Queen in Suit

Von StyllyRybell_

8.3K 1K 168

WARNING! THIS IS ADULT CONTENT! CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN! #1 in Elegant #1 in Suit #1 in Classy ... Mehr

Prologue
Chapter 1 : Kill The Leader
Chapter 3 : Meet
Chapter 4 : Sparring
Chapter 5 : A Deal
Chapter 6 : Meeting Plan
Chapter 7 : Dinner

Chapter 2 : Double G

812 110 14
Von StyllyRybell_

Lembaran kertas berwarna hijau itu tertata rapi di sebuah tas persegi, yang jika dijumlahkan bisa mencapai jutaan dollar. Setelah memamerkan uang di dalamnya, tas itu ditutup kembali dan diserahkan pada Wilbert.

"Tidak lebih, tidak kurang," ucap Owen melirik tas itu sebelum menatap netra asisten Ansell tersebut. Merasa urusannya sudah selesai ia pun pamit, "Kalau begitu aku pergi dulu—"

"Tidak," potong Wilbert yang diikuti para anak buahnya menghalangi jalan pria berkulit eksotis itu. "Aku harus memastikan uangnya tidak kurang lebih dulu," ucapnya mengodekan tangan pada anak buah yang segera pergi, seolah-olah sudah paham apa yang dibutuhkan atasannya.

Para anak buah Wilbert pun kembali dengan mesin hitung uang dan mulai menghitung lembaran dollar dari tas tersebut. Namun, bertepatan saat itu pula salah seorang mendatangi mereka dan membisikkan sesuatu pada Wilbert. Perubahan ekspresi Wilbert yang dari tenang kini mengerutkan dahi mengundang tanda tanya pada Owen, sehingga ia yang awalnya tidak peduli menjadi penasaran.

"Untuk apa? Double G tidak ada di rumah." Wilbert heran setelah mendengar informasi dari pria itu. Ia menghela napas berat dan berucap, "Suruh mereka masuk."

Owen memerhatikan kedua instan tersebut ikut heran dan betapa terkejutnya ia saat melihat orang-orang kepercayaan La Muerte datang dalam keadaan penuh luka. Apa yang terjadi dengan kelompok tunangannya itu? Owen melirik asistennya nan kelihatan bingung  sepertinya.

Mereka pun langsung berlutut hormat dan berucap, "Tuan Wilbert, mulai detik ini kami bersumpah akan setia pada The Greatest dan Double G."

Melihat keanehan itu membuat semua orang bertanya-tanya apa yang telah terjadi pada mereka dan kelompok itu. Wilbert pun buka suara, "Apa yang menimpa La Muerte?"

"The Godfather telah tewas dan Nieva diangkat menjadi Godmother."

Owen membelalakkan mata. Apa katanya? Jadi bagaimana dengan keadaan tunangannya? Apakah Nieva menghabisinya? Owen berucap cepat dan panik, "Bagaimana dengan Lora?"

"Wanita jalang itu diangkat menjadi Blue Rose," ucap salah seorang dengan ekspresi benci. "Nieva dan Lora menjalin hubungan diam-diam dan menyerang The Godfather. Para pengkhianat La Muerte mendukung aksi mereka."

Owen semakin tertegun mendengar tunangannya adalah seorang biseksual. Ia melirik Wilbert yang nampaknya sama terkejutnya. Ia tidak percaya ini, tidak mungkin tunangannya seperti itu.

"Kita harus menyerang balik, Tuan. Kita harus menempatkan mereka di tempat yang seharusnya, para pengkhianat tidak tahu diri!"

"Diam!" bentak Wilbert muak mendengar ucapan pria tersebut. Ia sudah pusing dengan begitu banyaknya pekerjaannya ditambah lagi kasus pemberontakan yang tidak ada habisnya di The Greatest. "Ilyas, antar mereka ke kamar golongan II A."

Owen terlihat kecewa terhadap respons Wilbert pun buka suara, "Wilbert, kita harus menyerang wanita sakit itu! Dia pasti mempengaruhi Lora, kita harus menyelamatkan Lora," bisik Owen dengan nada memaksa. "Apa yang dikatakan—"

"Pergi dari sini, berengsek," usir Wilbert muak. Ia pun menghitung uang yang dibawa Owen dan memastikannya tidak kurang. Namun, begitu ingat bahwa Owen itu sembrono dan gegabah, Wilbert berbalik menatap kepergian Owen. "Jangan melakukan apa pun, sebelum ada perintah dari Double G," peringatnya tajam. Owen hanya terlihat memasang ekspresi kesal. "Aku tidak mendengar jawaban," desis Wilbert dengan nada mengancam.

"Tapi kau harus berjanji membantuku membujuk Double G untuk mendapatkan tunanganku kembali."

Wilbert mendekati Owen dan menarik kerahnya, lalu berdesis tajam, "Kau mengancamku, Owen?" Meskipun Owen adalah Godfather dari kelompok Golden Stone, Wilbert adalah asisten Double G, asisten ketua kelompok pusat, The Greatest. Tentu ia tidak terima diancam oleh Owen yang kastanya di bawahnya.

Owen menatap serius Wilbert dan berucap, "Tidak, tapi jika tidak ada perlawanan dari Double G, maka aku sendiri yang menyelamatkan tunanganku."

Wilbert yang sudah lelah dan malas meladeni, menyentak cengkramannya pada kerah Owen dan mengusir, "Pergi dari sini!"

***

"We're extremely in danger," ucap Nieva menatap lurus ke dapan, tubuhnya berbaring di atas kasur king size milik Lora. Sementara Lora tengah mengobati luka di lengan Nieva. Ia menoleh pada gadis berambut pirang yang menghentikan aktivitas dan menatapnya. "Double Godfather tidak akan mengabaikan pemutusan aliansi ini dan pengkhianatan terhadap Daniel. Mereka akan mencari jalan untuk menghancurkan kita dalam waktu dekat," jelasnya mengerutkan dahi serius. "Sebelum hal itu terjadi, maka kita harus selangkah lebih maju dari—"

"Nieva," potong Lora jengah mendengar ocehan wanita berambut hitam itu. "Kita baru saja bernapas lega setelah menyingkirkan Daniel. Berhentilah membahas kelompok."

Nieva mengerutkan dahi dan menatap lurus manik biru Lora. "Aku terluka, aku tidak bisa melindungimu. Tidak akan kubiarkan siapa pun membuatmu menderita lagi."

Lora tersenyum senang, mencium punggung tangan Nieva, dan mengusapnya lembut. "Everything will be okay."

***

"Tuan, La Muerte lagi-lagi melakukan pembangkangan, mereka mencuri barang seludupan dan bertransaksi sendiri atas nama kelompok mereka," lapor Wilbert menunduk, takut jika bosnya tersulut emosi atas kabar buruk yang ia berikan.

Ansell memutar mata seiring memalingkan muka muak, sudah berkali-kali ia mendengar laporan pembangkangan cabang kelompoknya itu. Berbeda dengan Anver, pria itu menatap bawahannya dengan dahi mengerut.

"Apa yang membuat Lora Zamora selalu menentang kita?" tanya Anver.

Wilbert menoleh pada Alfred, membuat Alfred selaku bawahan Anver angkat suara, "Sejak Lora Zamora berpacaran dengan Nieva Castellanos, Lora memberikan wewenang Godmother pada Nieva dan Lora sebagai Mawar Birunya."

Ansell mengerutkan dahi terkejut mendengarnya. "Sejak ayah Lora meninggal dia menjadi lesbian?"

Wilbert terlihat berpikir sebentar. "Kematian Daniel merupakan pembunuhan dari Lora, Tuan."

Ansell lagi-lagi memutar mata muak mendengarnya. "Perempuan sakit."

Anver menaikkan sebelah alis menoleh pada adik kembarnya. "Menurutmu bagaimana?"

Ansell ikut menatap kakaknya. "Bagaimana apanya? Mengatasinya? Pisahkan dia dengan pacar gilanya itu. Kurasa dia menjadi sakit karena wanita bernama Nieva," balasnya kesal. Sudah berkali-kali pemberontakan terjadi dan ia cukup muak dengan hal tersebut, seakan-akan tiada tahun tanpa pemberontakan di The Greatest.

Alfred mengangguk setuju. "Banyak yang beranggapan Lora membunuh ayahnya sendiri karena mengikuti hasutan Nieva sebab hubungan mereka yang ditentang oleh Daniel."

Anver menautkan jemari di atas meja, berpikir bagaimana caranya mengatasi kegilaan kelompok cabang mereka. Ia tahu, La Muerte merupakan kelompok cabang terbesar yang ia punya, jika gugur, maka melemahlah The Greatest.

"Aku masih ingat, Lora sangatlah baik, ramah, dan santun satu tahun yang lalu," ucap Ansell. "Lalu mengapa sekarang menjadi binatang seperti ini?"

Anver yang mendengar adiknya memuji Lora, mengangkat sebelah alis, apa Ansell sangat memperhatikan gadis itu? Ansell yang ia kenal hanya peduli pada keluarganya saja. "Sangatlah baik?" ulang Anver tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Jangan memancing di saat seperti ini, Anver," dengus Ansell malas. Salah satu kata saja, Anver sudah mempermasalahkan seperti ini. Melihat kakaknya masih memerhatikannya seolah menunggu ucapan Ansell selanjutnya, ia mengacak-acak rambutnya. "What?"

"Do you like her?"

Ansell mengerutkan dahi muak. Ia sudah lelah dengan pemberontakan La Muerte, tapi kakaknya malah menuduhnya. "Fuck you, Anver."

"Be honest," desak Anver masih setia dengan ekspresi tenangnya.

"Never, asshole!" jawabnya dengan nada kesal.

Anver kembali menolehkan kepala ke depan, berpikir. Entah mengapa setelah mendengar ucapan Ansell, tersusun sebuah rencana di kepala pria tampan itu. "Marry her." Ansell menatap tajam kakaknya dengan lancangnya berani memerintahnya, Ansell bukanlah bawahan Anver, ia pun punya kendali atas The Greatest, masing-masing 50%. Anver menoleh pada adiknya. "Aku yakin pemberontakan itu tidak akan terjadi lagi—"

"Kau saja!" potong Ansell tidak terima. Jika Anver mempunyai ide, maka lakukan sendiri! Jangan menyuruh orang lain! Ansell bukanlah bawahannya.

Anver memutar mata kesal. "Begini, bagaimana jika kita bermain billiard dan yang kalah akan menikahi Lora Zamora?"

"Bullshit," umpat Ansell dengan ekspresi tenangnya. "Kau tahu aku tidak bisa bermain biliar, Anver."

"Balapan?"

"Go fuck your self," jawab Ansell muak karena kakaknya selalu mengajak pertandingan yang Anver selalu lebih unggul darinya. Ansell terlihat berpikir sejenak, lalu tersenyum miring. "Wilbert, bring my chess."

Anver menajamkan netra. "Kau tahu aku tidak bisa main catur."

"Maka hentikan berlagak untuk taruhan," balas Ansell cepat, tidak kalah tajam.

Anver mengedarkan pandangan seiring menghela napas berat. Ia mengangkat alis. "Alright," ucapnya menatap kembali adiknya. "Give me a week to kick your ass."

Ansell tersenyum miring. Ia akan mengalahkan Anver dengan permainannya sendiri. "We have a deal."






#To be Continue...





161022 -Stylly Rybell-
Instagram : maulida_cy

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

141K 9.7K 25
menceritakan seorang pemuda yang lagi membaca novel yang ia beli di toko buku tapi dia tidak menyangka kalo novel yang ia beli ini tidak seperti yang...
112K 7.3K 53
semua hal yang aku dapatkan tidak pernah baik,aku memiliki seorang appa terkadang bisa berubah kejam dan suka sekali menyiksaku,dan menjadi bahan bul...
78.6K 6.9K 100
Tokyo Noir Familia salah satu keluarga Mafia di kota TokyoVerse.Dipimpin oleh Rion Kenzo yang dipanggil dengan Papi dan Caine Chana yang selalu dipan...
11.5K 2.4K 15
Memiliki kelebihan untuk melihat warna kematian orang lain, membuat Renjun memiliki keinginan untuk melindungi orang-orang disekitarnya. Hingga akhir...