LI(E)AR 2 | 01 Line (DISCONTI...

By ALO-EVERA

52K 14.1K 5.5K

❝ Kalian gak belajar dari yang udah terjadi? Gila kalian, GILA! ❞ More

Prolog
1
2
3
4
5
7
8
9
10

6

2.8K 1K 327
By ALO-EVERA

Dua hari setelah Jerome bertemu dengan Jaehyuk, Jaehyuk tidak terlihat di kampus. Tidak ada satu orang pun yang tahu di mana dia. Hanya Asahi yang terakhir melihat, katanya dia sempat berpapasan dengan Jaehyuk di jalan, tapi setelah itu Jaehyuk menambah kecepatan motornya lalu menghilang di pertigaan.

Di kantin kampus hari ini, Jerome menunggu kedatangan seseorang. Loh, memangnya Jerome berkuliah? Tidak, kok. Dia menyelundup masuk. Bila ditanya, dia tinggal bilang kalau dia berasal dari universitas lain dan datang untuk bertemu temannya.

Banyak yang memperhatikan. Dari yang Jerome dengar, kebanyakan mempertanyakan siapa dia. Ada juga yang bilang kalau Jerome terlihat tidak asing, banyak yang menyetujui. Yang melihat Jerome tidak mengalihkan atensi sedikit pun darinya, mereka seperti melihat sesuatu yang tak asing tetapi sulit diingat.

"Ada perlu apa cari gue?"

Akhirnya datang juga. Jeongin si mahasiwa dari Prodi Biologi. Jerome lega karena Jeongin mau meluangkan waktu untuk bertemu dengannya. Soalnya kan Jeongin salah satu dari orang yang tidak menyukai kehadirannya.

"Gue mau minta nomor lo, boleh?"

Netra Jeongin membelalak. "Maksud lo?! Ogah!"

"Bercanda jir, gue mau bahas topik serius dan rahasia. Jadi klien gue sekali aja, ya? Ya, ya, ya?"

"Bahas apaan, sih? Sok serius amat, muka lo gak cocok jadi serius."

Jerome menepuk dadanya dengan bangga. "Oh jelas. Gue ini berjiwa komedi, gue pelawak yang paling terkenal. Anjay, kece juga gue."

"Lo buang-buang waktu."

"Eits! Nanti dulu! Oke, gue serius nih," Jerome refleks berdiri untuk mencegah Jeongin pergi, "tapi gak serius banget ya, kalau lo baper malah panjang urusannya. Gak kok, bercanda."

Jeongin heran. Kenapa ada manusia seperti Jerome? Jeongin tahu Jerome berusaha serius, tapi entah kenapa selalu saja gagal serius. Apa sebenarnya Jerome dirasuki setan? Lihat dia sekarang, tertawa tidak jelas.

"Gue cuma mau tanya soal kecelakaan yang bikin lo koma. Denger-denger, rem motor lo blong, ya?"

Jeongin tersentak. Di saat yang lain tahu kalau dia kecelakaan karena terpeleset akibat disenggol Sungchan saat hujan, kenapa Jerome tahu penyebab yang sebenarnya?

"L-lo... lo tau dari mana?" Tanya Jeongin dengan nada berbisik karena tidak mau orang lain mendengar.

"Tau dong, gue kan peramal. Mau gue ramal jodoh lo sekalian, gak?"

"Gue gak peduli omongan lo yang lain, tapi bisa rahasiain itu?" Jeongin bertanya.

"Hah?"

Seperti takut seseorang datang, Jeongin melirik ke kanan dan ke kiri lalu sedikit mencondongkan badan ke depan. "Lo tau kan kalau gue benci Sungchan? Biarin aja dia dicap sebagai temen yang suka nusuk dari belakang, siapa suruh main-main sama gue."

Loh, kok aneh? Kepala Jerome jadi berdenyut. Di benaknya ada beberapa pertanyaan. Circle macam apa ini? Kenapa banyak anggota circle yang saling membenci? Mereka ada masalah apa, sih?

"Kenapa kalian tetep temenan padahal saling benci..." kata Jerome terdengar lirih.

"Untuk dimanfaatin lah, apa lagi?"

Hati Jerome sakit. Dia tahu apa yang akan dikatakan Jeongin, tapi dia tetap merasa sakit hati karena secara tidak langsung, Jeongin mengingatkannya pada circle-nya di dunia sana yang sangat akur walau terkadang berkelahi kecil. Jerome tidak pernah menemukan circle semacam ini. Mereka tetap berteman hanya untuk saling memanfaatkan? Kenapa mereka tidak mencoba berpikir ke depan? Jika ada yang sakit hati kan bahaya.

Melihat ekspresi Jerome yang kaku, Jeongin berkata, "gak perlu kaget gitu kali. Zaman sekarang gak gampang buat tulus sama orang. Lo baik, lo dimanfaatin. Lo jahat, lo tetap dimanfaatin. Jadi manusia harus realistis, Jer. Lo gak akan bisa jadi apa-apa kalau gak gunain temen lo sendiri."

"Tapi gak perlu dimanfaatin, kan?"

"Lo gak sadar juga, ya?" Jeongin mulai kesal. "Jangan jadi manusia sok paling suci di dunia. Lo itu udah dewasa, harusnya lo paham kalau dunia gak sebaik yang lo bayangin. Lo harus manfaatin orang lain demi diri lo sendiri. Takut merasa bersalah? Buat apa? Mereka aja gak peduli."

Tatapan Jerome menajam. "Lo gak bisa menyamaratakan semua orang. Seharusnya lo bisa terbuka, buka pandangan lo, jangan stuck di situ aja. Kalau lo menganggap semua orang sama, secara gak langsung lo nyakitin hati gue karena gue gak seburuk yang lo kira."

"Peduli apa gue? Gue terlanjur sakit hati sama perlakuan orang lain ke gue. Gue cuma ingetin lo biar gak-"

"Lo bukan ingetin gue, lo coba hasut gue!" potong Jerome mulai menaikkan volume suaranya.

Alhasil, orang-orang yang mulai tak acuh kembali memusatkan perhatian ke mereka.

"Bangsat, dari mana gue coba hasut lo?! Lo aja yang batu!" Seru Jeongin. "Kalau selama ini lo selalu lihat kebaikan, lo harus lihat yang buruk juga. Lo yang stuck di tempat lo, lo yang gak mau lihat hal lain yang gak sesuai sama ekspetasi lo. Lo mau semua baik-baik aja, lo buang pikiran buruk karena lo gak mau ngalamin yang namanya sakit hati. Bodoh banget, lo manusia paling tolol yang pernah gue temuin!"

"Iya, gue selalu berharap semua yang terjadi bakal baik-baik aja. Kenapa? Karena gue udah ngalamin yang namanya kehilangan berkali-kali! Asal lo tau, gue sempet benci sama orang karena dia bikin hidup gue dan temen-temen gue sengsara, dia bunuh temen-temen gue. Tapi apa akhirnya? Dia cuma salah jalan, dia begitu karena dorongan dari luar. Karena itu gue bilang sama lo, gak semua orang pantas dicap buruk!"

"Sekali lagi gue bilang sama lo, jangan jadi orang sok paling suci!"

Jerome tersenyum kecut. Paling suci, ya... dari lahir pun dia bukan makhluk berjiwa suci. Dia adalah iblis, bukan malaikat. Tidak ada sejarahnya seorang iblis berjiwa suci.

"Sekali lagi gue ingetin ke lo, jangan pernah bongkar rahasia kecelakaan gue atau lo bakal tau akibatnya," ancam Jeongin sebelum pergi meninggalkan Jerome sendiri.

Sedari dulu, Jerome memang dengan keras meyakinkan dirinya bahwa ketika dia melihat dunia, dia akan melihat dari sudut pandangnya yang baik, bukan buruk. Jerome tidak siap jika suatu saat mengalami hal yang tidak diinginkan. Jerome terlalu takut jika realita tidak sesuai ekspetasinya.

Jerome tidak berani keluar dari zona nyamannya.

"Jerome? Kenapa lo ada di sini?"

Beomgyu datang seraya memegang gelas plastik berisi es teh yang baru dia beli. Awalnya Beomgyu tidak menyadari presensi Jerome, tetapi melihat semua orang di sana diam dan memandang ke satu arah, barulah dia menyadari ada Jerome yang tengah bergeming di tempat dengan ekspresi tak biasa.

"Cuma mampir aja," begitu kata Jerome.

Beomgyu hendak bertanya karena tidak percaya, tetapi seseorang lebih dulu menyela.

"Maaf, kakak ini namanya Jerome bukan ya?"

Jerome menoleh ke samping. Oh, perempuan ini sejak kedatangannya tadi memang memperhatikannya. Tanpa ragu Jerome mengangguk. "Iya, gue Jerome."

Perempuan itu terlihat terkejut. "K-kok bisa?"

Jerome dan Beomgyu saling bertatapan. Apa maksudnya "kok bisa"?

"Guys, kalian inget kan kejadian satu tahun lalu. Pembunuhan di komplek perumahan CEO itu? Yang satu keluarga di bunuh?" Perempuan itu bertanya ke teman-temannya.

Seisi kantin mulai ramai, saling berbisik-bisik mempertanyakan apa maksud perempuan itu. Dominan tahu beritanya karena sangat viral, bahkan pembunuhnya belum ketemu sampai sekarang.

"Terus hubungannya sama gue apa, ya? Gue yang baik dan ganteng ini mau lo tuduh jadi pelaku?" Tanya Jerome.

Perempuan itu menggeleng. "Enggak, kak."

"Loh, terus?" Beomgyu ikut bertanya.

"Foto keluarga yang jadi korban sempat kesebar, kak, versi tanpa sensornya. Dan waktu itu sempat ramai dibahas. Tapi..."

"Tapi?"

Perempuan itu menatap Jerome, masih ada rasa terkejut dari sorot matanya. "Muka kakak ada di foto, jadi salah satu korban yang paling sadis meninggalnya. Kakak anak pertama dari keluarga itu."

Sontak suasana kantin semakin ramai. Orang-orang mulai ingat berita itu, mereka menatap Jerome dengan tatapan horror, termasuk Beomgyu yang baru menyadari bahwa wajah korban saat itu sangat mirip dengan Jerome, hanya warna rambutnya saja yang berbeda. Si korban berambut hitam, sementara Jerome berambut jingga.

Sementara Jerome sendiri membeku, merutuki kecerobohan dirinya yang tidak mencari tahu lebih dulu. Gawat, jika dirinya ketahuan secepat ini, bagaimana dengan tugasnya? Tidak mungkin dia kabur begitu saja, dia akan menciptakan keributan di dunia yang bukan tempat tinggalnya.

"Ah, lo salah lihat kali," kata Jerome berusaha mencairkan situasi yang berubah tegang.

"Gak, dia gak salah lihat..." ucap Beomgyu, dia mendadak linglung. "Ayah gue urus kasus itu, gue bahkan lihat foto mayatnya dengan jelas. Lo mirip Jerome korban pembunuhan itu. Lo... lo masih hidup?"










































































Jaehyuk menahan darah yang keluar dari hidungnya sejak satu menit yang lalu. Dia meringis merasakan pening. Setelahnya, dia meninju cermin hingga pecah berkeping-keping.

"Efeknya gak main-main ternyata," dia berucap, "Ck, gak enak banget mimisan setiap hari. Mana semua orang di sini gak ada yang baik. Bisa gila gue lama-lama."

Continue Reading

You'll Also Like

2.4K 369 17
Memecahkan sebuah misteri yang di akibatkan dari sebuah buku hitam...
88.8K 7.5K 51
【 On Going 】 GIRLS Series #1 - - - Blurb: Dia Alexiore, seorang gadis dengan kedinginan melebihi rata-rata tiba-tiba menghembuskan nafas terakhirnya...
26.9K 2.1K 30
~Bayangan Mafia di Balik Kerudung~ Semua bermula ketika seorang pria tampan yang terluka di sekujur tubuhnya, di temukan tidak berdaya di belakang...
8.2K 1K 29
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, ADA BEBERAPA PART YG DIPRIVATE] *** 𝑩𝒊𝒎𝒂𝒏𝒕𝒂𝒓𝒂 𝑺𝒆𝒄𝒓𝒆𝒕 𝑨𝒈𝒆𝒏𝒕 (𝑩𝑺𝑨) merupakan organisasi rahasia se...