bubur terdapat beberapa butir obat yang diletakkan dipiring kecil. Selain makanan lembek, ia tidak suka dengan obat karena baunya yang menyengat.

"Lama banget, nyedot wc lo?"

Retta memuntahkan cairan pencuci mulut. Ia ingin memuntahkan semua isi perutnya setelah mendengar ucapan Radit. Ia menatap wajahnya yang sedikit pucat, padahal ia baik-baik saja, Radit saja yang berlebihan. Seharusnya ia masih sanggup untuk pergi ke sekolah namun mimpi panjang itu membuatnya kesiangan.

"Buruan dimakan, nggak usah ngelamun."

"Lo cocok ikut ngerumpi sama ibu-ibu kompleks."

"Apa?"

"Lo cerewetnya sama kayak ibu-ibu."

Radit hanya menggelengkan kepalanya pelan. Adiknya ini sangat keras kepala, padahal ia seperti itu karena perhatian. Ia sudah mewanti-wanti Retta untuk tidak pulang larut malam, parahnya lagi semalam gadis itu kehujanan. Entah kapan Marchel pulih, agar Retta tidak seperti ini lagi. Memang, semenjak Marchel sakit Retta sedikit berubah.

Retta menyipitkan matanya saat memergoki Radit yang sedang menatapnya. "Gue secantik itu ya, sampai Lo nggak kedip ngeliatin gue?"

Radit mengucek matanya, lalu mengedip-kedipkan matanya. "Ta, hidung Lo makin kecil deh, kayaknya bakal berpindah ke pantat. Bibir Lo makin gede soalnya, hidung Lo enggak pede jadinya."

Demi kesehatannya dan menjaga pita suaranya agar tidak semakin serak. Retta hanya mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembusnya. Jika ia tidak dalam keadaan seperti ini, ia akan menunjukkan high note-nya seperti Lyodra Ginting. Lalu menyumpah serapahi mahluk berjenis kelamin laki-laki dihadapannya.


"Lo-!"

Retta melotot ketika satu suapan bubur memenuhi mulutnya. Alisnya saling bertaut dengan pipi yang menggembung. Di hadapannya Radit mengedipkan matanya.

"Lo jangan sok imut deh Ta, gue bisa gumoh lihatnya."

Dengan terpaksa Retta menelan semua bubur yang telah masuk ke dalam mulutnya. Tangannya bergerak cepat melempar sumpit hingga mengenai bagian belakang kepala Radit.

"DASAR KEMBARANNYA RAGIEL!!!"

🌡️🌡️🌡️

Retta menatap kosong buku diary miliknya. Berlembar-lembar telah dipenuhi oleh uneg-unegnya yang telah ia tumpahkan lewat tulisan. Lalu dipertengahan halaman terdapat foto yang telah dicetak. Foto yang mereka ambil tepat satu jam sebelum Marchel mengalami mereka berpisah. Retta mengusap foto itu, memandangnya dengan tatapan kosong. Ia kembali mengulang malam itu untuk kesekian kalinya.

Malam itu setelah merayakan anniversary, Marchel mengantarkannya pulang. Belum juga ia mengganti dressnya, ia mendapatkan kabar dari Ester, ibunda Marchel yang mengatakan bahwa Marchel mengalami kecelakaan. Tanpa meminta penjelasan lebih lanjut, ia langsung pergi ke rumah sakit.

Sesampainya di sana, ia tidak bisa menemui Marchel karena dokter dan tim medis tengah menangani kekasihnya itu. Ester mengatakan bahwa anaknya mengalami benturan yang keras dibagian kepalanya. Berjam-jam ia menunggu hingga keesokan harinya, ia masih belum diizinkan untuk bertemu dengan Marchel. Ia hanya bisa menatap kekasihnya dibalik kaca yang menjadi pembatas antara ruangan pasien dan ruang tunggu. Dalam hati, ia terus memanggil nama kekasihnya berharap Marchel dapat mendengarnya. Ingin sekali ia mendekap kekasihnya seperti malam itu.

Rasanya semua itu tak mungkin. Malam yang begitu indah, tiba-tiba saja tergantikan oleh luka yang tak pernah ia kira. Bahagia yang tengah ia rasakan, dikecup oleh luka yang mengutuk lara. Malam itu, ia merasa sangat dicintai. Ia merasa bahwa ia wanita yang sangat beruntung. Namun sambaran luka itu menyadarkannya akan perasaannya yang terlalu dalam meskipun terlalu singkat waktu untuk kisah cintanya.

Retta mengusap sudut matanya yang basah. Lalu beralih pada foto yang ia tempel dihalaman berikutnya. Ia tersenyum kecut, menatap foto kekasihnya yang terbaring lemah dengan beberapa alat medis yang terpasang ditubuhnya. Wajah pucat dan bibir yang nyaris tak berona itu membuatnya semakin sedih. Foto itu ia ambil delapan bulan yang lalu atau lebih tepatnya dua hari setelah kejadian malam itu.

Dua ratus tujuh puluh enam hari terhitung ia merindukan kekasihnya dengan sungguh. Tak pernah terjeda rindu yang datang menghampirinya. Setengah tahun ini, ia tak berjumpa dengan kekasihnya. Setelah dua bulan Marchel dirawat, orangtuanya memutuskan untuk memindahkan Marchel ke Singapura untuk berobat. Berawal dari masukan dokter yang merawat Marchel yang menyarankan agar kekasihnya itu ditangani oleh tenaga medis yang lebih profesional dan berpengalaman dalam menangani hal yang serupa dialami oleh Marchel.

Ia masih ingat monolog yang ia lakukan. Ia berbicara banyak, menceritakan hari-hari yang menyenangkan dengan senyuman, dengan amarah yang menggebu-nggebu saat ia menceritakan bagaimana kesalnya ia ketika mendapati hal yang menjengkelkan. Lalu ia kembali menangis saat menceritakan bagaimana sepinya hatinya tanpa sang kekasih. Tak peduli kekasihnya yang terbaring lemah itu mendengarnya atau tidak.

Ia pernah mengatakan dengan sungguh pada kekasihnya itu. Ia akan menunggu Marchel pulih dan tak akan pergi sampai Marchel sendiri yang memintanya untuk pergi.

🩹🩹🩹

Hola!!!!!

Desember telah berlalu, dan Januari mengawali kisah yang baru. Harapan-harapan baru, mimpi-mimpi baru, dan cerita baru dari Xrainy!!!!

Yeay!🎉🎊

Btw kalian pernah mengira gk, bakal dipertemukan oleh tuhan dengan seseorang? Entah itu orang baru atau seseorang dari masa lalu?


Nice to see you again guys🧚


Vote and comment 🚀🚀🚀

Xrainy, 110123

Continue Reading

You'll Also Like

400K 46.9K 31
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.4M 211K 65
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
1.2M 50.7K 44
BANTU PROMOSIKAN CERITA INI YA .. 🔞🔞 Terimakasih ... "Dia Langga adik sekaligus kekasih ku " Natan "Kamu milikku dan tetap menjadi milikku " Lang...
3.4M 163K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...